Jurnalisme robotJurnalisme robot adalah suatu algoritma yang disusun dan berfungsi untuk mengkonversi fakta serta wawasan baru dari data sehingga dapat menjadi laporan yang mudah dibaca. Proses pembuatan laporan dari jurnalisme robot menggunakan teknik analisis data mining dan berlangsung dalam waktu singkat, yakni hanya beberapa detik saja. Noam L. Latar mengidentifikasikan bahwa jurnalisme robot berlandaskan dari dua pilar, yakni yang pertama dalam bentuk software yang secara otomatis menggali pengetahuan baru dari data-data yang terdapat di internet. Pilar kedua, yakni algoritma otomatis yang dapat melakukan konversi data menjadi suatu bahan bacaan tanpa bantuan tangan manusia sama sekali.[1] Sejarah jurnalisme robotPraktik jurnalisme robot pertama kali dilakukan oleh Ken Schwencke pada tahun 2014. Pada saat itu, Ken selaku jurnalis dan programmer dari Los Angeles Times, memproduksi berita mengenai gempa di California Selatan dengan bantuan robot. Berdasarkan dari pengakuannya, berita yang diproduksi tidak diedit sama sekali dan hanya berdasar dari algoritma yang ia ciptakan hingga akhirnya muncul berita pendek ketika gempa bumi itu terjadi.[2] Berselang dua tahun, tepatnya pada tahun 2016, media The Washington Post menggunakan teknologi bernama Heliograf untuk memproduksi berbagai laporan mengenai Olimpiade Rio de Janeiro[3] Industri 4.0 dan jurnalisme robotIndustri akan terus berkembang seiringnya perkembangan zaman. Perkembangan teknologi di dalam dunia industri tentunya juga akan memberikan dampak yang besar di dalam bidang jurnalisme. Dalam industri 4.0, teknologi digital akan terbantu oleh interkonektivitas melalui Internet of Things (IoT), akses ke real-time data, dan pengenalan CPPS (Cyber Physical Production System). Industri 4.0 membuat segala sistem yang digunakan menjadi “smart”. Jurnalis akan difasilitasi dalam memaksimalkan kegiatan rutinnya seperti dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data dengan menggunakan sistem AI (Artificial Intelligence). Sistem yang pintar tersebut akan menginput data secara live atau real-time yang dapat mengakibatkan dampak positif di mana konsumen bisa mendapatkan informasi yang aktual. Selain itu, dengan hadirnya AI di industry 4.0 tidak hanya jurnalis yang akan dimudahkan dengan AI, namun juga konsumen berita. Berita yang ditawarkan akan dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan user.[4] Kelebihan dan kelemahan jurnalisme robotDengan menggunakan smart system di mana robot diprogram untuk mengerjakan tugas dengan intervensi manusia seminimal mungkin, tentunya sangat mengefisienkan keseluruhan proses kegiatan di dalam dunia jurnalisme. Robot diciptakan beragam dalam bentuk, ukuran, dan fungsi. [5]Di samping itu, jurnalisme robot tidak bisa mengontrol kualiti serta mendeteksi kepalsuan. Kredibilitas produksi yang dihasilkan juga perlu dipertanyakan. Adanya disiplin verifikasi jurnalis manusia bahkan bisa terabaikan bila berbagai berita dihasilkan oleh digital jurnalisme seperti jurnalisme robot. Keberadaan jurnalisme robot juga dapat memicu tindak kejahatan jika tidak ada campur tangan jurnalis manusia. Jurnalisme robot di IndonesiaJurnalisme robot telah diterapkan di Indonesia, yaitu Robotorial yang dipelopori oleh salah satu situs kurasi berita bernama Beritagar.id. Laporan perdananya pada tanggal 25 Februari 2018 dengan memberitakan pertandingan Liga Inggris antara Leicester vs Toke City.[3] Robotorial diciptakan oleh Beritagar.id untuk menyajikan laporan rubrik Olahraga. Dalam Beritagar.id proses produksi berita Robotorial dilakukan dengan menggunakan teknologi berbasis Machine Learning (ML) untuk pengenalan pola dan pembelajaran Artificial Intelligence (AI). Beritagar.id juga memanfaatkan teknologi Natural Language Processing (NLP) yang berkaitan dengan kecerdasan dan bahasa komputer.[6] Cara Kerja Jurnalisme RobotCara kerja Jurnalisme Robot menurut Andreas Graefe dalam bukunya “Guide to Automated Journalism" ialah sebagai berikut :[7]
Jurnalisme Robot vs Jurnalis ManusiaPada masa ini, jurnalis manusia masih lebih unggul karena pada saat ini jurnalisme robot baru sampai pada tahap penulisan berita yang berbasis data dan angka, seperti seputar keuangan perusahaan, hasil pertandingan sepak bola, dan lainnya. Akan tetapi, untuk laporan-laporan jurnalistik, seperti laporan investigasi belum dapat dilakukan oleh robot jurnalisme. Walaupun begitu, dengan adanya kemajuan dan perkembangan jaman yang terus berlangsung, hingga dapat menemukan teknologi robot yang dapat menulis berita seperti ini tidak boleh diragukan, karena cepat atau lambat jurnalisme robot tersebut pasti akan terus mengalami perkembangan. [8] Dengan adanya jurnalisme robot, jurnalis manusia akan sangat terbantu karena waktu yang tersita ketika mengerjakan hal bersifat klerikal dapat dialokasikan untuk menyusun karya yang lebih in-depth (mendalam) dan investigatif dalam bentuk laporan panjang dan lengkap (long form). Peran sumber daya manusia yang mendukung terwujudnya robotorial pun masih besar. Mulai dari programmer, data scientist, hingga jurnalis. Mereka bekerja bersama agar robot mampu mengerjakan sejumlah tahapan seperti cloud computing, Internet of Things, hingga mengolah Big Data. Dengan kode program hingga susunan (template) berita yang ditentukan oleh manusia, jurnalis robot dapat mengotomatisasi dan melakukan optimalisasi setiap tahapan dalam proses produksi berita: mengumpulkan bahan berita, pencarian lead tulisan, pembuatan berita, penyuntingan, menyortir perilaku hingga menganalisis umpan balik pembaca. Referensi
|