Share to:

 

Homoseksualitas dalam Perjanjian Lama

Beberapa hubungan dalam Alkitab Ibrani dideskripsikan sebagai homoseksual (meskipun tak semuanya diterima begitu saja) dan menyebutkan tindakan homoseksual laki-laki tertentu. Pengecaman terkeras terhadap homoseksualitas laki-laki ditemukan dalam Kitab Imamat, dimana tindakan tersebut disebut sebagai "kekejian".

Kejadian 19

Sodom dan Gomorrah

Kitab Kejadian pasal 18 dan 19 mengisahkan soal sifat tidak bermoral kota Sodom dan Gomorrah dan hukuman yang kemudian diberikan. Kejadian 19:4–5 menyatakan:

Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu. Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."

Imamat 18 dan 20

Imamat 18:22 menyatakan:

Janganlah engkau tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, karena itu suatu kekejian.

dan Imamat 20:13 berkata:

Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.

Kitab Samuel: Daud dan Yonatan

Catatan persahabatan antara Daud dan Yonatan tercatat dalam Kitab Samuel (1 Samuel 18; 2 Samuel 1) dan meskipun kebanyakan cendekiawan sering menafsirkan hubungan tersebut merujuk kepada cinta platonik, beberapa orang berpendapat bahwa hubungan tersebut merujuk kepada cinta romansa atau cinta seksual.

Dua pasal signifikannya adalah 1 Samuel 18:3–4:

Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.

Dan 2 Samuel 1:26:

Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan.

Sebagai hubungan platonik

Para cendekiawan Alkitab biasanya dan kebanyakan menafsirkannya sebagai hubungan yang sangat dekat namun non-seksual.

Orang-orang yang memegang penafsiran yang berlawanan menganggap bahwa hubungan seksual tidaklah dibuat tersurat. Bagi beberapa cendekiawan, hubungan tersebut adalah "contoh Biblikal klasik" dari persahabatan non-seksual yang dekat, seperti persahabatan yang dideskripsikan oleh Gregorius dari Nazianzus dalam Oration 43, 19-20 antara ia dengan Basil dari Kaesaria, saat mereka menjadi murid di Athena.

Kitab Raja-Raja

Kitab Raja-Raja (1 Raja-Raja 14:24 Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine., 15:12 Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine., 22:46 Diarsipkan 2016-03-05 di Wayback Machine.; 2 Raja-Raja 23:7 Diarsipkan 2012-10-07 di Wayback Machine.), menyebut kisah saat kadeshim ("orang-orang tahbisan") memegang beberapa pengaruh di Tanah Suci, sampai ditekan oleh para raja pengikut Yahweh seperti Yehosafat dan Yosia.

Kadeshim dihubungkan dalam beberapa cara dengan ritual-ritual agama Kanaan. Alkitab Ibrani secara konsisten memparalelkan istilah femininnya, kedeshah, dengan zanah, kata untuk pelacur. Ini berujung kepada anggapan bahwa terdapat unsur seksual dari ritual-ritual tersebut.

Kitab Rut

Kitab tersebut mengisahkan hubungan antara Naomi dan menantunya, Rut. Suami Naomi dan dua putranya telah meninggal dan Naomi berkata kepada menantunya untuk kembali ke kampung halamannya:

Menangis pula mereka dengan suara keras, lalu Orpa mencium mertuanya itu minta diri, tetapi Rut tetap berpaut padanya.

(Rut 1:14).

Para cendekiawan Alkitab menolak penafsiran homoseksual dalam Kitab Rut atas dasar bahwa pandangan tersebut berseberangan dengan bukti harfiah antar-tekstual.[1]

Referensi

  1. ^ Scott N. Callaham, "But Ruth Clung to Her: Textual Constraints on Ambiguity in Ruth 1:14," Tyndale Bulletin 63 (2012): 179-197.
Kembali kehalaman sebelumnya