Share to:

 

Karuta

Selembar kartu dari obake karuta asal abad ke-19. Setiap kartu bergambarkan makhluk aneh dari mitologi Jepang.

Karuta (かるた) adalah permainan kartu bergambar dari Jepang. Permainan ini paling sedikit dimainkan oleh tiga orang pemain, termasuk orang yang membacakan kartu. Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi tahun baru Jepang.

Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa Portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang, istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu yang terdiri dari yomifuda (読札, kartu untuk dibaca) dan torifuda (取り札, kartu untuk diambil). Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan. Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan sebagai wasit. Dalam perlombaan karuta, format dan peraturanya telah disusun oleh Asosiasi Karuta Seluruh Jepapang (All Japan Karuta Association). Perlombaan karuta sudah ada sekitar abad ke-19, saat ini sudah dimainkan dan menyebar dengan luas diseluruh Jepang[1]

Sejarah

Permainan karuta berasal dari "permainan mencocokkan cangkang kerang" pada zaman Heian. Sejumlah cangkang atas dan cangkang bawah dipisahkan, dan diacak untuk kemudian dicarikan pasangannya yang tepat. Permukaan cangkang kerang dilukis dengan gambar-gambar agar lebih menarik untuk dimainkan.

Pada zaman Sengoku, permainan kartu berisi puisi Hyakunin Isshu mulai dimainkan oleh bangsawan istana, dan belum merupakan permainan rakyat. Dengan kemajuan teknik percetakan cukil kayu pada zaman Edo, harga kartu untuk bermain karuta menjadi terjangkau oleh rakyat biasa yang mendorong kepopuleran karuta sebagai permainan rakyat.[1]

Jenis

Dua jenis karuta yang sering dimainkan adalah uta garuta (kartu puisi) dan iroha-garuta (kartu iroha).

Uta garuta

Satu set uta garuta terdiri dari 200 lembar kartu. Kartu yomifuda berisi tanka dari antologi puisi klasik Hyakunin Isshu dan gambar potret penyair yang menciptakannya. Tanka terdiri dari lima baris dengan pola mora 5-7-5-7-7. Bait bagian atas (5-7-5) disebut kami-no-ku dan bait bagian bawah (7-7) disebut shimo-no-ku. Sebuah tanka ditulis secara lengkap pada yomifuda, sementara torifuda hanya berisi bait bagian bawah dan tanpa gambar. Tanka pada masing-masing yomifuda dibacakan hingga ada pemain yang menemukan torifuda yang cocok. Pemain sering kali sudah bisa menebak kartu yang harus diambil sebelum sebuah tanka selesai dibacakan.

Iroha garuta

Berbeda halnya dengan uta-garuta, anak-anak yang baru bisa membaca hiragana sudah dapat bermain iroha-garuta. Anak-anak biasanya bermain iroha garuta untuk belajar mengenal aksara.

Satu set iroha garuta terdiri dari 96 lembar kartu (yomifuda dan torifuda). Setiap aksara dalam susunan mengabjad bahasa Jepang (gojūon) memiliki sepasang kartu dalam bentuk yomifuda dan torifuda. Isi yomifuda adalah peribahasa, sementara torifuda berisi gambar yang cocok dengan isi peribahasa dalam yomifuda yang menjadi pasangannya. Pada torifuda, aksara pertama dari peribahasa ditulis dengan hiragana dalam ukuran besar yang mencolok.

Aturan

  • Di hadapan pemain, satu set torifuda dijajarkan di atas bidang rata (di atas tatami), agar mudah dilihat dan diambil pemain.
  • Dua pemain atau lebih berusaha secepat-cepatnya untuk menemukan dan mengambil torifuda yang cocok. Kartu yang tepat ditepuk dengan telapak tangan sebelum diambil. Bergantung kepada jenis kartu yang dimainkan, kartu yang diambil adalah kartu yang berisi aksara kana (gambar) atau lanjutan tanka yang sedang dibacakan. Begitu seterusnya hingga semua yomifuda selesai dibacakan, dan semua torifuda terkumpul. Pemenang adalah pemain yang mengumpulkan kartu terbanyak.

Asosiasi Karuta Jepang memiliki peraturan sendiri untuk pertandingan karuta Hyakunin Isshu. Hanya separuh dari keseluruhan kartu yang dipakai dalam pertandingan.[2]

Referensi

  1. ^ "Hyakunin Isshu to wa (百人一首とは)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-03. Diakses tanggal 2009-02-26. 
  2. ^ "How to Play かるた". 社団法人全日本かるた協会. Diakses tanggal 2009-02-19. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya