KRI John Lie (358)
KRI John Lie (358) adalah sebuah Kapal Perang Republik Indonesia. Sebagai mana Korvet kelas Bung Tomo lainnya, kapal ini merupakan kapal perang yang dibuat untuk Angkatan Laut Brunei dengan nama KDB Nakhoda Ragam. Nama kapal ini diambil dari seorang tokoh pahlawan nasional Indonesia, yaitu Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie yang pernah terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.[3] RiwayatPeletakan lunas pertama kapal ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 1999. Pertama kali diluncurkan pada tanggal 13 Januari 2001 oleh galangan kapal BAE Systems Marine di Glasgow, Skotlandia.[4] Lalu pada Desember 2014, kapal ini sudah beralih kepemilikan dari yang sebelumnya milik Tentara Laut Diraja Brunei menjadi Angkatan Laut Indonesia.[5] KRI John Lie (358) juga tercatat ikut hadir dalam latihan bersama Angkatan Laut Amerika Serikat berupa gunex (Gunnery Exercise) di CARAT 2015.[6][7] Pada saat latihan gabungan TNI di perairan Laut Jawa, Situbondo pada tanggal 31 Juli 2023, KRI John Lie menjadi salah satu KRI yang ikut berpartisipasi dalam sinkex (Sinking Exercises) dengan target sasaran penenggelaman eks KRI Slamet Riyadi (352) yang sudah dibebas tugaskan dari armada TNI angkatan laut.[8] KRI John Lie melepaskan meriam anti kapal permukaan MBDA Exocet MM40 Block 3 yang berhasil menghantam kapal target latihan[9] (namun tidak sampai membuat kapal target tenggelam, kapal baru tenggelam setelah dijatuhi bom Mk-12 dari jet tempur F-16 milik TNI AU).[10][11] PersenjataanPersenjataan canggih melengkapi KRI ini serta didukung oleh Platform System yang baik, di antaranya, radar navigasi, radar surveilans untuk mendukung pengamatan udara serta Radar Tracker Senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran Meriam 76 mm Otomelara Super Rapid Gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai CIWS (Close in Weapon System) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut. Kelengkapan system sensor senjata juga dilengkapi dengan EOTs (Electro Optical Tracker System) untuk pengendalian meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh camera video yang ada. Sebagai kapal frigate, kedua kapal perang ini juga dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air yaitu sonar.[12] Sistem penggerak yang ada di kapal ini dikontrol secara terkomputerisasi oleh IPMS (Integrated Platform Management System) sehingga dapat mendeteksi kerusakan pada sistem/perangkat kapal secara dini. Secara rinci kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk pertempuran permukaan maupun bawah air. Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke- udara VLS MBDA MICA (BAE System), dua pasang set tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet (dimana setiap satu set kanister memiliki ruang untuk empat peluru kendali).[13] Kapal perang ini memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton. Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 Diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot. Kapal terbaru yang nantinya masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim ini, dilengkapi dengan Radar dan Avionik Sonar: FMS 21/3 Hull Mounted Sonar buatan Thales, Prancis.[14] Referensi
|