Jalan Tol Cinere–Jagorawi
Jalan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 (JORR 2). Tol ini terhubung langsung main-road nya dengan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung di bagian timur dan Jalan Tol Serpong-Cinere di bagian barat, serta memiliki akses on/off ramp-road ke Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi di sisi timur dan Jalan Tol Depok-Antasari di sisi barat. Tol ini menghubungkan wilayah seperti Tanggerang Selatan, Banten, lalu Cinere, Depok, trus Kukusan, Margonda, Cisalak, Raya Bogor, hingga Cimanggis, atau persimpangan dengan Tol Jagorawi. Terminus pada ruas tol ini terdapat pada gerbang tol Limo Utama, Cinere, Depok. Dengan hadirnya ruas tol ini, akan dapat memungkinkan bagi bus kota, bus jarak jauh, dan bus menengah dari Terminal Depok melintasi jalan tol Jagorawi tanpa harus melewati kawasan Lenteng Agung dan Pasar Minggu. Selain itu, kendaraan umum, pribadi, dan Bus Bandara yang menuju Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta dapat mengaksesnya tanpa melewati Tol JORR 1 maupun Tol Dalam Kota Jakarta. [1]Jalan Tol Cinere-Jagorawi terdiri dari tiga seksi:
Total panjang keseluruhan dari ruas tol ini adalah sepanjang 14,64 kilometer.
Sejarah & Kepemilikan[3]TLKJ sendiri didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 18 tanggal 19 Januari 2006, Agus Madjid, S.H., dalam rangka pengusahaan ruas tol Cinere-Jagorawi. Akta Pendirian disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-03269.HT.01.01 tanggal 7 Februari 2006. Awalnya, penamaan dari ruas tol ini adalah Tol Jagorawi-Cinere-Depok[4]. Pada Agustus 2010, telah dimulainya pembangunan seksi 1 pada ruas Cijago segmen Junction Cimanggis, Jagorawi hingga Raya Bogor. Kemudian seksi 1 tuntas dan diresmikan pada tanggal tanggal 27 Januari 2012[5][6] lalu, menjadi awal dari pengoperasianya Tol Cijago ruas Cimanggis - Raya Bogor sekaligus menandai awal dari segmen paling pertama dari rangkaian seluruh jaringan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 (JORR 2) yang pertama kali beroperasi. [7]TLKJ awalnya merupakan konsorsium dari empat perusahaan di Indonesia. Keempat perusahaan itu adalah Transkindo Karya Investama, anak perusahaan Kompas Gramedia Group (KKG); Waskita Toll Roads (WTR) (Waskita Karya); Jalan Lingkarluar Jakarta (JLJ); dan Kopnatel Jaya, sebelum akhirnya Jasamarga mengakuisisi saham dari WTR dan JLJ. Pasca Transaksi, Transindo tetap menguasai 78,01% porsi TLKJ, Jasa Marga memiliki porsi 21,24% saham dan Kopnatel menggenggam 0,75% saham sejak 6 Agustus 2012. Pada 20 Maret 2014, Groundbreaking sekaligus menandai dimulainya pekerjaan fisik Seksi 2 oleh pihak kontraktor pelaksana, yaitu Hutama Karya Infrastruktur (HKI). Lalu keseluruhan Seksi 2 tuntas pada 28 September 2019. Pada 29 Mei 2021, Groundbreaking sekaligus menandai dimulainya pekerjaan fisik Seksi 2 oleh pihak kontraktor pelaksana, yaitu PT Lancarjaya Mandiri Abadi dan PT PP Presisi dengan skema kerja sama operasi (KSO) dengan biaya konstruksi sebesar Rp 1,2 triliun. [8] Berdasarkan Akta Notaris No. 27 tanggal 17 November 2023, Doddy Radjasa, S.H., Perusahaan menambah setoran modal sebesar Rp78.592 atau sebanyak 78.592 lembar saham. Akta Perubahan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.03-0151632 tanggal 6 Desember 2023. Pada tanggal 31 Desember 2023, Tercatat bahwa Jasamarga telah memiliki 231.520 saham yang merupakan 21,24% dari total porsi kepemilikan TLKJ. Kemudian Seksi 3A telah tuntas dan beroperasi tanpa tarif sejak 23 Desember 2022 yang lalu. Sedangkan Seksi 3B telah tuntas dan beroperasi tanpa tarif sejak 22 Desember 2023. Keduanya beroperasi secara fungsional untuk mendukung Hari Raya Nataru pada 2022 dan 2023 Desember yang lalu. Akhirnya Seksi 3A & 3B diresmikan berbarengan pada 8 Januari 2024 yang lalu, oleh Presiden Joko Widodo, yang kemudian mengalami penyesuaian tarif sejak 1 Februari 2024[9] Gerbang TolRuas Limo-Cimanggis (Dikelola PT Translingkar Kita Jaya)
Lihat juga
Referensi
|