Kekristenan di Sulawesi TengahKekristenan di Sulawesi Tengah (bahasa Belanda: Christendom in Centraal-Celebest) adalah suatu studi yang membahas bagaimana agama Kristen masuk ke Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah sendiri merupakan salah satu provinsi yang memiliki konsentrasi penduduk beragama Kristen yang cukup banyak di Indonesia. Penginjil yang terkenal dalam penyebaran agama Kristen di Sulawesi Tengah adalah Albertus Christiaan Kruyt bersama rekannya Nicolaus Adriani di Poso pada akhir abad ke-19, dan Jonathan Kelling di Banggai pada tahun 1913.[1] Saat ini, agama Kristen dianut oleh 497.807 jiwa di Sulawesi Tengah, menjadikan Kristen sebagai agama terbesar kedua di Sulawesi Tengah, didahului oleh agama Islam, dan diikuti oleh agama Hindu, dan Buddha.[2] SejarahBanggaiPada tanggal 21 Januari 1913, agama Kristen masuk di tanah Banggai yang ditandai dengan pembaptisan massal di desa Mantok, kecamatan Lamala, oleh Indische Kerk dengan mengutus Jonathan Kelling yang saat itu berbasis di Makassar. Ketika Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) berdiri sendiri di wilayah Sulawesi Utara, pimpinan Indische Kerk yang berpusat di Jakarta menyerahkan pelayanan di tanah Banggai kepada GMIM untuk dijadikan daerah Pelayanan Pekabaran Injil. Hal ini berlangsung sejak tahun 1935 hingga tahun 1947.[3] Pada tahun 2016, agama Kristen dianut oleh 44.916 jiwa di Banggai, membuat Kristen sebagai agama terbesar kedua di Banggai, didahului oleh agama Islam, dan diikuti oleh agama Hindu, Katolik, dan Buddha.[4] PosoPada tahun 1892, ajaran Kristen dibawa oleh tokoh zending bernama Albertus Christiaan Kruyt dan N. Adriani. Mereka secara khusus melakukan pekabaran injil di wilayah Poso. Sebagai seorang pekabar Injil, Kruyt dan Adriani selalu berinteraksi dengan pihak kepala-kepala suku maupun masyarakat secara intensif untuk mengetahui pola karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat Poso pada umumnya.[5] Interaksi tersebut membawa manfaat yang cukup besar bagi Kruyt dan Adriani ketika harus memulai pekabaran Injil di Poso. Selain melakukan pendekatan kepada kepala suku (kabosenya), Adriani juga melakukan penelitian etnolinguistik untuk mempermudah pendekatan dengan mengggunakan bahasa lokal (Bare'e) sebagai unsur yang sangat efisien dalam melakukan pekabaran Injil di Tana Poso. Pada tahun 1902, Adriani menerjemahkan Alkitab perjanjian Baru dan pada tahun 1906, menerjemahkan Alkitab Perjanjian Lama ke dalam bahasa Bare'e, dan Van Heiden Tot Christen di tahun 1927 oleh Kruyt. Saat ini, agama Kristen dianut oleh 122.389 jiwa di Poso, membuat Kristen sebagai agama terbesar di Poso, diikuti oleh agama Islam, Hindu, Katolik, dan Buddha.[6] LembagaAgama Kristen masuk ke Sulawesi Tengah hampir bersamaan waktunya dengan masuknya kekuasaan Hindia Belanda. Terdapat tiga lembaga zendeling pekabaran injil yang membina, mengembangkan dan menyelenggarakan ajaran Agama Kristen di Sulawesi Tengah, yaitu:
GerejaGereja Kristen Sulawesi TengahPada tanggal 18 Oktober 1947, Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) berdiri dan menyatakan diri sebagai salah satu anggota persekutuan gereja di Indonesia. Berita ini menjadi kesukaan bagi Kruyt dalam masa akhir hidupnya, dengan menyaksikan hasil karya penginjilannya berdiri menjadi satu organisasi gerejawi.[7] Gereja Kristen Luwuk BanggaiKetika Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) berdiri sendiri di wilayah Sulawesi Utara, pimpinan Indische Kerk yang berpusat di Jakarta menyerahkan pelayanan di tanah Banggai kepada GMIM untuk dijadikan daerah Pelayanan Pekabaran Injil. Hal ini berlangsung sejak tahun 1935 hingga tahun 1947. Pada tahun 1966, Gereja Kristen Luwuk Banggai menjadi sinode gereja mandiri serta menjadi anggota GPI.[8][9] Lihat jugaReferensi
|