Share to:

 

Keperawanan

Pemudi, karya pelukis Prancis William-Adolphe Bouguereau. Warna putih secara tradisional dikaitkan dengan kesucian, kepolosan, dan keperawanan di Eropa.

Perawan atau dara merupakan seseorang yang belum pernah melakukan persetubuhan.[1][2] Beberapa budaya maupun tradisi agama menempatkan keperawanan atau kedaraan sebagai suatu kehormatan, yang umumnya disandang oleh perempuan yang tidak menikah. Konsep keperawanan biasanya melibatkan isu moral atau religius yang berdampak pada status sosial maupun hubungan antarpribadi.[3][4]

Seperti kesucian, konsep keperawanan secara tradisional berkaitan dengan pantangan seksual. Konsep keperawanan biasanya melibatkan masalah moral atau agama dan dapat memiliki konsekuensi dalam hal status sosial dan dalam hubungan interpersonal.[5][6] Meskipun keperawanan memiliki implikasi sosial dan hukum yang signifikan dalam beberapa budaya dan masyarakat masa lalu, saat ini keperawanan tidak memiliki konsekuensi hukum di sebagian besar masyarakat.

Kata "perawan" awalnya merujuk pada perempuan yang tidak berpengalaman dalam hubungan seksual, tetapi saat ini tidak hanya sebatas itu.[3][7][8][9] Seseorang yang berorientasi heteroseksual bisa beranggapan bahwa keperawanan hanya akan hilang melalui penetrasi penis dan vagina,[3][8][10] sementara orang yang berorientasi seksual lain juga dapat menganggap seks oral, anal, hingga masturbasi sebagai seks yang menghilangkan keperawanan.[3][9]

Referensi

  1. ^ "Definition of VIRGINITY". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-12. 
  2. ^ "Virgin". The Free Dictionary. 
  3. ^ a b c d Carpenter, Laura M. (2005). Virginity Lost: An Intimate Portrait of First Sexual Experiences. NYU Press. hlm. 295 pages. ISBN 0-8147-1652-0. Diakses tanggal 9 Oktober 2011. 
  4. ^ Bennett, Linda Rae (2005). Women, Islam and modernity: single women, sexuality and reproductive health in contemporary Indonesia. Psychology Press. hlm. 19–21. ISBN 0-415-32929-9. 
  5. ^ See here [1] and pages 47–49 for views on what constitutes virginity loss and therefore sexual intercourse or other sexual activity; source discusses male virginity, how gay and lesbian individuals define virginity loss, and how the majority of researchers and heterosexuals define virginity loss/"technical virginity" by whether or not a person has engaged in penile-vaginal sex. Laura M. Carpenter (2005). Virginity Lost: An Intimate Portrait of First Sexual Experiences. NYU Press. hlm. 295 pages. ISBN 978-0-8147-1652-6. Diakses tanggal October 9, 2011. 
  6. ^ Linda Rae Bennett (2005). Women, Islam and modernity: single women, sexuality and reproductive health in contemporary Indonesia. Psychology Press. hlm. 19–21. ISBN 978-0-415-32929-3. Diakses tanggal October 9, 2011. 
  7. ^ Carpenter, Laura M. "The Ambiguity of "Having Sex": The Subjective Experience of Virginity Loss in the United States – Statistical Data Included". The Journal of Sex Research. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-26. Diakses tanggal 2001. 
  8. ^ a b Strong, Bryan; DeVault, Christine; Cohen, Theodore F. (2010). The Marriage and Family Experience: Intimate Relationship in a Changing Society. Cengage Learning. hlm. 186. ISBN 0-534-62425-1. 
  9. ^ a b Blank, Hanne (2008). Virgin: The Untouched History. Bloomsbury Publishing USA. hlm. 304. ISBN 1-59691-011-9. 
  10. ^ Friedman, Mindy (20 September 2005). "Sex on Tuesday: Virginity: A Fluid Issue". The Daily Californian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-06. Diakses tanggal 6 Oktober 2011. 

Daftar pustaka

Artikel jurnal
Monograf

Pranala luar



Kembali kehalaman sebelumnya