Kerajaan Champasak
Kerajaan Champasak (bahasa Lao: ຈຳປາສັກ [càmpàːsák]) atau Bassac, (1713-1946) adalah sebuah kerajaan Laos yang didirikan pada tahun 1713 oleh Nokasad, cucu Raja Sourigna Vongsa, raja terakhir Lan Xang, dan menantu Raja Kamboja, Chey Chettha IV.[1] Champasak dan kepangeranan (principality) Attapeu dan Stung Treng, muncul sebagai pusat-pusat kekuasaan di bawah model politik Mandala yang menggambarkan penyebaran kekuasaan di Asia Tenggara.[2] SejarahKerajaan ini terletak di timur atau Tepi Kiri Sungai Mekong, selatan kepangeranan Tepi Kanan Khong Chiam tempat Sungai Mun bersatu dengan Sungai Mekong, dan di timur tempat tikungan tajam Sungai Mekong ke barat berbalik dan mengalir ke tenggara ke daerah yang sekarang adalah Kamboja. Ibu kotanya, Bassac, berada di tepi kanan, dekat pertemuan antara Sungai Bassac dengan Sungai Mekong, menghubungkan daerah itu dengan Phnom Penh.[3] Tidak banyak informasi dari periode yang dikenal sebagai Zaman Kegelapan Kamboja. Plato Khorat tampaknya sebagian besar tidak berpenduduk dan kepangeranan-kepangeranan Tepi Kiri mulai mengisi kembali Tepi Kanan. Pada tahun 1718, orang-orang Laos beremigrasi mendirikan Muang Suwannaphum menyertai pejabat kerajaan yang melayani Raja Nokasad. Peristiwa itu merupakan data kependudukan Laos pertama yang tercatat dalam sejarah di lembah Sungai Chi, bahkan hingga ke pedalaman plato.[3] Pada awal abad ke-19, dan tidak terpengaruh oleh bencana pertanian yang menyertai Tahun 1816 Tanpa Musim Panas, Bassac disebutkan mengalami kemakmuran karena berada dalam rute perdagangan kepulaga, karet, lilin, resin, kulit, tanduk, dan budak dari tepi timur ke Ubon, Khorat, dan Bangkok.[2] Wilayah itu kemudian ikut menderita akibat peperangan antara Siam dan Prancis. Setelah Pemberontakan Laos tahun 1826 hingga 1829, Suwannaphum kehilangan status dan status Champasak turun menjadi kerajaan vasal. Perang Siam-Kamboja 1831-1834 menurunkan status seluruh wilayah menjadi vasal dan situasi segera lebih rumit setelah Prancis berebut wilayah yang sama untuk mendirikan Indochina Prancis. Setelah Perang Prancis-Siam tahun 1893, Tepi Kiri jatuh ke tangan Prancis dijadikan satu blok pemerintahan. Hak-hak istimewa kerajaan dicopot. Kerajaan Laos wilayah kolonial Prancis menurunkan tingkat kesejahteraan kawasan itu. Perjanjian tahun 1893 membentuk zona demiliterisasi selebar dua puluh lima kilometer di sepanjang Tepi Kanan, yang menghilangkan kemungkinan Siam mengambil alih. Dengan segera daerah itu menjadi surga bagi orang-orang pelanggar hukum dari kedua tepi sungai. Kurang jelasnya rantai otoritas mengakibatkan kekacauan di seluruh wilayah itu dan hal ini oleh sisi Siam disebut sebagai "Pemberontakan Orang Suci".[2] Ong Keo dan Ong Kommandam dari Suku Alak Plato Bolaven memimpin awal perlawanan terhadap penguasa Prancis yang merupakan bagian dari Perang Indochina Pertama. Perlawanan serupa yaitu Pemberontakan Orang Suci tahun 1901-1902 tidak berlangsung lama.[2] Setelah para pemimpin pergerakan itu ditangkap, pemerintah Thailand menganggap kasus pemberontakan ditutup.[2] Wilayah tepi kanan masuk ke dalam kekuasaan kerajaan Siam, yaitu Isan Monthon Timur Laut (มณฑลอีสาน) dan Dinasti Na dari Champassak jatuh berhenti berkuasa. Pada tahun 1946, status Kerajaan Champassak, yang didirikan oleh cucu raja terakhir Lan Xang, diturunkan menjadi provinsi di Kerajaan Laos yang pertama kali bersatu, yang kemudian pada tanggal 2 Desember 1975 menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos. Raja Champasak (1713-1904)
Lihat pulaReferensi
|