Jessy WenasJessy Wenas atau Jehezkiel Robert Wenas (14 April 1939 – 18 Januari 2019) adalah seniman visual, peneliti, pencipta lagu, pegiat budaya Minahasa, dan cendekiawan Minahasa. Kehidupan PribadiJessy Wenas memiliki 3 saudara kandung, 2 kakak dan 1 adik. Ayahnya pensiunan Direktur Rumah Buta Bandung yang membuat beliau pindah dari Tomohon ke Bandung pada masa kecilnya. Pernikahan pertamanya dengan Mulyati Supardi melahirkan tiga orang anak. Pernikahan keduanya dengan Winny Pakasi pada 29 September 1988 sampai dengan akhir khayat Jessy Wenas di tahun 2019.[1] PendidikanJessy meninggalkan kota kelahirannya Tomohon untuk bersekolah di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1957 di SMA Biliton yang sekarang berganti nama menjadi SMA 5 Bandung. Tahun 1961-1967 beliau menimba ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa namun tidak selesai. SD : Sekolah Kristen GMIM III Tomohon tahun 1945-1953 SMP : Sekolah Kristen GMIM Tomohon tahun 1954-1957 SMA : SMA C. Biliton Bandung tahun 1957-1961 Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa tahun 1961-1967 tidak selesai kena D.O karena situasi politik saat itu (Jessy dekat dengan keluarga presiden Soekarno) Karier MusikSelain menjadi tokoh budaya Minahasa dalam karirnya di dunia seni beliau meninggalkan banyak karya –– beliau lebih di kenal sebagai pencipta lagu pop Indonesia yang sangat aktif. Beberapa karyanya antara lain Nyai Loro Kidul (ciptaan 14 Juli 1966), Mengapa Tiada Maaf (1969), Diam-diam Jatuh Cinta (1971), Si Jago Mogok, Di Tepi Danau Tondano, dan masih banyak lagi. Lagu-lagu ciptaannya tersebar dalam sekitar 200 piringan hitam, ratusan kaset, dan tak sedikit karyanya yang menembus puncak blantika musik pop Indonesia. Jessy telah berkolaborasi dengan Zaenal Combo, Ernie Djohan, Bob Tutupoly, Titiek Sandhora, Patty Bersaudara, Elly Kasim, Oma Irama, Vivie Sumanti, Tetty Kadi dan Titiek Puspa diantaranya. PRESTASI di BIDANG MUSIK 1959 : Juara I Festival Group Band di Hotel Homan – Bandung Nama Group “Alulas” sebagai Gitar Pengiring 1961 : Vokalis group band “Aneka Nada” di Bandung bersama Guntur Soekarno Putra (Gitar & Fibraphone) Iwan (Bass), Indradi (Drumer), Samsudin, Atjil, Memet Slamet(Vocal). 1961 : Mulai menciptakan lagu, antara lain “Abunawas”, “Si Gareng”,“Kisah Setangkai Daun”, “Menuai Padi”.Rekaman piringan hitam untuk penyanyi Yanti Bersaudara di StudioIrama – Jakarta. 1962 : Mencipta lagu “Tiada Salah” yang dinyanyikan bersama Alfons Pangemanan, piringan hitam produksi Lokananta Record.Iringan band “Aneka Nada” yang direkam di studio RRI Bandung 1966 : Pimpinan band rekaman “Kwartet Bintang” bersama Guntur Soekarno Putra, Memet Slamet dan Dodo. Beberapa lagu ciptaan yang direkam : 1. Borobudur (ciptaan tanggal 29 Mei 1966) 2. Putri Malu (ciptaan tanggal 12 Juli 1966) 3. Masa Lalu 4. Daku Dewasa 5. Pak Tani (PH. Volume Aneka 12) 6. Wolter Monginsidi (Remaco : RL-043) 7. Nyai Roro Kidul (ciptaan tanggal 14 Juli 1966) 8. Burung Gereja (ciptaan tanggal 23 Desember 1966) 1966 : Beberapa lagu ciptaan yang dinyanyikan Deddy Damhudi untukrekaman bersama band “Zaenal Combo” pimpinan Zaenal Arifin, di studio Remaco (30 Juli 1966) : 1. Di tepi Kolam 2. Peluklah Daku dan Lepaskan 3. Mega di Kala Senja (ciptaan tanggal 2 Juli 1966) 4. Pergi dan Kembali (ciptaan tanggal 1 Juli 1966) 1967 : Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, bersama band studio Remaco (A.Riyanto, Joppy Item, Zaenal Arifin, Enteng Tanamal, dkk) 1. Semalam di Kota Bogor, penyanyi Alfian. (PH. Aneka 12″.Vol.4) 2. Kini Ku Rindu, penyanyi Tatty Saleh 3. Yang Terakhir, penyanyi Tatty Saleh 1967-1968 : Lagu ciptaan yang direkam di studio Remaco, penyanyi Ernie Djohan 1. Pemalu (ciptaan tanggal 6 Maret 1967) 2. Ingin Kembali (ciptaan tanggal 29 Maret 1967) 3. Tidak Kutanya Lagi 4. Samudraku 5. Setengah dari Hatiku 6. Jangan Biarkan Kusendiri 7. Semau Gue 8. Kisah di Seberang Samudera 9. Senja di Bina Ria 10. Stop 11. Jembatan Sarinah 12. Nompang Parkir 13. Pantai di Kala Senja 14. Sinar Mata Seorang Kekasih 1968 : Lagu ciptaan yang dinyanyikan Bob Tutupoli 1. Mengapa Tiada Maaf (ciptaan tanggal 2 April 1968), dinyanyikan kembali oleh Yuni Shara 2. Wanita Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titiek Sandora 1. Si Jago Mogok 2. Si Boncel 3. Jangan Tertawa 4. Warung Kopi (duet dengan Muchsin Alatas) 5. Micoma (Oh Mama) 6. Si Bogel 7. Lotto Harian 8. Sedetik Kau Terlambat Lagu ciptaan yang dinyanyikan Titik Puspa 1. Antara Sepi dan Kesepian 2. Penyesalan 1968 : Lagu ciptaan yang dinyanyikan Patty Bersaudara 1. Cintaku Abadi Untukmu (ciptaan tanggal 6 Juli 1968) 2. Kisah Seribu Satu Malam Lagu ciptaan yang dinyanyikan Tetty Kadi 1. Pramugari Udara 2. Bungaku 3. Bisikan Angin 4. Kuda Terbang 5. Tiada Maaf Bagimu Lagu ciptaan yang dinyanyikan Anna Mathovani 1. Antara Pria dan Wanita 2. Menyambut Malam Tiba 3. Tukar Tambah Penyelam Mutiara, penyanyi Lilies Suryani 1969 : Lagu ciptaan yang dinyanyikan Elly Kasim 1. Jangan Kau Paksakan 2. Tak Usah Ya 1970 : Lagu ciptaan yang direkam di Metro Studio – Jakarta, Penyanyi Ineke Kusumawati 1. Melati di Musim Kemarau 2. Bila Teringat Padamu 3. Pertama Berkenalan (duet dengan Oma Irama) 4. Rindu Tiada Obatnya Penyanyi Oma Irama 1. Diam-diam Jatuh Hati 2. Hari Ini Tiada Cinta 3. Mohon Diri Mak Tjomblang, penyanyi Bing Slamet Bila Sedang Sendiri, penyanyi Oslan Husein Aku Sedang Rindu, penyanyi Onny Soerjono. Penyanyi Vivie Sumanti : 1. Di Tepi Danau Tondano 2. Hilang Tiada Berita 3. Bunga-Bunga Berguguran 4. Dendang Sayang 1971 : Lagu ciptaan yang direkam di studi Lokananta – Solo Ingin Belaian Tanganmu, penyanyi Nunning Suwiryo Penyanyi Nenny Triana : 1. Bayangan Wajahmu (ciptaan Maret 1971) 2. Lagu Kesayangan 1971 : Pertama kalinya musik daerah Minahasa direkam dalam bentukpiringan hitam, di Metro Studio sekarang bernama “Musika Studio”.Group musik Kolintang Kadoodan pimpinan Alfred Sundah, penyanyi Vivie Sumanti dan Frans Daromes. 1975 : Kolaborasi pimpinan orkes Zakaria di studio Golden Hand Surabaya, menciptakan sejumlah lagu melayu 1. Menagih Janji (penyanyi Fadiah El Bash) 2. Air Mata (penyanyi Yusniah) 3. Walau Aku Jauh 4. Tiada Yang Murni 5. Derita dan Bahagia 6. Topeng Monyet 1976 : Menciptakan lagu anak-anak di studio Yukawi – Cimanggis Bogor 1. Ayam Jantan (penyanyi Dina Mariana) 2. Cicak dan Kucing 3. Kuda Sado 4. Kancil dan Buaya 5. Coba Terka 6. Krik Krik Bunyi Jangkrik 7. Roda Tiga Sampai kelahiran anak pertamanya di tahun 1978, Jessy Wenas telah menghasilkan lagu ciptaannya hampir 300 buah dalam bentuk piringan hitam dan kaset. Termasuk karyanya dalam iringan musik Kolintang dan Tarling. Karier Kebudayaan MinahasaJessy Wenas aktif untuk menjadi peneliti budaya Minahasa dan organisasi diaspora Minahasa Kerukunan Keluarga Kawanua dan Yayasan Kebudayaan Minahasa yang dulunya berkantor di kediamannya. 1975 : Mengembangkan tarian Kabasaran / Kawasaran di Jakarta. sebelumnya tarian ini ditolak karena dianggap dipengaruhi ilmu hitam, akhirnya diterima sebagai bagian dari seni tari untuk pertunjukan. 1985 : Tim Penulis Makalah Gelar Adat Minahasa untuk Majelis Kebudayaan Minahasa (MKM) pimpinan Drs. K.L Senduk. Judul “Gelar Adat Minahasa di Masa Lampau” forum diskusi bertempat Hotel Indonesia. Menjadi cikal bakal penentuan pemberian gelar adat Minahasa. 1993 : Mengangkat kerajinan dengan alih teknologi untuk pembuatan kain tenun di daerah Tonsea, dan pembuatan keramik di daerah Toraget, Sulawesi Utara. 1995 : Merancang desain busana adat pria Minahasa dan kelengkapannya, yang kemudian disahkan melalui keputusan Kepala Daerah Tk. II Minahasa No. 254/KDH/VIII/1995. Sebelumnya hanya ada busana adat Sulawesi Utara, dan busana adat masing-masing sub-etnik. 2005 : Ketua Juri Festival Tari Maengket tingkat Nasional di Jakarta. Mengangkat kembali kain Tenun Bentenan yang telah punah ke kancah nasional, sebagai juru gambar motif asli kain tersebut. Motif Pinatikan ditenun dan motif Kaiwu Patola diprint yang kemudian menjadi bahan seragam untuk seluruh pegawai pemerintahan propinsi Sulawesi Utara 2006 : Penulis sejarah tari Maengket pada buku “Materi Pelatihan Pelatih Tari Maengket” Minahasa – Sulawesi Utara di tahun 2006. Juru gambar motif asli kain Bentenan, jenis Tinonton Mata, Tinompak, Sinoi. Begitu juga motif asli kain Koffo (etnis Sangihe Talaud) dan kain Bantik. 2007 : Penulis makalah dan pembicara pada Seminar Kerajinan Tenun Bentenan di daerah Sonder Sulawesi Utara, untuk memperkenalkan kembali jenis-jenis kain Bentenan Minahasa dan alat tenun Tempo dulu. Banyak orang Minahasa khususnya, yang belum pernah melihatnya. 2007-skrg : Mengadakan pelatihan untuk pelatih kesenian Maengket, Kabasaran, Kolintang ke daerah-daerah di Minahasa. Tujuannya antara lain untuk meluruskan kesalahpahaman masyarakat tentang keseniannya, karena kurangnya informasi tentang pengetahuan teori dan sejarahnya. Melalui Festival Seni Budaya Sulawesi Utara, pimpinan Kombes Benny J. Mamoto. Beliau juga menerbitkan beberapa buku diantaranya adalah Sejarah Kebudayaan Minahasa.
|