Kaidah Bergmann adalah kaidah ekogeografis yang menyatakan bahwa di dalam klad yang tersebar secara luas, populasi dan spesies yang lebih besar cenderung berada di lingkungan yang lebih dingin, sementara spesies yang lebih kecil berada di wilayah yang hangat. Walaupun awalnya dirumuskan dalam konteks spesies di dalam suatu genus, kaidah ini sering kali diubah konteksnya menjadi populasi di dalam spesies. Kaidah ini juga sering didefinisikan dalam konteks garis lintang. Terdapat kemungkinan bahwa kaidah ini juga berlaku untuk beberapa tumbuhan, seperti Rapicactus.
Kaidah ini dinamai dari ahli biologi Jerman dari abad ke-19, Carl Bergmann, yang mendeskripsikan pola ini pada tahun 1847, walaupun ia bukan orang pertama yang menyadarinya. Kaidah Bergmann sering kali diaplikasikan pada mamalia dan burung yang merupakan hewan endoterm, tetapi beberapa peneliti juga menemukan bukti bahwa kaidah ini juga berlaku pada spesies ektoterm,[2][3] seperti semut Leptothorax acervorum. Walaupun kaidah Bergmann tampaknya berlaku untuk banyak mamalia dan burung, terdapat beberapa pengecualian.[4][5][6]
Hewan yang bertubuh besar cenderung lebih "patuh" kepada kaidah Bergmann daripada hewan yang kecil, paling tidak hingga garis lintang tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh berkurangnya kemampuan untuk menghindari lingkungan yang penuh dengan tekanan (seperti dengan menggali lubang dan bersembunyi).[7] Selain menjadi pola yang umum, kaidah Bergmann juga dilaporkan telah ditemui dalam populasi yang terpapar dengan berbagai macam suhu dalam sejarah evolusi.[8][9][10] Pengecilan tubuh hewan terjadi khususnya pada periode panas maksimal Paleosen-Eosen[11] dan Panas Maksimal Eosen 2.[12]
^Freckleton, Robert P.; Harvey, Paul H.; Pagel, Mark (2003). "Bergmann's rule and body size in mammals". The American Naturalist. 161 (5): 821–825. doi:10.1086/374346. JSTOR10.1086/374346. PMID12858287.