Kampanye izin salat di Katedral Córdoba
Sejak awal tahun 2000-an, umat muslim Spanyol telah melobi Gereja Katolik untuk mengizinkan mereka beribadah di Gereja Katedral Kordoba. Saat ini, umat muslim ketika beribadah sering dihentikan oleh petugas keamanan.[1][2] Pihak Katolik Spanyol menentang permintaan tersebut, sebagaimana pada tahun 2012 dan pihak Vatikan telah diminta untuk memediasi tetapi belum merespon.[1][2][3] Pada tahun 2010, polisi menangkap dua orang muslim berkewarganegaraan Austria di lokasi tersebut karena insiden kekerasan yang menyebabkan dua petugas keamanan terluka parah. Media Spanyol mengutip sumber dari kepolisian mengatakan salah satu dari orang yang ditangkap membawa sebuah pisau.[4][5][6] Latar belakangPembangunan dimulai sekitar tahun 500 sebagai gereja Kristen Arian gaya Visigoth St. VIncentius.[7] Setelah kerajaan Visigoth ditaklukkan Islam, bangunan gereja dibagi antara umat muslim dan umat Kristen. Ketika pangeran Umayyah Abdurrahman I melarikan diri ke Spanyol dan mengalahkan gubernur Andalusia Yusuf al-Fihri, ia mengizinkan umat Kristen untuk membangun kembali gereja yang telah dihancurkan dan membeli setengah bagian dari gereja St. Vincentius milik umat Kristen.[8][9] Abdurrahman I dan keturunannya membangun ulang bangunan tersebut selama dua abad untuk mengubah bentuknya menjadi sebuah masjid pada tahun 784. Selain itu, Abdurrahman I menggunakan masjid tersebut (awalnya disebut Masjid Aljama) sebagai tambahan istananya dan menamainya dengan nama istrinya sebagai penghormatan. Menurut tradisi, mihrab sebuah masjid menghadap ke arah Mekah, tetapi mihrab tersebut menghadap ke arah selatan sedangkan Mekah berada di arah timur tenggara dari masjid. Masjid tersebut mengalami berbagai perubahan berikutnya: Abdurrahman III memesan sebuah menara baru. sementara itu, Al-Hakam II memperluas bangunan masjid dan mempercantik mihrab pada tahun 961. perubahan terakhir dilakukan oleh Muhammad bin Abi Amir al-Mansur pada tahun 987. Masjid tersebut terhubung dengan istana Khalifah dengan jalan yang ditinggikan, masjid di dalam istana sudah menjadi tradisi untuk penguasa Islam dari masa ke masa. Mezquita mencapai bentuk seperti sekarang pada tahun 987 dengan selesainya bagian luar panti umat dan halaman. Penaklukan kembali KastilaPada tahun 1236, Kordoba telah ditaklukan oleh Raja Fernando III dari Kastila pada masa Reconquista dan masjid Kordoba telah dikembalikan menjadi gereja. Alfonso X mengawasi pembangunan Kapel Villaviciosa dan Kapel Kerajaan yang berada di dalam masjid. Untuk memperingati penaklukan kembali, patung St. James Matamoros yang menginjak-injak orang Moor telah ditambahkan di dekat bagian depan Kapel Kerajaan. Raja-raja selanjutnya menambahkan pernak-pernik kristen lebih lanjut, seperti Raja Enrique II membangun kembali kapel tersebut pada abad ke-14. Menara masjid juga telah digantikan fungsinya sebagai menara lonceng katedral yang dihiasi dengan lonceng dari Katedral Santiago de Compostela.[10] Perubahan yang paling signifikan terjadi ketika pembangunan panti umat katedral Renaisans tepat di tengah-tengah struktur yang luas. Penyisipan dibangun atas izin Karl V, raja dari Kastila dan Aragon. Para seniman dan arsitek terus menambah struktur yang ada hingga akhir abad ke-18. Kampanye muslim saat iniBeberapa orang Islam di sepanjang Spanyol melobi pihak Gereja Katolik untuk mengizinkan mereka beribadah di katedral Kordoba.[1][2] Dewan Islam Spanyol telah mengajukan permintaan resmi ke Vatikan agar umat muslim dapat beribadah di gereja tersebut.[1] Namun, pihak gereja Spanyol menentang umat muslim beribadah di katedral Kordoba.[3] Zakaria Maza, takmir masjid Taqwa yang berdekatan dengan wilayah Granada mengatakan, "kami berharap Vatikan akan memberikan sinyal yang memiliki tujuan untuk keterbukaan dan dialog. Akan lebih baik jika ada sikap toleransi di pihak mereka. Dewan gereja tampaknya tidak terbuka untuk berdialog".[1] "Tidak mungkin permintaan ini tentang mengklaim kembali hak kami — apalagi tentang penaklukan kembali", kata Isabel Romero, anggota Dewan Islam Spanyol pada tahun 2004.[1] "Sebaiknya, kami ingin memberikan dukungan kepada karakter universal dari bangunan ini", kata Rosa Aguilar, walikota Kordoba dari partai United Left sembari mengekspresikan dukungannya untuk Dewan Islam.[1] Pada Hari Natal 2006, sebuah organisasi muslim Spanyol yang disebut Spanish Islamic Board mengirim sebuah surat untuk perwakilan Paus di Spanyol untuk meminta Paus Benedictus XVI untuk mengizinkan umat muslim untuk beribadah bersama umat Kristen di bangunan tersebut.[3] Umat muslim Spanyol menuliskan di surat mereka bahwa mereka tidak berniat untuk mengambil alih bangunan tersebut atau "memulihkan kerinduan al-Andalus".[3] Pada tahun 2004, Dewan Kepausan Vatikan untuk Dialog Antaragama telah menolak permintaan serupa dari kelompok yang sama.[3] Sekretaris jendral Spanish Islamic Board, Mansur Escudero mengatakan petugas keamanan sering kali menghentikan umat muslim ketika beribadah di dalam bangunan tersebut.[2] Kekerasan turis muslim 2010Pada bulan April 2010, dua orang wisatawan muslim ditangkap di katedral setelah sebuah peristiwa yang menyebabkan dua petugas keamanan terluka parah. peristiwa tersebut terjadi ketika gedung tersebut sedang dipenuhi dengan wisatawan yang berkunjung ke katedral selama Pekan Suci.[4][5][6] Menurut pihak katedral, saat enam orang warga muslim Austria yang menjadi bagian dari kelompok yang berjumlah 118 orang dalam sebuah tur yang terorganisir untuk pemuda muslim di Eropa berlutut untuk berdoa dalam waktu yang sama, petugas keamanan turun tangan dan "meminta mereka untuk melanjutkan tur mereka atau meninggalkan gedung".[4][5] Ketika dua orang tersebut menolak untuk patuh, perkelahian terjadi dan polisi dipanggil ke lapangan. Dua petugas keamanan mengalami luka parah dan dua orang muslim tersebut telah ditahan. Media Spanyol mengutip dari sumber kepolisian mengatakan salah satu dari orang yang tertangkap membawa sebuah pisau.[4][5][6] Dalam sebuah pernyataan pihak Katolik mengecam insiden tersebut: "Mereka memprovokasi sebuah peristiwa kekerasan yang menyedihkan secara terorganisir". Setelah insiden tahun 2010, klerus Katolik Spanyol menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan mengizinkan agama lain untuk beribadah di dalam Katedral Katolik mereka.[2] Pihak Katolik mengatakan, "peristiwa ini tidak mewakili sikap tulus umat Islam, banyak dari mereka mempertahankan sikap hormat dan dialog dengan gereja Katolik".[4] Referensi
|