Share to:

 

Kerajaan Champasak

Kerajaan Champasak

1713–1946
Bendera Champasak
Bendera
Lokasi Champasak
Ibu kotaChampasak
Bahasa yang umum digunakanLaos
Agama
Buddha
PemerintahanMonarki
Sejarah 
• Lan Xang terbagi
1713
• Kerajaan dianeksasi oleh Kerajaan Laos
1946
Didahului oleh
Digantikan oleh
Lan Xang
krjKerajaan
Rattanakosin
Sekarang bagian dari Laos
 Thailand
 Kamboja
 Vietnam
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Champasak (bahasa Lao: ຈຳປາສັກ [càmpàːsák]) atau Bassac, (1713-1946) adalah sebuah kerajaan Laos yang didirikan pada tahun 1713 oleh Nokasad, cucu Raja Sourigna Vongsa, raja terakhir Lan Xang, dan menantu Raja Kamboja, Chey Chettha IV.[1] Champasak dan kepangeranan (principality) Attapeu dan Stung Treng, muncul sebagai pusat-pusat kekuasaan di bawah model politik Mandala yang menggambarkan penyebaran kekuasaan di Asia Tenggara.[2]

Sejarah

Kerajaan ini terletak di timur atau Tepi Kiri Sungai Mekong, selatan kepangeranan Tepi Kanan Khong Chiam tempat Sungai Mun bersatu dengan Sungai Mekong, dan di timur tempat tikungan tajam Sungai Mekong ke barat berbalik dan mengalir ke tenggara ke daerah yang sekarang adalah Kamboja. Ibu kotanya, Bassac, berada di tepi kanan, dekat pertemuan antara Sungai Bassac dengan Sungai Mekong, menghubungkan daerah itu dengan Phnom Penh.[3]

Tidak banyak informasi dari periode yang dikenal sebagai Zaman Kegelapan Kamboja. Plato Khorat tampaknya sebagian besar tidak berpenduduk dan kepangeranan-kepangeranan Tepi Kiri mulai mengisi kembali Tepi Kanan. Pada tahun 1718, orang-orang Laos beremigrasi mendirikan Muang Suwannaphum menyertai pejabat kerajaan yang melayani Raja Nokasad. Peristiwa itu merupakan data kependudukan Laos pertama yang tercatat dalam sejarah di lembah Sungai Chi, bahkan hingga ke pedalaman plato.[3]

Pada awal abad ke-19, dan tidak terpengaruh oleh bencana pertanian yang menyertai Tahun 1816 Tanpa Musim Panas, Bassac disebutkan mengalami kemakmuran karena berada dalam rute perdagangan kepulaga, karet, lilin, resin, kulit, tanduk, dan budak dari tepi timur ke Ubon, Khorat, dan Bangkok.[2]:gambar 4 Wilayah itu kemudian ikut menderita akibat peperangan antara Siam dan Prancis.

Setelah Pemberontakan Laos tahun 1826 hingga 1829, Suwannaphum kehilangan status dan status Champasak turun menjadi kerajaan vasal. Perang Siam-Kamboja 1831-1834 menurunkan status seluruh wilayah menjadi vasal dan situasi segera lebih rumit setelah Prancis berebut wilayah yang sama untuk mendirikan Indochina Prancis.

Setelah Perang Prancis-Siam tahun 1893, Tepi Kiri jatuh ke tangan Prancis dijadikan satu blok pemerintahan. Hak-hak istimewa kerajaan dicopot. Kerajaan Laos wilayah kolonial Prancis menurunkan tingkat kesejahteraan kawasan itu. Perjanjian tahun 1893 membentuk zona demiliterisasi selebar dua puluh lima kilometer di sepanjang Tepi Kanan, yang menghilangkan kemungkinan Siam mengambil alih. Dengan segera daerah itu menjadi surga bagi orang-orang pelanggar hukum dari kedua tepi sungai. Kurang jelasnya rantai otoritas mengakibatkan kekacauan di seluruh wilayah itu dan hal ini oleh sisi Siam disebut sebagai "Pemberontakan Orang Suci".[2]

Phra Phuttha Butsayarat atau Phra Luk Buddha, paladium Kerajaan Champasak, Laos. Phra Butsayarat dibawa ke Kerajaan Lan Xang oleh Raja Setthathirath dari Kerajaan Lan Na pada abad ke-16, dengan beberapa patung penting lainnya. Pada abad ke-19 arca ini dibawa oleh Kerajaan Siam ke Bangkok. Sekarang arca ini berada di ruang pentahbisan Phra Buddha Rattanasathan (พระพุทธรัตนสถาน) di Istana Raja di Bangkok.

Ong Keo dan Ong Kommandam dari Suku Alak Plato Bolaven memimpin awal perlawanan terhadap penguasa Prancis yang merupakan bagian dari Perang Indochina Pertama. Perlawanan serupa yaitu Pemberontakan Orang Suci tahun 1901-1902 tidak berlangsung lama.[2]:gambar 22 Setelah para pemimpin pergerakan itu ditangkap, pemerintah Thailand menganggap kasus pemberontakan ditutup.[2]:gambar 15 Wilayah tepi kanan masuk ke dalam kekuasaan kerajaan Siam, yaitu Isan Monthon Timur Laut (มณฑลอีสาน) dan Dinasti Na dari Champassak jatuh berhenti berkuasa.

Pada tahun 1946, status Kerajaan Champassak, yang didirikan oleh cucu raja terakhir Lan Xang, diturunkan menjadi provinsi di Kerajaan Laos yang pertama kali bersatu, yang kemudian pada tanggal 2 Desember 1975 menjadi Republik Demokratik Rakyat Laos.

Raja Champasak (1713-1904)

  • Nokasad (Soysisamut Phutthangkun) (1713-1737, cucu Souligna Vongsa)
  • Sayakumane (1737-1791, putra Nokasad)
  • Fay Na (1791-1811, anak Phra Vorarat, bukan dari keturunan kerajaan yang ditunjuk oleh Siam)
  • No Muong (1811-1813, putra Fay Na, bukan dari keturunan kerajaan)
  • Manoi (1813-1819, keponakan Sayakoummane)
  • Nho (Chao Yo wangsa Vientiane) (1819-1827, putra Raja Anuvong, Kerajaan Vientiane)
  • 1829-1893 Siam mencaplok Champasak setelah Pemberontakan Chao Anouvong dan mengukuhkan raja berikutnya
  • Huy (1828-1840, cicit dari Nokasad)
  • Nark (1841-1851, saudara Huy)
  • Boua (1851-1853 bupati, 1853 raja, putra Huy)
  • Peralihan kekuasaan (1853-1856)
  • Kham Nai (1856-1858, putra Huy)
  • Peralihan kekuasaan (1858-1863)
  • Kham Souk (1863-1899, putra Huy, Prancis membagi kerajaan pada tahun 1893)
  • Ratsadanay (Nhouy) (1900-1904, putra Khamsuk, raja di bawah protektorat Indochina Prancis; 1904-1934 diberikan jabatan sebagai gubernur daerah)

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Christopher Buyers (Agustus 2001 – Oktober 2009). "Champasakti". The Khun Lo Dynasty Genealogy > continued from Lan Xang 3. The Royal Ark. Diakses tanggal 03-03-2012. 
  2. ^ a b c d e Murdoch, John B. (1974). "The 1901-1902 Holy Man's Rebellion" (PDF). Journal of the Siam Society. Siam Heritage Trust. JSS Vol.62.1 (digital image): 2–9. Diarsipkan dari versi asli (free) tanggal 2018-07-13. Diakses tanggal 02-04-2013. Furthest afield were Vientiane and Bassac.... 
  3. ^ a b Brow, James (1976), "Population, land and structural change in Sri Lanka and Thailand", Contributions to Asian studies, Kogan Page, Limited (9): 47, ISBN 90-04-04529-5 
Kembali kehalaman sebelumnya