Staph Food Poisoning (SFP) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Keracunan Makanan Stafilokokus adalah penyakit pencernaan yang disebabkan karena memakan makanan yang terkontaminasi dengan racun yang dihasilkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (Staph). SFP adalah penyakit umum yang kejadian sebenarnya mungkin diremehkan karena beberapa alasan, yang meliputi kesalahan diagnosis, wabah kecil yang tidak dilaporkan, pengumpulan sampel yang tidak tepat, dan pemeriksaan laboratorium yang tidak tepat.[1]
Staph Food Poisoning (SFP) biasanya tidak mengancam jiwa. Sebagian besar kasus SFP tidak memerlukan pengobatan karena kondisinya akan hilang dengan sendirinya. Kebanyakan orang mengatasi keracunan makanan dalam waktu sekitar dua hari.[2]
Penyebab
Orang yang tekontaminasi bakteri S.aureus dapat mencemari makanan jika tidak mencuci tangan sebelum menyentuhnya. Jika makanan terkontaminasi, bakteri ini dapat berkembang biak di dalam makanan dan menghasilkan racun yang dapat membuat orang sakit. Bakteri S.aureus dapat dibunuh dengan proses pemasakan, tetapi racunnya tidak hancur dan masih dapat menyebabkan penyakit.[3]
Bakteri berkembang biak dalam makanan dan menghasilkan racun terutama jika makanan disimpan pada suhu kamar. Racun mungkin ada dalam jumlah berbahaya pada makanan yang tidak memiliki tanda-tanda pembusukan, seperti bau yang tidak sedap.
Makanan yang tidak dimasak setelah penanganan seperti irisan daging, produk unggas dan telur, susu dan produk susu, puding, kue kering, sandwich, dsb sangat berisiko jika terkontaminasi dengan S.aureus.
Gejala
- SFP ditandai dengan mual, muntah, dan kram perut yang tiba-tiba. Kebanyakan orang juga mengalami diare.
- Gejala biasanya berkembang dalam waktu 30 menit sampai 8 jam setelah makan atau minum sesuatu yang mengandung toksin Staph, dan kebanyakan sembuh antara 1-3 hari.
- Penyakit parah jarang terjadi, namun jika terjadi maka dehidrasi, sakit kepala, kram otot, perubahan tekanan darah dan denyut nadi dapat terjadi.
- Penyakit tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.[3]
Diagnosis atau Cara Mengetahui
SFP didiagnosis berdasarkan riwayat medis dan pemeriksaan fisik.[4] Biasanya dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala, lingkungan kerja dan rumah, serta makanan yang baru saja dimakan dan apakah orang lain menjadi sakit karena memakan makanan yang sama. Kultur tinja dan tes darah dapat dilakukan jika gejala parah atau untuk menyingkirkan penyebab lain.
Pengobatan
Antibiotik tidak berguna dalam mengobati penyakit ini karena toksinnya tidak terpengaruh oleh antibiotik. Untuk mencegah dehidrasi, sering-seringlah meminum minuman rehidrasi (seperti Pedialyte)[4] serta minum banyak cairan. Bisa juga pemberian obat untuk mengurangi muntah dan mual. Orang dengan penyakit parah mungkin memerlukan cairan infus.
Pencegahan
Untuk mencegah keracunan makanan dan penyebaran bakteri, lakukan tindakan pencegahan berikut:[2]
- hindari susu yang tidak dipasteurisasi
- cuci tangan dan kuku dengan bersih sebelum memasak, makan, atau menyajikan makanan
- menjaga permukaan unuk makanan tetap bersih dan sanitasi untuk persiapan makanan tetap terjaga
- simpan makanan panas pada suhu di atas 140˚F (60˚C) dan makanan dingin di bawah 40˚F (4˚C)
- jangan menyiapkan makanan untuk orang lain jika memiliki luka, baik itu luka di tangan atau pergelangan tangan
Referensi
- ^ Argudín, María Ángeles; Mendoza, María Carmen; Rodicio, María Rosario (2010-07-05). "Food Poisoning and Staphylococcus aureus Enterotoxins". Toxins (dalam bahasa Inggris). 2 (7): 1751–1773. doi:10.3390/toxins2071751. ISSN 2072-6651. PMC 3153270 . PMID 22069659.
- ^ a b "Staphylococcus aureus Food Poisoning". Healthline (dalam bahasa Inggris). 2017-07-08. Diakses tanggal 2021-06-09.
- ^ a b CDC (2018-08-09). "Staphylococcal Food Poisoning". Centers for Disease Control and Prevention (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-09.
- ^ a b "Staph Food Poisoning | Michigan Medicine". www.uofmhealth.org. Diakses tanggal 2021-06-09.