Kemranggen, Bruno, Purworejo
Sejarah Desa Kemranggen Penguasa Desa Kemranggen Desa Kemranggen yang awalnya merupakan hutan belantara, dibuka menjadi sebuah Dukuh (Dusun) oleh Kyai Mranggi. Kyai Mranggi merupakan putra dari Kyai Dalem di Gunung Condong, yang pada waktu itu adalah seseorang dari daerah Mataram Ngayogyakarta. Beliau mengembara mencari penghidupan karena terdesak oleh tekanan dari bangsa Belanda, dan pada akhirnya sampai di daerah ini. Kyai Dalem membuka lahan dan tinggal di sebelah timur dari sungai (Desa Gunung Condong), sedangkan putranya Kyai Mranggi membuka lahan dan tinggal di sebelah barat dari sungai (Desa Kemranggen). Diikuti oleh saudara dan sahabat-sahabatnya, hutan di sebelah barat dari sungai ini dijadikan tempat tinggal dan diberikan nama Dukuh (Dusun) Kemranggen. Nama dukuh tersebut sesuai dengan nama Kyai Mranggi, yang pekerjaannya adalah membuat warangka (tempat keris). Kyai Mranggi, hingga usia lanjut tidak memiliki keturunan. Oleh karena itu, di usianya yang tak muda lagi, oleh keluarga dipindahkan ke bagian timur sungai. Beliau pun, hingga saat-saat dijemput ajalnya, tinggal dan akhirnya dimakamkan di Gunung Condong. Pada saat itu Dukuh Kemranggen terdapat pemerintahan dengan lurah yang pertama, Kyai Ragan Taka, dengan pusat pemerintahan desa di Loka Baya di daerah Si Mandung. Kyai Ragan Taka memiliki kekuasaan di Dukuh Karanggedang dan Dukuh Kemranggen. Kekuasaan ini dilanjutkan oleh penerusnya, lurah kedua Ki Udan Taka I (satu) dan lurah ketiga Ki Ketan Taka. Mulai dari lurah ke-empat, dukuh Kemranggen berdiri sebagai desa sendiri yang terpisah dari dukuh Karanggedang. Ki Udan Taka II (dua), lurah ke-empat Kemranggen, menjabat kedudukannya hingga 30 tahun, dari tahun 1857 hingga tahun 1887. Setelah Ki Udan Taka II, lurah berikutnya dalah Ki Mangku Pawira yang menduduki kursi lurah selama 8 tahun, mulai tahun 1887 hingga tahun 1895. Lurah ke-enam, Ki Krama Pawira menduduki kursi lurah selama 25 tahun, dari tahun 1895 hingga tahun 1920. Lurah ketujuh, Ki Rana Taruna menduduki kursi lurah selama 7 tahun, dari tahun 1920 hingga 1927, yang kemudian dilanjutkan oleh lura kedelapan, Ki Karta Pawira yang menduduki kursi lurah selama 40 tahun, mulai tahun 1927 hingga tahun 1967. Ki Karta Pawira, yang menduduki kursi lurah pada masa peralihan zaman Belanda, zaman Jepang, hingga masa-masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, disebut-sebut sebagai ‘lurah plodrahan’ atau lurah peralihan. Lurah kesembilan, Ki Sudomo yang merupakan putra Ki Karta Pawira, melanjutkan kursi lurah orang tuanya selama 22 tahun, mulai tahun 1967 hingga 1989. Kedudukan itu dilanjutkan oleh Nyi Hartati selama 8 tahun dari tahun 1990 hingga tahun 1998. Pada akhirnya, kedudukan lurah kesebelas diduduki oleh Ki Pargono, yang menjabat lurah desa tahun 1999 hingga tahun 2007, dan terpilih kembali sebagai lurah pada periode berikutnya, di tahun 2007 hingga tahun 2013. Untuk sesaat di periode tahun 2013 hingga tahun 2019, kedudukan lurah digantikan oleh Ki Sabdo, tetapi untuk periode tahun 2019 hingga tahun 2025, Ki Pargono terpilih kembali untuk menduduki kursi lurah untuk yang ketigakalinya. Dusun di Desa Kemranggen Desa Kemranggen terdiri dari empat dusun, yaitu Dukuh Kemranggen, Sawah Lor, Gablogan, dan Kaligadung. Dukuh Kemranggen, yang lebih banyak disebut sebagai dukuh Krajan, disebut dengan nama demikian sejak 1970 bersamaan dengan kegiatan Panca Karya atau Lomba Desa. Dukuh ini terletak di lereng Gunung Gagar Nampu. Dukuh Sawah Lor, yang memiliki nama lain Sumber Sari, merupakan tempat tinggal dari lurah ke-empat, yaitu Ki Udan Taka II. Dukuh Gablogan, disebut dengan nama demikian dikarenakan sosok yang membuka dukuh di daerah tersebut bernama Kyai Gablog. Di daerah ini juga terdapat punden atau keramat Kyai Gablog yang memiliki kaitan cerita dengan Dukuh Kebukan di Gunung Condong. Dukuh Kaligadung, yang terletak di daerah tertimur Desa Kemranggen, yang memiliki beberapa punden dan petilasan. Tempat Punden dan Petilasan, Keramat Desa Kemranggen
Tempat Penting di Desa Kemranggen
Adat Tradisi dan Budaya
Pertanian dan Makanan Khas Warga Kemranggen bercocok tanam di ladang dan sawah dengan penghasilan karang kitri dan padi. Makanan khas Kemranggen adalah sega tiwul dan kluban (nasi tiwul dan urap atau gudangan). Lurah Desa Kemranggen
|