Kereta Api Indonesia
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau biasa disingkat menjadi KAI, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perkeretaapian. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki 9 unit kantor daerah operasi, 4 unit kantor divisi regional, dan 8 unit balai yasa yang tersebar di Pulau Jawa (termasuk Sulawesi) dan Sumatra. SejarahPra-kemerdekaan IndonesiaPada hari Jumat, tanggal 17 Juni 1864, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) memulai pembangunan jalur kereta api Samarang–Tanggung. Pencangkulan tanah pertama untuk pembangunan jalur rel tersebut dilakukan di Desa Kemijen oleh Mr. L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele. Jalur tersebut kemudian dibuka pada tanggal 10 Agustus 1867. Pada tahun 1873, tiga kota di Jawa Tengah, yaitu Semarang, Solo, dan Yogyakarta sudah dapat terhubung dengan jalur rel.[8][9][10] Pada tahun 1869, untuk pertama kalinya, trem diperkenalkan oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM) di Batavia. Trem tersebut masih ditarik dengan kuda dengan lebar sepur 1.188 mm.[11] Kebijakan liberal yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda pun memberikan kesempatan luas bagi pihak swasta untuk membangun jalur kereta api. Perusahaan-perusahaan perkeretaapian swasta yang kemudian didirikan di Pulau Jawa antara lain Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), dan Madoera Stoomtram Maatschappij (MdrSM).[7] Namun sayangnya, perusahaan-perusahaan swasta tersebut tidak memberikan keuntungan dan manfaat yang berarti bagi Hindia Belanda, antara lain karena perusahaan-perusahaan tersebut masih membutuhkan bantuan keuangan dari pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah Kolonial kemudian mendirikan Staatsspoorwegen untuk membangun jalur rel dari Buitenzorg hingga Surabaya. Jalur pertama di Surabaya kemudian dibuka pada tanggal 16 Mei 1878. Buitenzorg dan Surabaya akhirnya berhasil dihubungkan dengan jalur rel pada tahun 1894. Selain di Jawa, pembangunan rel kereta api juga dilakukan di Aceh untuk menghubungkan Banda Aceh hingga Pelabuhan dengan lebar sepur 1.067 mm, yang digunakan untuk keperluan militer. Kemudian, lebar sepur yang sebelumnya 1.067 mm kemudian diganti menjadi 750 mm membentang ke selatan. Jalur tersebut kemudian berpindah kepemilikan dari Departemen Urusan Perang kepada Departemen Urusan Koloni pada tanggal 1 Januari 1916 setelah adanya perdamaian relatif di Aceh. Ada pula jalur kereta api di Pantai Barat Sumatra (dibangun pada tahun 1891–1894) dan Sumatera Selatan (dibangun tahun 1914-1932). Kedua jalur tersebut digunakan untuk mengangkut batu bara dari tambang ke pelabuhan. Di Sumatera Utara, terdapat Deli Spoorweg Maatschappij yang terutama mengangkut karet dan tembakau di daerah Deli. Pembangunan jalur kereta api juga dilangsungkan di Sulawesi Selatan pada bulan Juli 1922 hingga tahun 1930, sebagai bagian dari proyek besar-besaran pembangunan jalur rel di Kalimantan dan Sulawesi, penyambungan jalur rel KA di Sumatra, serta elektrifikasi jalur KA utama di Jawa. Namun Depresi Besar kemudian membuat proyek besar tersebut terhenti. Meskipun tidak sempat dibangun, studi pembangunan jalur KA di Kalimantan, Bali, dan Lombok juga telah selesai dilakukan. Hingga akhir tahun 1928, panjang jalur kereta api dan trem di Hindia Belanda pun telah mencapai 7.464 kilometer, dengan 4.089 kilometer di antaranya dioperasikan oleh pemerintah.[7] Semasa pendudukan Jepang, seluruh jalur KA (bahkan yang terpisah sekalipun) dikelola sebagai satu kesatuan. Sementara jalur rel di Sumatra dikelola oleh cabang-cabang Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang secara terpisah. Selama pendudukan Jepang, kereta api di Indonesia terutama dioperasikan untuk mendukung upaya perang. Jalur kereta api baru yang dibangun selama masa pendudukan Jepang antara lain jalur kereta api Saketi–Bayah dan jalur kereta api Muaro–Pekanbaru untuk mengangkut batu bara.[7] Walaupun begitu, pasukan pendudukan Jepang juga membongkar jalur rel sepanjang 473 kilometer di Hindia Belanda untuk digunakan membangun jalur kereta api di Burma. Pasukan pendudukan Jepang kemudian juga mengubah lebar sepur 1.435 mm di Jawa menjadi 1.067 mm untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat adanya dua lebar sepur yang berbeda di Hindia Belanda, walaupun sebenarnya masalah yang timbul akibat perbedaan lebar sepur tersebut tidak terlalu besar, karena banyak rel dengan lebar sepur 1.435 mm telah dipasangi rel ketiga pada tahun 1940, untuk memungkinkan kereta api dengan lebar sepur 1.067 mm melewatinya. PascakemerdekaanSetelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, pekerja perusahaan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari Jepang. Pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya menegaskan bahwa mulai hari itu kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia sehingga Jepang sudah tidak berhak untuk mencampuri urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya tanggal 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api Nasional serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) sebagai operator kereta api di wilayah Republik Indonesia saat itu. Sementara itu, pemerintah Belanda lalu juga membentuk sebuah konsorsium antara perusahaan kereta api milik pemerintah dan swasta dengan nama Staatsspoorwegen/Verenigde Spoorwegbedjrif (SS/VS).[12] Hingga tanggal 31 Desember 1949, DKARI dan SS/VS pun sama-sama berbisnis sebagai operator kereta api di Indonesia, tetapi sesuai hasil Konferensi Meja Bundar, pemerintah Indonesia kemudian resmi mengambil alih aset milik pemerintah Hindia Belanda, termasuk SS/VS, sehingga pada tanggal 1 Januari 1950, pemerintah menggabungkan DKARI dan SS/VS untuk membentuk Djawatan Kereta Api (DKA).[12] Pada tahun 1963, pemerintah mengubah jawatan tersebut menjadi sebuah perusahaan negara (PN) dengan nama Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA).[13] Pada tanggal 15 September 1971, pemerintah kembali mengubah perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan jawatan (Perjan) dengan nama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).[14] Pada tanggal 2 Januari 1991, pemerintah kembali mengubah perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka).[15][16] Pada tahun 1998, pemerintah kembali mengubah perusahaan ini menjadi sebuah persero,[17] namun pendiriannya hanya dapat dinotarisasi pada tanggal 1 Juni 1999 di Jakarta dengan persero tersebut mendapatkan nama pendek PT Kereta Api (Persero) atau biasa disingkat menjadi PT KA (nama panjang persero tersebut, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia, telah ditetapkan sejak pendirian).[18] Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi kesempatan untuk menyelenggarakan angkutan kereta api di Indonesia. Dengan demikian, pemberlakuan undang-undang tersebut secara hukum mengakhiri monopoli perusahaan ini dalam mengoperasikan kereta api di Indonesia.[19] Pada tanggal 12 Agustus 2008, perusahaan ini memisahkan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) agar dapat lebih fokus dalam mengelola kereta api komuter di daerah Jakarta dan sekitarnya.[20] Pada tahun 2009, perusahaan ini resmi menjadi anggota dari Uni Kereta Api Internasional (UIC) dengan status suspended member.[21] Pada bulan Mei 2010, perusahaan ini mengubah namanya seperti sekarang.[22][23] Pada tahun 2012, perusahaan ini mulai memberlakukan pemesanan tiket H-90 untuk kereta api komersial dan sistem boarding pass di stasiun. Setahun kemudian, perusahaan ini juga mulai memberlakukan sistem tiket elektronik untuk KRL. Pada tahun 2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan kereta api bandara pertama di Indonesia, yakni di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara. Pada tahun 2014 juga, perusahaan ini meluncurkan aplikasi KAI Access. Pada bulan Maret 2015, perusahaan ini meluncurkan mesin tiket. Pada bulan Desember 2015, perusahaan ini mulai mengoperasikan Kereta api Kertajaya dengan membawa 14 unit kereta penumpang sekali jalan. Pada bulan Desember 2015 juga, perusahaan ini meluncurkan kereta khusus yang dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan nama RailClinic. Selama tahun 2015, jumlah penumpang kereta api mencapai 325,94 juta.[24] Pada tahun 2016, perusahaan ini mulai mengoperasikan area bongkar muat JICT di Pelabuhan Tanjung Priok. Pada tahun 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek mengubah namanya menjadi PT Kereta Commuter Indonesia Pada akhir tahun 2017, perusahaan ini mulai menguji coba pengoperasian kereta api Bandara Soekarno-Hatta. Pada bulan Mei 2018, perusahaan ini meluncurkan kereta api Internasional Minangkabau Ekspres. Pada bulan Juni 2018, perusahaan ini meluncurkan kereta kelas sleeper. Pada bulan Agustus 2018, perusahaan ini mulai mengoperasikan LRT Sumatera Selatan. Pada bulan April 2019, perusahaan ini meresmikan fasilitas ruang kerja bersama di sejumlah stasiun besar dan mulai memasang pendingin udara di lokomotif. Pada bulan Mei 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan kereta api Bandara YIA. Pada bulan Desember 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan kereta api Bandara Adi Soemarmo.[7] Pada tanggal 8 Mei 2020, Didiek Hartantyo ditunjuk sebagai Direktur Utama perusahaan ini menggantikan Edi Sukmoro yang menjabat sebelumnya.[25] Pada bulan Juni 2020, melalui kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan MRT Jakarta, perusahaan ini meluncurkan empat stasiun terpadu, yakni Stasiun Tanah Abang, Sudirman, Pasar Senen, dan Juanda. Pada bulan September 2020, perusahaan ini berkolaborasi dengan Blue Bird untuk memudahkan penumpangnya dalam memesan angkutan lanjutan di stasiun. Perusahaan ini juga meresmikan jembatan penyeberangan orang di Stasiun Bandung. Pada bulan November 2020, perusahaan ini menjadi BUMN pertama yang mendapat investasi dari pemerintah dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) secara utuh sebesar Rp 3,5 triliun.[7] Pada bulan September 2021, perusahaan ini mempersingkat waktu tempuh dan meningkatkan kecepatan hingga 120 km/jam pada Kereta api Argo Bromo Anggrek, Kereta api Argo Wilis, Kereta api Argo Lawu, dan Kereta api Argo Dwipangga, dan Kereta api Taksaka. Perusahaan ini juga meluncurkan layanan Wi-Fi gratis di Kereta api Argo Bromo Anggrek, Kereta api Argo Lawu, Kereta api Argo Dwipangga, Kereta api Argo Wilis, Kereta api Taksaka, dan Kereta api Argo Parahyangan. Pada bulan September 2021 juga, perusahaan ini meluncurkan layanan live cooking di atas Kereta api Argo Bromo Anggrek, Kereta api Argo Lawu, Kereta api Argo Dwipangga, Kereta api Taksaka, dan Kereta api Argo Wilis.[7][26] Jalur kereta apiJalur kereta api untuk mendukung operasi PT Kereta Api Indonesia seluruhnya dimiliki oleh negara, dibina oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (DJKA Kemenhub RI) melalui Balai Teknik Perkeretaapian, dengan KAI hanya sebagai penyelenggara prasarana. Kurang lebih 90% dari jalur kereta api tersebut seluruhnya merupakan peninggalan kolonial Belanda, dan sisanya merupakan jalur baru, seperti percabangan-percabangan menuju bandar udara. PT KAI juga merupakan penyumbang terbesar dari total penerimaan negara bukan pajak di lingkungan perkeretaapian melalui track access charge (TAC), serta menerima biaya perawatan infrastruktur dan operasional dari DJKA.[27][28] Jalur-jalur kereta api tersebut tersebar di Sumatra dan Jawa. Di Jawa, seluruh kota pentingnya memiliki setidaknya dua atau tiga stasiun kereta api utama dan dilintasi jalur kereta api lintas utama. Jalur ini membentang dari Jakarta/Bandung–Yogyakarta–Surabaya di lintas selatan hingga Jakarta–Semarang–Surabaya di lintas utara Pulau Jawa. Di samping pengoperasian tiga jalur utama tersebut, terdapat jalur penghubungnya seperti lintas perkotaan Jabodetabek, Gerbangkertosusila, dan Bandung Raya, serta Surabaya–Banyuwangi, Tegal–Prupuk, Cikampek–Bandung–Kroya, Cibatu–Garut, Maos–Cilacap, Semarang–Solo, dan Kertosono–Malang–Bangil. Di Sumatra, jalur kereta apinya terpisah, dengan Sumatera Utara dan Aceh hanya dilayani di lintas Medan–Rantau Prapat/Belawan/Siantar/Tanjungbalai serta Krueng Mane–Krueng Geukueh di Aceh. Di Sumatera Barat, jalur aktifnya hanya Padang–Naras/Kayu Tanam untuk layanan penumpang serta Bukit Putus–Indarung untuk KA Semen Padang. Di Sumatera Selatan, jalurnya sendiri dilayani kereta api batu bara dan layanan penumpang unggulan dari Lubuklinggau menuju Palembang serta Palembang menuju Bandar Lampung (Tanjungkarang). Beberapa peningkatan juga dilakukan terhadap jalur kereta api baik yang masih beroperasi maupun yang tidak. Untuk saat ini, jalur KA lintas utara Jawa sudah ganda seluruhnya, sedangkan segmen ganda lintas selatan Jawa juga sudah selesai, yakni ruas Cirebon-Kroya–Mojokerto dan segmen Mojokerto–Sepanjang sudah beroperasi, namun segmen akhir, yaitu Sepanjang–Wonokromo masih dalam rencana.[29] Jalur nonaktif yang saat ini sedang direaktivasi adalah lintas Cipatat–Padalarang dan Kutoarjo–Purworejo[30] di Jawa, serta Besitang–Binjai[31] di Sumatera Utara. Sebelumnya, jalur kereta api Tarik–Sidoarjo sudah direaktivasi untuk persiapan relokasi jalur akibat semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas Inc. di Porong, Sidoarjo.[32][33] LayananPT Kereta Api Indonesia memberikan layanan kereta api penumpang dan barang. Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api penumpang yang dijalankan secara teratur. Kereta penumpangKapasitas angkut penumpang yang disediakan PT Kereta Api Indonesia di Jawa dan Sumatra adalah sebanyak 106.638 tempat duduk per hari dengan rasio kelas eksekutif (30%), bisnis (22%), dan ekonomi (59%). Bila tempat duduk dikaitkan dengan jarak tempuh, maka total kapasitas melambung menjadi sebanyak 41.528.450 tempat duduk per kilometer per hari dengan rasio kelas eksekutif (39%), kelas bisnis (25%), dan kelas ekonomi (58%). Kereta antarkota
Kelas yang paling ekonomis dalam layanan Kereta Api Indonesia memiliki 72 sampai 106 kursi dalam satu kereta yang merupakan kelas dengan kursi paling banyak. Terdapat tiga tipe yang dihitung berdasarkan kapasitas ekonomi yaitu kapasitas 106 kursi, 80 kursi, 72 kursi dan 64 kursi dengan prioritas pelanggan untuk difabel, lansia, dan pelanggan berkebutuhan khusus. Rangkaian ekonomi terbaru ialah ekonomi dan ekonomi premium (bentuk penyempurnaan dari rangkaian kelas ekonomi generasi ketiga). Kelas ekonomi memiliki fasilitas penyejuk udara (AC), colokan listrik, kursi empuk dan bisa direbahkan (khusus ekonomi premium dan ekonomi), dan televisi (khusus ekonomi premium dan ekonomi). Tersedia pula bantal dengan sistem sewa.
Sama seperti kelas ekonomi yang memiliki AC dan colokan listrik. Perbedaannya, terletak pada fasilitas yaitu tidak adanya kursi yang dapat direbahkan (reclining seat), namun dalam kelas ini posisi kursi duduk dapat diubah menghadap depan atau belakang. Sejak 2009, jumlah kereta kelas bisnis perlahan mulai berkurang (bahkan mulai terancam punah). Beberapa kereta dimodifikasi menjadi kereta eksekutif, kereta wisata, kereta pembangkit, dan sebagian lainnya sudah memasuki masa purna tugas.
Fasilitas kelas eksekutif yang didapatkan berupa kursi empuk dan bisa diatur sesuai keinginan, ruang kaki lebar, colokan listrk, selimut, televisi, meja makan, toilet, AC, bahkan Wi-Fi yang tersedia di beberapa kereta. Laju kereta lebih cepat karena tidak berhenti di banyak stasiun. Kereta kelas eksekutif menampung hanya 50 penumpang
Kelas ini merupakan kelas yang paling tertinggi kedua dalam layanan Kereta Api Indonesia, terutama untuk kereta antarkota. Diperkenalkan pada tahun 2018 dengan kapasitas 18 tempat duduk pada generasi pertama dan 26 tempat duduk untuk generasi kedua di tahun 2019. Fasilitas berupa kursi empuk yang bisa disandarkan hingga 170 derajat untuk generasi pertama dan 140 derajat untuk generasi kedua, pembatas antar penumpang, in train entertainment, laci penyimpanan, lampu baca, stop kontak, headphone. KAI juga menyediakan makanan gratis satu kali yaitu camilan dan minuman.[34] Namun kelas tersebut hanya tersedia di Pulau Jawa saja dan kelas ini meliputi KA Argo Bromo Anggrek dan Sembrani untuk relasi Jakarta–Surabaya di jalur utara Jawa, sedangkan di jalur tengah, yakni kereta api Gajayana untuk relasi Jakarta–Malang, Argo Lawu dan Argo Dwipangga untuk relasi Jakarta–Surakarta serta Taksaka untuk relasi Jakarta–Yogyakarta.
Mulai 10–11 Oktober 2023, kelas kompartemen ini kini menjadi tertinggi dalam kasta layanan Kereta Api Indonesia bagi kereta api antarkota. Fitur-fitur yang akan memanjakan para penumpang di kelas compartment suite tersebut salah satunya yaitu kursi yang dapat direbahkan hingga 180 derajat sehingga dapat berfungsi sebagai kasur tidur. Kursi tersebut dapat diputar sehingga penumpang dapat menyesuaikan dengan arah perjalanan kereta api. Kursi di kereta ini juga memiliki sandaran kaki yang dapat diluruskan sehingga pelanggan dapat relaks. Terdapat pula on-board entertainment yang dapat digunakan pelanggan untuk mengisi waktu luang selama perjalanan. Kelas compartment suite didesain untuk privasi pelanggan secara maksimal. Dalam 1 kereta, terdapat 16 ruang privat untuk masing-masing pelanggan. Di tiap ruangan tersebut, telah terpasang pintu geser yang dapat digerakkan secara elektrik. Desain ruangan yang menarik dengan warna soft dan pencahayaan yang hangat, memberikan efek kenyamanan agar pelanggan lebih betah untuk melakukan perjalanan antarkota. Selain itu, kelas ini menyediakan toilet pada ujung baris rangkaian kereta, saat ini kelas tersebut hanya tersedia pada kereta api Argo Semeru dan Bima dengan relasi Jakarta–Surabaya di lintas tengah Jawa.[35] Kereta komuter dan lokal
Komuter adalah kereta api yang beroperasi dalam jarak dekat, menghubungkan kota besar dengan kota-kota kecil di sekitarnya atau dua kota yang berdekatan. Penumpang kereta ini kebanyakan adalah para penglaju bermobilitas tinggi yang pergi-pulang dalam sehari, misalnya ke tempat kerja atau sekolah. Tidak mengherankan apabila frekuensi perjalanan komuter termasuk tinggi dan jumlah penumpangnya juga paling banyak dibanding kereta jenis lainnya. Kereta komuter kebanyakan layanannya menggunakan kelas ekonomi, dan sebagian kelas eksekutif dan jarang ditemui menggunakan kelas bisnis. Kereta Komuter di Indonesia ada yg berupa KRL maupun KRD/Kereta Komersial. KRL di Indonesia mayoritas menggunakan produk dari Jepang dan sebagian dari produk dalam negeri/INKA. Untuk rangkaian KRD biasanya diperoleh dari bekas kereta api jarak jauh, bahkan diproduksi sendiri dari INKA dan ada juga rombakan yang awalnya berupa KRL di modifikasi menjadi KRD. Selain dari kereta api komuter yang dikelola oleh KAI Commuter, lintas rel terpadu yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia, yaitu LRT Palembang dan LRT Jabodebek. Kereta bandaraPT Kereta Api Indonesia menyediakan layanan kereta bandara yang menghubungkan stasiun-stasiun sekitar hingga ke bandara, baik yang dioperasikan sendiri, dioperasikan oleh KAI Commuter (hanya untuk Bandara Soekarno-Hatta), maupun yang dioperasikan oleh PT Railink (sekarang KAI Bandara). Moda transportasi ini sangat berguna karena mengurangi jumlah kepadatan kendaraan menuju bandara. Untuk saat ini sudah tersedia rute menuju ke Bandar Udara Internasional Kualanamu, Bandar Udara Internasional Minangkabau, Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Bandar Udara Adi Soemarmo, dan Bandar Udara Internasional Yogyakarta. Kereta wisataPT Kereta Api Indonesia juga menyediakan layanan kereta wisata yang tarifnya disesuaikan dengan harga tiket tertinggi pada kereta yang dirangkaikan dengan kereta wisata tersebut. Layanan kereta wisata tersebut dioperasikan oleh PT KAI Pariwisata. Rangkaian kereta wisata diberi nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatra, Jawa, Imperial, Priority, dan Panoramic.[36] Selain itu, di Ambarawa tersedia pula kereta wisata dengan lokomotif uap bergigi. Di Kota Surakarta, kereta wisata Jaladara tujuan Solo Purwosari–Solo Kota yang melintasi Jalan Raya Slamet Riyadi. Adapun di Sumatera Selatan, tersedia kereta wisata yang diberi nama Kereta Sultan, sedangkan di Sumatera Barat tersedia pula kereta wisata yang bertujuan ke Lembah Anai dan Pantai Pariaman.[37]
Kereta wisata Panoramic diperkenalkan pada tahun 2022 dengan kapasitas 50 tempat duduk. Kereta ini memiliki jendela kaca tembus pandang berdimensi lebar di kedua sisi dan atap yang dipasang memanjang dari depan sampai belakang dengan sistem buka tutup otomatis, agar dapat lebih leluasa untuk menikmati pemandangan. Fasilitas yang didapatkan di kereta ini seperti penyejuk udara (AC), televisi, colokan listrik, selimut, bantal, kursi empuk yang bisa diatur sesuai keinginan, serta gratis satu kali makanan berat dan cemilan.[38] Kereta barangKhusus di Pulau Jawa, pemasaran angkutan barang semula kurang diminati pasar karena dalam perjalanan kalah prioritas dengan kereta penumpang. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan terakhir yang sudah melalui tahapan modernisasi sarana angkutan barang, telah dimungkinkan hadirnya kereta barang dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan kereta penumpang sehingga perjalanannya jauh lebih lancar.[39] Layanan kereta barang yang dilayani saat ini sudah ada beberapa macam seperti kereta pengangkut peti kemas, kereta pengangkut batu bara, kereta pengangkut semen, dan sebagainya.[40] Untuk mengoptimalkan layanan kereta berbasis barang pada saat ini PT Kereta Api Indonesia membuat anak perusahaan yang bernama PT Kereta Api Logistik (Kalog) yang fungsi utamanya adalah untuk melayani dan mengoperasionalkan layanan barang berbasis kereta api. Kereta barang peti kemasKereta barang peti kemas melayani beberapa relasi, antara lain:
Barang yang diangkut kebanyakan berupa peti kemas yang jenis komoditas angkutannya tidak terbatas. Sumatera Utara Perlanaan - Belawan Siantar - Belawan Bandar Tinggi - Kuala Tanjung Kereta barang semenKereta api barang ini mengangkut semen dan mempunyai beberapa rute, diantaranya: Jawa
SumatraRute kereta api Nambo-Ketapang adalah rute kereta api terjauh yang pernah dioperasikan oleh PT KAI, dengan panjang rute mencapai 1060 km dan waktu tempuh mencapai 23 jam. Kereta barang bahan bakar minyakKereta api ketel adalah kereta api angkutan barang yang mengangkut bahan-bahan cair seperti bahan bakar minyak (BBM) dan bahan bakar khusus (BBK). Salah satu kerja sama PT Kereta Api Indonesia melalui anak perusahaan, KAI Logistik dalam angkutan BBM dan BBK dengan PT Pertamina. Relasi kereta barang ini di antaranya: Jawa
Sumatra
Kereta barang pupukKereta api pupuk mengangkut pupuk milik Pusri dengan rute Stasiun Cilacap-Stasiun Prupuk di lintas tengah Jawa[41] dan Stasiun Cilacap-Stasiun Ceper di lintas selatan Jawa.[42] Kereta barang cepatKereta barang cepat yang diberi nama Over Night Service (ONS)[43] beroperasi di tiga koridor yaitu, Lintas Utara Jawa dengan relasi Kampung Bandan–Surabaya Pasarturi, Lintas Tengah Jawa dengan relasi Kampung Bandan–Malang via Purwokerto, dan Lintas Selatan Jawa dengan relasi Bandung– Surabaya Kota (Non Aktif). Satu rangkaian kereta ONS terdiri dari 10-14 kereta bagasi.
Kereta Barang CPO merupakan kereta Barang Ketel yang mengangkut Minyak Mentah Kelapa Sawit dari Pabrik PKS (Pengelolaan Kelapa Sawit) ke Pelabuhan, adapun jenis kereta barang ini hanya terdapat di DIVRE 1 Medan. LokomotifSaat ini, terdapat lima kelas utama lokomotif yang menjadi armada utama PT KAI. Untuk sistem penomoran lokomotif diatur oleh Kementerian Perhubungan mulai tahun 2011 menggunakan kombinasi huruf,angka yang menunjukan tahun didinaskan dan nomor urut. Kombinasi huruf yang digunakan untuk menunjukkan susunan roda (saat ini ada C, D, BB, dan jenis CC), dan nomor tiga digit digunakan untuk menunjukkan kelas (2 untuk kelas dengan transmisi listrik dan 3 untuk kelas dengan transmisi hidraulis atau mekanik), yang dimulai dari 00. Dua angka di tengah menunjukan lokomotif ini didinaskan pada tahun berapa dan dua atau tiga angka di belakangnya menunjukkan jumlah individu, mulai dari 01.[44] Misalnya
Kelas lokomotif diesel PT Kereta Api Indonesia[45]
*) CC300 adalah milik Ditjen Perkeretaapian ArmadaPada tahun 2016, KAI mengoperasikan:
Lokomotif diesel elektrik PT KAI sebagian besar dibuat di Amerika Serikat, sedangkan diesel hidraulis kebanyakan Jerman. Unit kereta rel listrik didominasi oleh kereta bukan baru yang dibuat dan pernah beroperasi di Jepang. Industri lokal mampu membangun beberapa unit, baik diesel dan listrik. LogoSaat pertama kali diresmikan sebagai perusahaan tunggal, logo Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia berupa lingkaran berwarna merah putih dengan sketsa tampak muka lokomotif uap di tengahnya. logo ini dipakai pada tahun 1945 hingga 1950. Logo kedua pada masa Djawatan Kereta Api tahun diluncurkan berupa lingkaran, roda bersayap, tulisan DKA, dan tulisan "Djawatan" di bagian atas dan "Kereta-Api" di bagian bawah. Dengan diluncurkannya lokomotif CC200 pada September 1953, desain logo roda sayap mulai digunakan pada bagian depan dan belakang lokomotif. Roda tersebut memiliki sayap kembar berjumlah 5 helai. Logo ini kemudian dijadikan logo lokomotif hingga transformasi perusahaan menjadi Perum pada awal tahun 1991.[butuh rujukan] Sejak 1963, bersama dengan pengalihan bentuk perusahaan dari Djawatan ke Perusahaan Negara, PNKA meluncurkan lambang (emblem) yang diberi nama "Wahana Daya Pertiwi". Wahana Daya Pertiwi bermakna sebagai "transformasi perkeretaapian sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa".[46] Logo itu adalah seekor Garuda yang mencengkeram roda kereta dan berkalung perisai segilima bertuliskan "KA". Roda itu berdiri di atas pita bertuliskan "Wahana Daya Pertiwi", yang juga menyangga padi dan kapas pada kiri dan kanan lambang. Saat ini lambang "Wahana Daya Pertiwi" digunakan sebagai lambang kedinasan dan ornamen gedung PT KAI, dan dipasangkan pada pin, topi pet, serta emblem pada lengan kiri seragam pegawai KAI. Lambang ini juga ada pada bagian muka kereta inspeksi milik KAI dan juga lambang ini dipasangkan pada bagian samping kiri dan kanan lokomotif vintage seri CC 201 83 31 milik Depo Induk SMC. Pada tahun 1988 sempat dilakukan penggantian logo PJKA menjadi segilima biru, dan dijadikan logo lokomotif sekaligus logo perusahaan, dan lambang "Wahana Daya Pertiwi" diubah menjadi lambang dinas. Logo segilima biru ini tidak bertahan lama mengingat PJKA berkeinginan untuk mengganti logonya lagi hingga akhir 1990.[46] Logo dengan dasar segilima tersebut memiliki tulisan "KA" di bagian tengahnya yang dibentuk dari roda bogie kereta api. Sebagai ancang-ancang menuju transformasi menuju Perum, PJKA memberikan kepercayaan kepada Priyanto Sunarto (Pri S.) dan Indarsjah T. sebagai konsultan desain logo Perumka. Logo itu didesain oleh Iman Sudjudi di Studio OK!, dan dijuluki "logo huruf Z" atau "logo angka 2".[47] Walaupun demikian, Perumka hingga PT Kereta Api sebenarnya memberi informasi bahwa logo itu berupa jajar genjang berwarna oranye yang di dalamnya terdapat siluet dua kereta cepat berujung runcing yang menggambarkan arah bolak-balik kereta api dan juga simbol pelayanan kereta api yaitu "memberi dan menerima". Di bawahnya tertulis "KERETAPI". Logo itu diluncurkan bersama dengan peresmian Perumka pada tanggal 2 Januari 1991.[16] Pada tanggal 28 September 2011, bertepatan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-66, PT KAI meluncurkan logo baru.[48] Logo itu diciptakan oleh Farid Stevy Asta, vokalis grup musik rock FSTVLST, yang menjadi juara 1 lomba desain logo baru perusahaan.[49] Asta, yang mengerjakan logo KAI di LibStud, mengatakan bahwa dirinya sendiri "terinspirasi dari logo lama KAI" (huruf Z).[50] Logo itu berupa tiga garis lengkung dengan dua berwarna oranye, satu biru di bawah, serta anak panah transparan. PT KAI mendeskripsikan elemen logo sebagai berikut: garis-garis sebagai gerakan dinamis dalam mencapai visi dan misi, serta anak panah yang melambangkan "nilai integritas". Dua oranye itu melambangkan "pelayanan prima (kepuasan pelanggan) internal-eksternal", dan warna biru melambangkan "inovasi untuk memberikan nilai tambah ke pemangku kepentingan". Dalam memperingati hari ulang tahunnya ke-75 pada 28 September 2020, PT KAI meresmikan logo baru dengan bentuk tiga huruf abjad yaitu "K", "A", dan "I" yang dibuat dengan tulisan miring (menggambarkan karakter perusahaan yang progresif, terbuka, dan terpercaya). Aksen bentuk seperti rel kereta api pada huruf "A" melambangkan "harapan untuk memajukan perusahaan sebagai ekosistem transportasi yang terbaik dan bersinergi" dan penggunaan dua warna yang memiliki makna berbeda dari logo sebelumnya, yaitu gabungan kedua warna ini mencerminkan aspek dalam "hubungan harmonis antara KAI dan seluruh pemangku kepentingan sektor perkeretaapian", dengan warna biru (pada huruf "K" dan "I") melambangkan "stabilitas, profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri dari perusahaan", dan warna oranye (pada huruf "A") melambangkan "antusiasme, kreativitas, dan tekad perusahaan".[51] Anak perusahaanAnak usaha pertama dari perusahaan ini adalah PT Reska Multi Usaha (RMU) yang didirikan pada tanggal 2 Juli 2003.[52] Reska fokus pada penyediaan layanan penunjang operasional kereta api, seperti restorasi, perparkiran, kebersihan di atas kereta, restoran dan kafe, cuci kereta, serta pendukung kenyamanan. Reska juga merupakan pemilik merek dagang Loko, sebuah jaringan restoran bertema transportasi rel yang banyak membuka gerainya di dekat stasiun.[53] Pada tanggal 12 Agustus 2008, perusahaan ini memisahkan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ).[20] Seiring dengan rencana ekspansi ke luar Jabodetabek,[54] pada tanggal 20 September 2017, nama KCJ resmi diubah menjadi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI). Pada tanggal 8 September 2009, perusahaan ini mendirikan tiga anak usaha, yakni PT Kereta Api Pariwisata (Kawista, sebelumnya IndoRailTour), PT KA Properti Manajemen (KAPM), dan PT Kereta Api Logistik (Kalog).[52] Pada tanggal 28 September 2006, perusahaan ini juga membentuk sebuah perusahaan patungan dengan PT Angkasa Pura II dengan nama PT Railink untuk mengoperasikan kereta api bandara,[55] tetapi perusahaan tersebut baru memulai operasinya pada tahun 2013 dengan meluncurkan KA Airport Raillink Services (ARS) rute Medan–Bandara Kualanamu PP.[56] Pada tahun 2015, perusahaan ini ikut mendirikan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) bersama Wijaya Karya, PTPN VIII, dan Jasa Marga untuk membangun dan mengoperasikan kereta cepat Jakarta–Bandung melalui PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).[57] Yayasan Pusat Kesejahteraan Karyawan Kereta Api memegang 0,1% hingga hampir 5% saham di semua anak usaha perusahaan ini, kecuali di Railink dan PSBI, PenghargaanPerusahaan BUMN Transportasi Pelaksana PKBL Pengembang UMKM Terbaik–Penganugerahan 8th UNS SME's AWARDS[58] Ajang Public Relations (PR) Indonesia Awards: Silver winner untuk kategori BUMN Sub Kategori Video Profil KAI Pay Bronze winner untuk kategori BUMN Sub Kategori Video Profil KAI Saya KAI Bronze winner untuk kategori BUMN Sub Kategori Media Sosial Bronze winner untuk kategori BUMN Sub Kategori E-Magazine Bronze winner untuk kategori BUMN Sub Kategori Aplikasi[59] Lihat pula
ReferensiCatatanKutipan
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Kereta Api Indonesia.
|