Share to:

 

Kapal induk Jepang Shōkaku

The Shōkaku shortly after completion in August 1941.
Shōkaku pada 23 Agustus 1941 yang baru saja selesai dibangun, sedang dikirimkan ke Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Shōkaku
Operator Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Dipesan 25 Juni 1942
Pembangun Arsenal Angkatan Laut Yokosuka
Pasang lunas 12 Desember 1937
Diluncurkan 1 Juni 1939
Mulai berlayar 8 Agustus 1941
Dicoret 31 Agustus 1945
Nasib list error: <br /> list (help)
Tenggelam oleh kapal selam Cavalla
pada 19 Juni 1944
Ciri-ciri umum (saat dibangun)
Kelas dan jenis Kapal induk kelas-Shōkaku
Berat benaman
  • 25.675 ton (25.270 ton panjang) (standar)
  • 32.105 ton (31.598 ton panjang) (muat penuh)
Panjang 2.755 m (9.038 ft 9 in)
Lebar 26 m (85 ft 4 in)
Sarat air 8,8 m (28 ft 10 in)
Tenaga 160.000 shp (120.000 kW)
Pendorong
Kecepatan 34,2 knot (63,3 km/h; 39,4 mph)
Jangkauan
  • 9.700 mi (8.400 nmi) pada 18 kn (21 mph; 33 km/h)
  • 18.000 mi (16.000 nmi) pada 33 kn (38 mph; 61 km/h)
Awak kapal 1.660 orang
Senjata 16 × meriam anti pesawat terbang 127 mm (Tipe 98)
70 × meriam anti pesawat terbang 25 mm (Tipe 96)
Pesawat yang
diangkut

72(+12 buah) pesawat

Shōkaku (翔鶴, Bangau putih kebahagiaan) adalah sebuah kapal induk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, merupakan kapal pertama di kelasnya. Bersama dengan kapal kembarannya Zuikaku, Shōkaku terkenal akan keikutsertaannya dalam banyak pertempuran kunci di Teater Pasifik dalam Perang Dunia II, termasuk penyerangan Pearl Harbor dan Pertempuran Laut Koral.[1]

Desain

Saat Shōkaku diluncurkan dari galangan kapal Yokosuka tanggal 1 Juni 1939, cuaca saat itu dalam keadaan hujan lebat dan petir.

Shōkaku mulai dibangun di Arsenal Angkatan Laut Yokosuka pada 12 Desember 1937, diluncurkan pada 1 Juni 1939, dan mulai bertugas pada 8 Agustus 1941. Pembuatan kapal-kapal induk Kelas Shōkaku berada dalam program yang sama yang juga melibatkan pembuatan kapal-kapal tempur kelas Yamato. Dengan desain modern yang efisien, berat sekitar 32.000 ton panjang (33.000 t), dan kecepatan maksimum 34 kn (63 km/h; 39 mph), Shōkaku dapat membawa 70 hingga 80 pesawat. Daya tahannya yang tinggi dibandingkan dengan kapal induk sekutu sekelasnya memungkinkan Shōkaku dapat bertahan dalam kerusakan serius selama Pertempuran Laut Koral dan Santa Cruz, meskipun pada akhirnya hidupnya dihentikan oleh torpedo-torpedo kapal selam.[2]

Shōkaku dan kapal induk kembarannya Zuikaku, menyusun Divisi Induk Ke-5, dan memperoleh pesawat-pesawat terbangnya beberapa saat sebelum penyerangan Pearl Harbor dan siap tempur tepat pada waktunya. Pesawat-pesawat pelengkapnya terdiri dari 15 pesawat tempur Mitsubishi A6M, 27 pengebom tukik Aichi D3A, dan 27 pengebom torpedo Nakajima B5N.

Tugas dalam Perang Dunia II

Bersama dengan Zuikaku, Shōkaku tergabung dalam Kidō Butai (gugus serang Pearl Harbor) dan ikut serta dalam serangkaian ofensif laut Jepang pada masa-masa awal perang, termasuk penyerangan Rabaul pada Januari 1942, dan Pertempuran Laut Koral di bulan Mei.

Dalam Serangan Samudra Hindia pada Maret 1942, Shōkaku bersama dengan Akagi, Zuikaku, Sōryū, dan Hiryū menyerang Colombo. Di sini Laksamana Chuichi Nagumo berhasil secara luas merusakkan fasilitas-fasilitas pendukung.

Tugas tersebut diselesaikan dengan baik, gugus tugas berhasil menemukan dan menenggelamkan kapal induk Britania HMS Hermes, dan dua penjelajah (HMS Cornwall dan HMS Dorsetshire, yang hendak bergerak ke Laut Koral. Shōkaku ikut berperan dalam penenggelamkan kapal USS Lexington, namun menderita beberapa kerusakan dari serangan pesawat-pesawat kapal induk USS Yorktown dalam perjalanan pulang.[1]

Setelah perbaikan, Shōkaku ambil bagian dalam dua pertempuran pada tahun 1942, keduanya beraksi bersama kapal kembarannya Zuikaku. Di Pertempuran Solomon Timur, mereka berhasil merusakkan USS Enterprise, dan di Pertempuran Kepulauan Santa Cruz, mereka menenggelamkan USS Hornet tetapi lagi-lagi Shōkaku menderita kerusakan serius dari pengebom-pengebom tukik Amerika.

Pada 1943 di bawah komando Kapten Matsubara Hiroshi, Shōkaku kembali bertugas, melakukan serangan balasan terhadap Kepulauan Aleut, tetapi operasi dibatalkan setelah kemenangan Sekutu di Attu. Kemudian sepanjang sisa tahun 1943, Shōkaku berpangkal di Truk.

Nasib akhir

Pada 1944, Shōkaku dipangkalkan di Kepulauan Lingga, salah satu gugusan Kepulauan Riau di selatan Singapura. Pada 15 Juni 1944, Shōkaku berangkat bersama dengan Armada Bergerak untuk Operasi A-Go, sebuah serangan balasan terhadap kekutan sekutu di Kepulauan Mariana. Selama Pertempuran Laut Filipina pada 19 Juni 1944 pukul 11:23, Shōkaku dihantam tiga (kemungkinan empat) torpedo dari kapal selam AS Cavalla (dikomandani Herman J. Kossler). Saat Shōkaku sedang mengisi bahan bakar pesawat-pesawatnya yang merupakan kondisi paling mudah diserang, serangan torpedo dilancarkan. Hantaman torpedo memicu kebakaran yang ternyata tidak dapat dikendalikan. Pada 14:08 sebuah bom udara milik pesawat-pesawat Shōkaku meledak, memicu ledakan terbakarnya bahan bakar pesawat. Shōkaku tenggelam dengan cepat pada posisi 11°40′N 137°40′E / 11.667°N 137.667°E / 11.667; 137.667 membunuh 1.272 awaknya. Penjelajah Yahagi, perusak Urakaze, Wakatsuki, dan Hatsuzuki berhasil menyelamatkan Kapten Matsubara dan 570 awak.[1]

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ a b c "Japanese Navy Ships — Shokaku (Aircraft Carrier, 1941–1944)". U.S. Naval Historical Center. 4 June 2000. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-20. Diakses tanggal 13-02-2008. 
  2. ^ Stille, p.17

Daftar pustaka

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya