Share to:

 

Hong Kong semasa Perang Dunia I

Major Jenderal Francis Henry Kelly, Komandan Pasukan Inggris di Hong Kong, 1913—1915

Koloni Inggris di Hong Kong tidak mengalami aksi militer selama Perang Dunia I (1914—1918). Skuadron Asia Timur Jerman dianggap sebagai ancaman eksternal terbesar terhadap koloni ini, namun skuadron tersebut ditiadakan pada Desember 1914. Meskipun demikian, koloni ini berfungsi sebagai sebuah pelabuhan penting di Asia Timur, termasuk sebagai markas besar Pangkalan Tiongkok Britania, dan mengalami perubahan sosial ekonomi yang signifikan semasa perang.

Sumbangsih perang

Selama sebagian besar masa perang, Hong Kong dipimpin oleh Gubernur Francis Henry May. Selama minggu-minggu awal perang, 60.000 hingga 100.000 penduduk etnis Tionghoa meninggalkan koloni tersebut menuju provinsi tetangga Kwangtung, karena takut koloninya akan diserang.[1][2] Pemerintah kolonial diberi kekuasaan darurat yang luas semasa perang, tetapi hanya menggunakan kekuasaan itu satu kali pada tahun 1917 untuk mengatur harga barang-barang tertentu.[2]

Pertahanan lokal

Saat perang pecah, koloni tersebut dipertahankan oleh tiga batalion infanteri (satu dari Britania dan dua dari India) yang terdiri dari sekitar 4.000 orang, beberapa baterai artileri pantai, satu pasukan sukarelawan yang terdiri dari sekitar 500 orang, dan satu armada pertahanan lokal kecil yang terdiri dari beberapa kapal perusak dan kapal selam. Garnisun tersebut dikomandoi oleh Komandan Pasukan Britania di Hong Kong Mayor Jenderal Francis Kelly. Sejak tahun 1917, garnisun tersebut diperkuat oleh Korps Pertahanan Hong Kong. Tiga kapal penjelajah niaga bersenjata, yang dimodifikasi dari kapal dagang di galangan kapal lokal, melindungi pelabuhan dan jalur laut.[2][3]

Pendaftaran

Pada tahap awal perang, pendaftaran untuk dinas militer rendah, karena sebagian besar orang Britania di Hong Kong pada saat itu adalah profesional atau pengusaha. Pada awal tahun 1915, hanya ada 47 sukarelawan. Pada tahun 1917, pemerintah kolonial memperkenalkan Ordonansi Dinas Militer, yang mengharuskan semua pria untuk bertugas dalam berbagai kapasitas. Hal ini menyebabkan terbentuknya Korps Pertahanan Hong Kong.[2] Korps Pertahanan Hong Kong mengambil alih tugas garnisun, dan garnisun reguler dibebaskan untuk bertugas di Eropa.[4] Pada akhir perang, hampir seperempat (579 dari 2.157) penduduk laki-laki orang Britania menjadi sukarelawan di luar Hong Kong untuk tugas militer.[1][4] Penduduk etnis Tionghoa juga bergabung dengan Korps Buruh Tiongkok, bertugas di Prancis[1] dan Mesopotamia.[2]

Kutipan

  1. ^ a b c Carroll 2007, hlm. 86-87.
  2. ^ a b c d e Kwong 2020.
  3. ^ Kwong 2014, hlm. 24-25.
  4. ^ a b Tsang 2004, hlm. 85–87.

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya