Share to:

 

Karnaval Batik Solo

Karnaval Batik Solo
Informasi
SkalaNasional
Pendiri/penggagasPemerintah Kota Surakarta
Berdiritahun 2008
PenyelenggaraPemerintah Kota Surakarta
Jenis acaraKarnaval busana batik
Rute/lokasiStadion Sriwedari hingga Benteng Vastenburg
PesertaPerorangan dan kelompok, seluruh Indonesia
Websitehttp://surakarta.go.id

Solo Batik Carnival atau disebut Karnaval Batik Solo (SBC) adalah sebuah acara tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang ditentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.

SBC pada tanggal 19-20 Februari 2010 mengikuti Festival Chingay di Singapura dan juga tampil pada pesta budaya Tong-Tong di Den Haag, Belanda, pertengahan April 2010. untuk edisi ke-10 tahun ini Solo Batik Carnival (SBC) akan mengangkat tema ASTAMURTI KAWIJAYAN. Yaitu sebuah bentuk kejayaan dari SBC itu sendiri. Dengan enam defile, yaitu wayang, topeng, sekar jagad, legenda, mustika jawa dwipa, serta jatayu. Keikutsertaan Jember Fashion Carnival (JFC) serta Caruban Carnival akan menambah semarak SBC ke-10 kali ini. Solo Batik carnival exibition sendiri akan dihelat pada 14-16 Juli. Untuk karnaval utamanya diadakan pada tanggal 15 Juli 2017 pukul 14.00 WIB. Dimulai dari Jalan Bayangkara hingga Benteng Vastenburg.

SBC 2008

Karnaval Batik Solo yang pertama ini dihelat pada tanggal 13 April 2008 dan menyusuri jalan Slamet Riyadi mulai dari Purwosari hingga ke Balaikota Solo. Karnaval yang dibuka oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu ini diawali kelompok Jember Fashion Carnaval berjumlah 52 orang yang dipimpin oleh presiden JFC Dynand Fariz, disusul para peserta dari Solo sendiri yang berjumlah 247 orang dan terdiri dari banyak elemen masyarakat: mahasiswa, pelajar, dosen, seniman, ibu rumah tangga, hingga anak-anak. Bahan pakaian batik yang digunakan tak hanya kain, namun juga terpal, jaring, kertas karton, keping CD, gelas plastik, balon tiup, hingga bulu ayam. Dengan iringan musik, para model dadakan yang mengenakan kostum bertema wayang dan berwarna hitam, merah, hijau, dan putih ini menari dan melakukan berbagai gerakan atraktif sepanjang rute sejauh 4,2 km, menuju Balai Kota Solo. Malam sebelumnya, diadakan Royal Dinner di Pura Mangkunegaran. Ratusan tamu undangan disuguhi pergelaran fashion para peserta karnaval ini sebagai ‘pemanasan’. Pagi harinya digelar Srawung Batik yang menampilkan batik, kerajinan tangan dan kekayaan kuliner Solo. Pameran ini diikuti 70 stand, mengambil lokasi dari dekat Dalem Wuryaningratan hingga Solo Center Point.[1]

SBC 2009

Karnaval yang kedua ini digelar pada tanggal 28 Juni 2009 dan melalui jalur yang sama. Tema tahun 2009 adalah "Topeng" dan diikuti oleh sekitar 300 peserta yang berjalan sepanjang 4 km.

Karnaval ini menyuguhkan tiga jenis topeng tradisional, yaitu Panji yang melambangkan raja atau ratu, Kelana yang melambangkan ksatriya atau raksasa, dan Gecul yang melambangkan Punakawan atau hamba sahaya.

SBC 2010

SBC ketiga diselenggarakan tanggal 23 Juni 2010. Karnaval kali ini bertema "Sekar Jagad".[2] Sekitar 300 partisipan mengikuti festival yang berlangsung di sepanjang jalan Slamet Riyadi ini.

SBC 2011

SBC keempat digelar berbeda dari edisi-edisi sebelumnya. Karnaval pada hari Sabtu, 25 Juni 2011 ini mengambil waktu malam hari dengan diterangi lampu di sepuluh titik di sepanjang ruas jalan Slamet Riyadi. Even yang diikuti oleh tak kurang dari 325 peserta dan disaksikan oleh puluhan ribu penonton yang memadati ruas jalan utama di Solo ini mengambil tema "Keajaiban Legenda", yang dibagi menjadi empat kelompok, Andhe-Andhe Lumut, Rara Jongrang, Ratu Pantai Selatan, dan Ratu Kencana Wungu. Selain itu yang tampil sebagai peserta khusus adalah empat putri Indonesia. Mereka adalah Nadine Alexandra Dewi (Puteri Indonesia), Inda Adeliani (Puteri Intelegensia), Alessandra K Usman (Puteri Pariwisata), dan Reisa Kartikasari (Puteri Lingkungan).[3]

Lihat pula

Referensi dan pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya