Share to:

 

Kerusuhan Târgu Mureș

Kerusuhan Târgu Mureș (juga disebut Maret Hitam, bahasa Hungaria: Fekete Március)[1] mengacu pada insiden kekerasan terhadap kelompok etnis Hungaria di Târgu Mureș dan daerah sekitarnya di Transilvania, Rumania pada Maret 1990. Bentrokan itu merupakan insiden antaretnis paling berdarah di era pasca-komunis di Transylvania.[2] Târgu Mureș (bahasa Hungaria: Marosvásárhely) adalah kota di Rumania, yang memiliki hubungan historis dengan Hungaria,[3] di mana proporsi etnis Rumania dan Hungaria di sana hampir seimbang setelah jatuhnya rezim komunis pada bulan Desember 1989. Kota ini menjadi pusat budaya dan politik bagi minoritas Hungaria di Transilvania.[4]

Pada bulan Maret 1990, bentrokan singkat namun dengan kekerasan terjadi di sana antara dua kelompok etnis di kota tersebut, yang melibatkan etnis Rumania dari desa-desa tetangga. Bentrokan itu menewaskan 5 orang dan 300 luka-luka.[2] Kerusuhan disiarkan secara nasional di televisi Rumania dan diliput oleh media di seluruh dunia.

Penyebab pasti kejadian ini masih menjadi perdebatan. Sejumlah pihak menuding media dan pemerintah Rumania terlibat dalam peristiwa berdarah ini.

Kejadian

Demonstrasi etnis Hungaria
Pasukan Rumania di Târgu Mureș
Bus yang hancur

Pada awal Maret 1990, terjadi dua peristiwa vandalisme terhadap patung tokoh Rumania. Coretan ditemukan di patung Avram Iancu, sedangkan patung tokoh lainnya di kota tetangga dicuri.[5]

Selama perayaan hari nasional Hungaria (15 Maret), serangkaian tuduhan separatisme mulai diarahkan ke etnis Hungaria di Rumania.[2]

Keesokan harinya, sekelompok orang Rumania yang mabuk berat mulai menyerang toko-toko di wilayah yang namanya diganti menjadi bahasa Hungaria.[2] Para siswa menyanyikan lagu-lagu anti-Hungaria dan menjarah sebuah gereja Protestan Hungaria.[2]

Pada tanggal 19 Maret, penduduk desa beretnis Rumania, yang datang dengan bus dan kereta api, tiba di Târgu Mureș dan menyerbu kantor pusat partai Uni Demokrat Hungaria di Rumania.[2] Warga Hungaria setempat mencoba mempertahankannya, dan daerah itu mulai diguncang kekerasan.[2] Namun, keterlibatan pemerintah Rumania dalam kaitannya dengan kekerasan etnis dianggap tidak sepenuhnya tidak berdasar.[2]

Media turut memperkeruh keadaan melalui berita dan artikel yang menghasut dan mengadu domba.[2] Laporan parlemen tentang peristiwa tersebut mengonfirmasi bahwa media melaporkan berita bohong tentang datangnya rombongan besar orang-orang Hungaria untuk membantu saudara mereka guna memisahkan Transilvania dari Rumania.[2] Tuduhan tentang gerakan "separatis" digunakan sebagai upaya untuk menciptakan konflik etnis.[2]

Keterlibatan media

Peristiwa dipandang berbeda oleh kedua pihak-pihak yang terlibat. Peristiwa 16 Maret di "Apotek no. 28" merupakan contoh bagaimana media menceritakan kejadian yang sama, tetapi dengan versi yang berlawanan. Media Rumania memberitakan bahwa apoteker menghapus plakat dalam bahasa Rumania, sementara pers Hungaria menulis bahwa orang Rumania yang menghapus plakat berbahasa Hungaria.[6] Hal ini menunjukkan media di kedua pihak sengaja memperkeruh suasana dengan memanfaatkan suatu kejadian untuk menyudutkan pihak lain.

Media Rumania

Menurut koresponden televisi Rumania, di kota tetangga Sovata, patung Nicolae Bălcescu dirobohkan, menimbulkan protes keras dari organisasi Vatra Românească.[7]

Beberapa tim juru kamera dari Angkatan Bersenjata Rumania merekam banyak episode yang secara eksplisit menunjukkan gerakan anti-Rumania. Di sana, ditampilkan sekelompok orang Hungaria yang meneriakkan "Horthy, Horthy!", "Matilah orang Rumania!" dan "Transylvania untuk Hungaria!" Sebuah artikel tahun 2010 dari Jurnalul Național mengabarkan masuknya 10.000 "turis" Hungaria yang secara resmi datang untuk memperingati Revolusi 1848. Pada periode yang sama, diberitakan pula kejadian penodaan patung Avram Iancu, Nicolae Bălcescu dan beberapa upaya pembakaran rumah-rumah etnis Rumania di desa Sovata. Tindakan semacam itu memicu serangan balasan yang dilancarkan oleh penduduk etnis Rumania.[8]

Selain itu, "perang rambu-rambu jalan" dimulai dan berlanjut hingga bertahun-tahun di seluruh Transilvania. Salah satu tanda bertuliskan Târgu Mureș di jalan masuk ke kota diganti dengan tanda Marosvasarhely oleh orang Hungaria. Perubahan tersebut memicu kemarahan dari karyawan Azomureş, yang mengembalikan tanda berbahasa Rumania.[8]

Laporan Human Rights Watch 1990

Pada bulan Maret, kekerasan pecah antara etnis Hungaria dan Rumania di kota Târgu Mureș di Transilvania. Pada 19 Maret, kantor partai Uni Demokrat Hungaria di Rumania (UDMR) diserang oleh kerumunan besar etnis Rumania. Pejabat UDMR meminta perlindungan terhadap polisi dan tentara, tapi tidak ditanggapi sampai beberapa jam setelah serangan dimulai. Banyak etnis Hungaria yang terjebak di dalamnya terluka parah.

Keesokan paginya, sekitar 15.000 etnis Hungaria berkumpul di alun-alun kota untuk memprotes peristiwa hari sebelumnya. Sementara sekitar 3.000 pelajar etnis Rumania yang menentang tuntutan Hungaria untuk hak otonomi mulai berkumpul di sisi lain alun-alun pada sore hari. Ketegangan meningkat ketika tersiar kabar bahwa bus-bus yang mengangkut petani Rumania dari desa-desa tetangga menuju ke pusat kota untuk bergabung dengan massa etnis Rumania di alun-alun. Pada pukul 14.30, Kepala Polisi memberikan jaminan kepada pemimpin etnis Rumania dan Hungaria di alun-alun bahwa polisi telah memblokir jalan masuk ke kota. Namun, laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan polisi mengizinkan bus yang membawa etnis Rumania dan berhasil melewati penghalang jalan. Para petani Rumania dari desa-desa di luar Târgu Mureş tiba di pusat kota setelah jalan-jalan seharusnya ditutup, dan bergabung dengan orang-orang Rumania yang sudah hadir di alun-alun.

Sekitar pukul 17.00, kekerasan meletus antara etnis Rumania dan etnis Hungaria. Meskipun polisi dan tentara telah diberi tahu tentang potensi kekerasan dari ketegangan di alun-alun oleh para tokoh Hungaria dan Rumania, pihak berwenang sekali lagi gagal menanggapi dengan cara yang tepat untuk melindungi warga Târgu Mureș[9]

UDMR mengutuk penolakan Mahkamah Agung pada tanggal 7 Juni atas banding kasus Pal Cseresznyés, seorang etnis Hungaria yang menjalani hukuman 10 tahun karena percobaan pembunuhan sebagai akibat dari keterlibatannya dalam insiden Târgu Mureș pada Maret 1990. Cseresznyés ikut memukuli seorang etnis Rumania, yang ditangkap oleh jurnalis luar negeri dalam sebuah film. UDMR memprotes hukuman yang terlalu lama, serta fakta bahwa dia adalah satu-satunya orang yang diseret ke pengadilan, padahal ada banyak pelaku lain yang ikut terekam. Pengadilan menyatakan bahwa, terlepas dari pihak lain yang terlibat, Cseresznyes telah menerima persidangan yang adil sebagaimana yang dituduhkan. Dengan demikian, tidak ada alasan hukum untuk mengabulkan banding[10]

Korban

Lima orang tewas (tiga etnis Hungaria dan dua etnis Rumania) dan 278 luka-luka. Selama penyelidikan pidana dan persidangan pengadilan berikutnya, dua etnis Hungaria (Pál Cseresznyés dan Ernő Barabás) dan tujuh lainnya dihukum.[11]

Dua kasus menarik perhatian khusus:

  • Pada tanggal 19 Maret 1990, penulis Hungaria András Sütő dipukuli secara serius ketika orang Rumania menyerang kantor Uni Demokrat Hungaria (UDMR). Dengan beberapa tulang yang patah dan satu matanya dibutakan, ia dilarikan ke Rumah Sakit Militer Bukares, kemudian, dengan pesawat militer ke Budapest, Hungaria, di mana nyawanya berhasil diselamatkan, tetapi mengalami cedera mata permanen. Para penyerang tidak pernah secara resmi diidentifikasi, atau dihukum.[12]
  • Pada tanggal 20 Maret 1990, Mihăilă Cofariu, seorang Rumania dari desa Ibănești dipukuli bahkan setelah dia jatuh pingsan. Setelah itu, dia mengidap cacat neurologis. Peristiwa itu ditampilkan di media internasional sebagai seorang Hungaria yang dihajar oleh orang Rumania. Dia dibawa dalam keadaan koma ke rumah sakit darurat dan menghabiskan beberapa bulan perawatan di rumah sakit di Rumania dan Jerman. Salah satu pelakunya, Pál Cseresznyés, diadili, dihukum dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, tetapi dia dibebaskan pada tahun 1996 oleh Presiden Rumania Emil Constantinescu, sebagai upaya rekonsiliasi. Terdakwa lainnya, Ernő Barabás, beremigrasi ke Hungaria. Dia juga dijatuhi hukuman penjara 10 tahun, tetapi otoritas Hungaria menolak semua permintaan ekstradisi dari otoritas Rumania.[13]

Referensi

  1. ^ Ildikó Lipcsey; Sabin Gherman; Adrian Severin (2006). Romania and Transylvania in the 20th Century. Corvinus Pub. hlm. 193. ISBN 978-1-882785-15-5. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k Anamaria Dutceac Segesten, Myth, Identity, and Conflict: A Comparative Analysis of Romanian and Serbian Textbooks , Lexington Books, 2011, ISBN 9780739148679
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-17. Diakses tanggal 2020-12-08. 
  4. ^ Guntram Henrik Herb; David H. Kaplan, ed. (1999). Nested Identities: Nationalism, Territory, and Scale. Rowman & Littlefield. hlm. 279. ISBN 978-0-8476-8467-0. 
  5. ^ Stroschein, Sherrill (2012). Ethnic Struggle, Coexistence, and Democratization in Eastern Europe. London: Cambridge University Press. hlm. 104. ISBN 978-1-107-00524-2. 
  6. ^ [1]
  7. ^ "Corespondentul TVR Dorin Suciu, despre Revoluţie şi incidentele din martie 1990 de la Tg. Mureş". Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juni 2013. 
  8. ^ a b (Romanian)[2] Diarsipkan 8 Desember 2015 di Wayback Machine.
  9. ^ Human Rights Watch World Report for the year 1990.
  10. ^ Human Rights Report, 31 Januari 1994, US State Department.
  11. ^ Bustan, René (2007). Les relations roumano-hongroises dans la perspective de la construction ... ISBN 9782748335705. 
  12. ^ "Ethnic Hungarian Writer and Activist Andras Suto, 79". 
  13. ^ "Romania libera - stiri iesite din tipar - actualitate, investigatii, politica, cultura, diaspora, video, anunturi de mica publicitate". RomaniaLibera.ro. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Februari 2015. 
Kembali kehalaman sebelumnya