Share to:

 

Huruf patah

Contoh kaligrafi huruf patah

Huruf patah[1] (bahasa Jerman: gebrochene Schrift secara harfiah "tulisan patah"; bahasa Inggris: blackletter) atau huruf Gotik, juga dikenal di kalangan awam Indonesia sebagai huruf Jerman,[2][3] adalah jenis huruf yang digunakan di Eropa Barat dari abad ke-12 hingga abad ke-17. Sementara itu, bahasa Denmark menggunakannya hingga tahun 1875 dan bahasa Jerman, Estonia dan Latvia menggunakannya hingga abad ke-20. Fraktur adalah salah satu jenis huruf patah yang sering kali dianggap mewakili keseluruhan jenis huruf patah. Huruf patah kadang kala juga disebut Old English, tetapi bukan dalam arti bahasa Inggris Kuno atau Anglo-Sakson yang lahir berabad-abad sebelumnya.

Kelompok huruf ini dinamakan demikiran karena berisikan huruf Latin yang memiliki patahan pada lengkungan hurufnya, baik pada sebagian atau keseluruhan desain. Patahan itu timbul dari gerakan menukik tiba-tiba pada saat menulis bagian-bagian tertentu huruf. Sebagai lawannya, huruf dengan lengkungan sempurna, tidak patah, seperti Antikua, tercipta dari gerakan menulis yang lembut dan mengalir.

Asal mula

Huruf kecil Karoling secara langsung menurunkan huruf patah. Huruf patah berkembang dari huruf Karoling bersamaan dengan semakin meningkatnya angka melek huruf pada abad ke-12 Eropa. Banyak perguruan tinggi didirikan dan masing-masingnya memproduksi buku untuk bisnis, hukum, tata bahasa, sejarah dan lain sebagainya, tidak hanya buku bertema keagamaan yang umumnya menggunakan jenis huruf pendahulu huruf patah.

Buku-buku tersebut perlu untuk diproduksi secara cepat untuk memenuhi permintaan pasar. Huruf Karoling, meskipun jelas, cukup memakan waktu dan tenaga untuk diproduksi. Ukuran hurufnya yang lebar juga memakan ruang yang banyak ketika dituliskan. Pada awal mula abad ke-11, bentuk lain dari huruf Karoling telah dipergunakan, dan pada pertengahan abad ke-12, sebuah bentuk huruf yang lain, yang memungkinkan untuk dituliskan lebih cepat, telah digunakan di timur laut Perancis dan negara-negara dataran rendah.

Catatan kaki

  1. ^ Scheder, Georg. 1989. Perihal Cetak-mencetak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 19.
  2. ^ Widjaja, Christianto. Adobe InDesign, Cetak - Digital: Adobe InDesign, cetak sampai digital. Widjaja. 
  3. ^ "Andi AW. Masry - Font Designer". idevtfs.fonts.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-22. Diakses tanggal 2019-09-22. 


Kembali kehalaman sebelumnya