Jurnalisme olahragaJurnalisme olahraga adalah jurnalisme yang berperan dalam peliputan kegiatan olahraga yang disebarkan melalui media cetak seperti koran dan tabloid olahraga serta siaran berita olahraga di televisi dengan bahasa penyampaian yang ringan, kreatif, tapi terkadang dengan gaya provokatif. Di sisi lain, peliputan kegiatan olahraga harus tetap akurat dan bersifat adil dalam memberitakan pihak yang menang dan pihak yang kalah.[1] ResolusiPada tahun 1971, UNESCO mengeluarkan resolusi yang berisi tentang peran media massa dalam menyampaikan informasi terkait pendidikan jasmani dan olahraga.[2] Berita olahragaLaporan berita olahraga disampaikan baik secara tulisan melalui koran, tabloid, dan majalah maupun lisan melalui laporan atau liputan khusus yang langsung disiarkan di televisi. Pembicaraan terkait pertandingan olahraga seolah tak ada habisnya sehingga berpeluang untuk diulas di berbagai media.[3] Di beberapa surat kabar di luar negeri seperti The Sunday Times, mantan atlet seringkali mendapat tawaran untuk mengisi rubrik khusus olahraga. Meskipun hal ini dapat berdampak terhadap penurunan reputasi jurnalisme olahraga, tetapi praktik seperti ini masih tetap bertahan sampai sekarang.[4] Kemampuan beberapa negara seperti Spanyol, Italia, dan Prancis dalam hal mendukung publikasi jurnalisme olahraga jangka panjang serta status khusus yang diberikan kepada para jurnalis olahraga di Amerika Serikat mengindikasikan bahwa sentralitas olahraga sebagai sebuah bentuk budaya semakin merefleksikan jatidiri bangsa mereka.[5] Asosiasi jurnalis olahragaHampir semua negara di dunia mempunyai asosiasi jurnalistik olahraga tersendiri. Begitu juga dengan sebagian besar cabang-cabang olahraga yang ada, hampir semua cabang olahraga memiliki klub masing-masing yang terhubung dengan asosiasi para jurnalis secara spesifik.[3] Para jurnalis kerap membina hubungan baik dengan para atlet agar tidak ada informasi yang keliru dalam hal pemberitaan hasil pertandingan maupun berita tentang para atlet beserta para pelatihnya. Bahkan para jurnalis diberikan kesempatan khusus untuk mewawancarai para atlet beserta para pelatihnya setelah pertandingan usai.[6] Para jurnalis pun dituntut untuk mampu menggali fakta-fakta dan data agar dapat dipertanggungjawabkan, tidak hanya mengandalkan berita dari konferensi pers yang mengutip pernyataan-pernyataan dari tim-tim olahraga tertentu.[4] Referensi
|