Io capitano
Io capitano (terj. har. 'Akulah sang Kapten' dalam bahasa Indonesia)[3][4][5][6] adalah sebuah film drama Italia tahun 2023 yang disutradarai oleh Matteo Garrone, dari skenario yang ditulis oleh Garrone bersama Massimo Gaudioso, Massimo Ceccherini dan Andrea Tagliaferri.[7] Io Capitano, produksi bersama antara Italia, Belgia dan Prancis, didasarkan pada ide asli Garrone, terinspirasi oleh kisah nyata para imigran Afrika ke Eropa. Proses pembuatan film dilakukan di Senegal, Maroko, dan Italia. Io capitano bersaing mendapatkan Singa Emas pada ajang Festival Film Internasional Venesia ke-80, walau hanya memenangkan Silver Lion untuk penyutradaraan Matteo Garrone dan Penghargaan Marcello Mastroianni untuk penampilan menggugah dari Seydou Sarr.[8] Dirilis di bioskop di Italia melalui 01 Distribution pada 7 September 2023, menerima pujian kritis, dan memenangkan tujuh penghargaan David di Donatello ke-69, termasuk Film Terbaik.[9] Io Capitano mendapatkan nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik di Penghargaan Golden Globe ke-81 dan menjadi perwakilan Italia memperebutkan Film Internasional Terbaik di Academy Awards ke-96 dan berhasil masuk nominasi walau gagal menang. Alur CeritaSeydou dan Moussa, dua sepupu yang masih remaja asal Senegal, memutuskan untuk pergi dari kampung halaman mereka di Dakar ke Italia demi terlepas dari kemiskinan. Mereka pergi setelah konsultasi dengan seorang dukun di Dakar, meskipun ibu Seydou telah melarang keras dan beberapa orang lokal memberikan peringatan akan masalah yang mereka hadapi. Mereka berdua singgah terlebih dahulu ke Mali dengan membawa paspor palsu yang dibuat dengan biaya $100 oleh orang yang dapat berbahasa Inggris di tempat peristirahatan. Tapi, saat tiba di perbatasan, paspor palsunya ketahuan oleh tentara. Untungnya, mereka tidak jadi dipenjara asalkan mendapat uang sogokan. Setelah itu, mereka lanjut ke Niger, membayar untuk ikut kelompok yang akan melintasi Gurun Sahara mengendarai mobil bak terbuka, lalu berjalan kaki ke arah utara menuju Libya. Dalam perjalanan, ada seorang pria jatuh dari truk dan ditinggal begitu saja di gurun. Saat jalan kaki, seorang wanita ambruk karena kelelahan, dan meskipun Seydou berusaha menolongnya, wanita itu akhirnya ditinggal untuk mati. Dalam adegan mimpi singkat, Seydou merasa seperti merangkul tangan wanita itu yang melayang di atas pasir agar mereka dapat terus jalan. Setelah sampai di Libya, kelompok mereka dicegat oleh para pemberontak yang merampas barang-barang berharga. Moussa dibawa pergi karena ketahuan menyembunyikan uang di tempat tidak lazim. Seydou, yang sangat sedih, terus melanjutkan perjalanan dengan kelompoknya. Tapi ternyata perjalanan itu hanyalah jebakan; mereka langsung digiring ke penjara yang dikelola oleh para penyelundup. Di sana, mereka diancam bakal disiksa dan dijadikan budak kalau tidak memberikan informasi kontak keluarga untuk meminta uang tebusan. Seydou lebih memilih disiksa daripada memberitahu keluarganya tentang situasinya sekarang. Dalam mimpi, dukun Dakar membantu Seydou "pulang" melalui bantuan iblis terbang yang membawa ia melihat ibunya di Dakar. Besoknya, seorang tahanan lain yang baik hati, Martin, mengajak Seydou ke pelelangan budak. Mereka akhirnya dibeli oley perwakilan dari perkebunan kaya untuk dijadikan tukang bangunan. Di perkebunan terpencil itu, Martin dan Seydou disuruh membuat pagar baru dan air mancur. Meski status mereka sebagai budak, mereka diperlakukan lumayan baik dan menjadi dekat. Martin dan Seydou saling bercerita tentang keluarga dan mimpi mereka. Karena kerja mereka bagus, sang pemilik perkebunan melepas mereka dan membayar transportasi mereka ke Tripoli. Di Tripoli, dengan berat hati mereka harus berpisah. Martin memilih lanjut ke Napoli, sementara Seydou tetap di Tripoli untuk mencari Moussa di komunitas Senegal di sana. Sambil menunggu, Seydou bekerja sebagai buruh bangunan di gedung bertingkat. Akhirnya, Seydou menemukan Moussa, yang ternyata berhasil kabur dari penjara tapi terkena peluru di betisnya. Luka Moussa hanya dapat distabilkan sementara, tapi Moussa membutuhkan perawatan medis yang lebih serius. Hal ini membuat mereka harus buru-buru melanjutkan perjalanan ke Eropa. Seydou akhirnya menemukan kenalan, Ahmed, yang mengatur penyebrangan melewati Laut Mediterania. Karena tidak memiliki cukup uang, Seydou hanya punya satu pilihan: ia harus menjadi kapten perahu itu sendiri. Ahmed mengajarkan Seydou cara mengemudikan perahu dan memakai kompas untuk mencari navigasi ke arah utara dari Tripoli ke Sisilia. Perjalanan itu sangat berat, penuh dengan penumpang yang ribut, dan bahkan ada bayi yang lahir di atas perahu. Tapi akhirnya, Seydou berhasil mengendalikan perahu itu sampai mereka melihat pantai Sisilia. Sayangnya, beberapa mil sebelum mendarat, perahu mereka dicegat helikopter penjaga pantai Italia. Seydou tetap senang dan bangga sambil teriak-teriak, "Io capitano!" (Bahasa Italia untuk "Akulah sang kapten!") ke helikopter. Tapi nasib mereka belum jelas, karena tidak diperlihatkan apa yang terjadi setelah mereka berhadapan dengan pemerintah Italia. Pemeran
ProduksiIo capitano didasarkan pada ide Matteo Garrone, yang menulis skenario bersama Massimo Gaudioso, Massimo Ceccherini, dan Andrea Tagliaferri.[10] Naskahnya berdasarkan cerita emigrasi dari Afrika ke Eropa oleh Kouassi Pli Adama Mamadou, Arnaud Zohin, Amara Fofana, Brhane Tareke, dan Siaka Doumbia.[11] Io Capitano diproduksi oleh Archimede, Rai Cinema, Tarantula, Pathé dan Logical Content Ventures, dalam produksi bersama dengan RTBF, VOO-BE TV, Proximus dan Shelter Prod, dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan Italia, Pusat Film dan Audiovisual Federasi Wallonia-Brussels, taxshelter.be, ING, dan perlindungan pajak dari pemerintah federal Belgia, dan partisipasi Canal+, Ciné+ dan Wallimage (Wallonia).[12][13] Proyeknya memiliki anggaran sekitar €11,2 juta.[14] Proses syuting, di bawah arahan Henri-Didier Njikam, dilakukan di benua Afrika, dan menampilkan Seydou Sarr dan Moustapha Fall, yang berasal dari Dakar, pada usia 17 dan 18 tahun.[15] Pengambilan gambar utama dimulai di Dakar, Senegal. Prosesnya berlangsung selama 13 minggu, juga mengambil gambar di Maroko dan Italia.[7][16] Direkam secara berurutan, dimulai dengan dua setengah minggu di Senegal dan empat minggu di padang pasir.[17] Lokasi gurun meliputi souk di Errachidia, bukit pasir di Merzouga, dan zona pra-gurun di luar Ouarzazate.[18] Proses syuting dilanjutkan di Casablanca, yang menjadi lokasi pengganti Tripoli dan tempat pengambilan gambar adegan pusat penahanan. Proses syuting kemudian dipindahkan ke laut dengan perahu nelayan selama tiga minggu. Bagian akhir film diambil di lepas pantai Marsala, Sisilia. PerilisanIo capitano terpilih untuk berkompetisi memperebutkan Golden Lion di Festival Film Internasional Venesia ke-80,[19] sedangkan pemutaran perdana dunianya dilakukan pada tanggal 6 September 2023, dan mendapat tepuk tangan meriah selama 13 menit di akhir pemutarannya.[20] Pemutaran khusus Io Capitano berlangsung di Vatikan pada 14 September 2023. Garrone dan para pemain film hadir di sana, dan mereka diberi kesempatan bertemu dengan Pope Francis di kediamannya Domus Sanctae Marthae.[21][22] Tanggapan kritikus. Di situs web agregator ulasan Rotten Tomatoes, 96% pada 108 ulasan para kritikus adalah positif, dengan nilai rata-rata 7.9/10. Konsensus situs web berbunyi: "Sebuah perjalanan menuju harapan, Io Capitano menjelajahi lanskap Sahara yang mempesona menemui sudut-sudut kemanusiaan yang paling luhur dan hina."[23] Di situs Metacritic, yang menggunakan sistem penilaian rata-rata tertimbang, film ini mendapatkan skor 79 dari 100, berdasarkan 25 kritikus, yang menunjukkan ulasan yang "secara umum baik.".[24] Lihat jugaReferensi
Pranala luar
|