Imigrasi ke EropaImigrasi ke Eropa memiliki sejarah yang panjang, namun memiliki jumlah yang besar pada akhir abad ke-20. Pertumbuhan imigran dalam jumlah besar setelah Perang Dunia II terjadi di beberapa negara Eropa khususnya di negara-negara Eropa Barat (sebagian besar EU-15), baik yang berasal dari Eropa dan non-Eropa. Para imigrasi saat ini dimasukkan dalam kategori pekerja migran/asing (baik legal dan ilegal) dan pengungsi. Dimulai pada 2004, Uni Eropa memberikan warga negara UE kebebasan pergerakan dan bertempat tinggal di UE, dan istilah "imigran" kebanyakan merujuk kepada warga negara ekstrakomunitarian (i.e. non-EU). Migrasi dalam sejarahMigrasi awal dalam sejarah di Eropa kebanyakan terjadi dalam bentuk invasi militer, namun terdapat beberapa pengecualian; yang paling terkenal adalah pergerakan penduduk di Kekaisaran Romawi dibawah Pax Romana; diaspora Yahudi di Eropa adalah akibat dari Perang Yahudi–Romawi Pertama pada 66–73 Masehi. Sampai akhir 1960an dan 1970an, Yunani, Irlandia, Italia, Norwegia,[1] Portugal, Spanyol dan Britania Raya[2] adalah sumber utama dari emigrasi, mengirim sejumlah besar emigran ke Amerika dan Australia. Sejumlah imigran juga datang ke negara-negara Eropa lainnya (biasanya Prancis, Swiss, Jerman dan Belgia). Karena standar hidup di negara-negara tersebut tinggi, tren tersebut menjadi meningkan dan negara-negara tersebut menjadi sebuah magnet untuk imigrasi (paling banyak dari Maroko, Somalia, Mesir ke Italia dan Yunani; dari Maroko, Algeria dan Amerika Latin ke Spanyol dan Portugal; dan dari Irlandia, India, Pakistan, Jerman, Amerika Serikat, Bangladesh, dan Jamaika ke Britania Raya). Lihat pula
Catatan
Daftar pustaka
Pranala luar
|