Kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benar
Kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benar adalah sebuah tindakan, ucapan seseorang atau sekelompok orang dalam mengubah dan menggiring penilaian atau persepsi seseorang dalam situasi tertentu agar yang mendengarkan atau melihat menilai bahwa sebuah hal atau aktivitas seolah-olah benar benar terjadi. kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benar dapat diartikan sebagai tindakan untuk membentuk jejak atau bekas yang terasa atau terpikir setelah melihat ataupun mendengar sesuatu bahwa hal tersebut adalah benar[1] proses kegiatan dalam melakukan kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benar pada umumnya memiliki tujuan dimana seseorang atau sekelompok orang melakukannya untuk mendapatkan keuntungan tertentu dari seseorang atau sekelompok orang yang mendengarkan pernyataan yang disampaikan ataupun melihat aktivitas yang dilakukan. Kasus kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benarDi indonesia sendiri, kasus dengan metode kesan kebenaran atau kesan seolah-olah benar ini pernah dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, dalam kasus penembakan Brigadir Josua oleh atasannya bernama Ferdy Sambo, dimana disebutkan bahwa: "untuk membuat seolah-olah telah terjadi tembak-menembak, saudar FS melakukan penembakan dengan senjata milik senjata J ke dinding berkali-kali untuk membuat kesan seolah telah terjadi tembak-menembak"[2] dalam rilis pers yang dilakukan, dimana Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto menyampaikan berbagai informasi dan disebutkan bahwa kejadian dalam kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat tersebut adalah karena baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E, berikut adalah potongan pernyataan dari Kombes Budhi Hendri Susianto dalam rilis pers yang pada akhirnya ini adalah kesan kebenaran atau kesan seolah-olah banar bahwa kasus tersebut karena baku tembak antara dua anggota polisi: "Dari hasil proses olah TKP yang kami lakukan, kami di sana menemukan beberapa barang bukti, entah itu senjata, maupun selongsong serta proyektil peluru. Dari apa yang kami lakukan, maka kami melihat bahwa di tempat tersebut diduga terjadi peristiwa pidana sehingga kemudian melakukan proses olah TKP secara teliti. Di mana kami melihat bahwa proses ini dari saksi yang pertama kali melihat peristiwa tersebut, saksi R yang sudah dilakukan pemeriksaan saat ini melihat bahwa pada saat itu Brigadir J melakukan penembakan terlebih dahulu ke arah Bharada RE. Dari situ kemudian di situ kami melakukan pendalaman dan didapat satu hasil pemeriksaan yang kami lakukan bahwa pada saat itu Brigadir J masuk ke kamar pribadi yang saat itu ada Ibu Kadiv Propam (Istri Irjen Ferdy Sambo). Perlu rekan-rekan ketahui, bahwa rumah tersebut adalah rumah singgah. Jadi, selama pandemi rumah tersebut dipakai oleh keluarga tersebut untuk melakukan isolasi mandiri. Apabila anggota keluarganya yang baru saja keluar pulang dari luar kota melakukan tes PCR, sambil menunggu hasil PCR keluar, maka akan melakukan isolasi di rumah tersebut sehingga rumah tersebut adalah rumah persinggahan.'" [3], namun pada akhirnya diketahui bahwa informasi tersebut adalah sebuah kesan kebenaran atau seolah-olah benar yang di otaki oleh Ferdy Sambo sendiri.[4] Proses terbentuknya kesan kebenaran[5]Membentuk stereotip proses terbentukanya kesan kebenaran dengan stereotip dilakukan untuk menciptakan pandangan atau penilaian suatu kelompok yang didasarkan pada prasangka subjektif dan tidak tetap, stereotip sendiri biasanya muncul karena kategori sosial didalam sebuah kelompok, seperti usia, gender, ras, golongan, dan sebagainya, stereotip yang terbentuk dalam kesan kebenaran cenderung akan membentuk persepsi yang akan konsisten dalam diri seseorang yang mendengarkan atau melihat kesan keberan atau kesan seolah-olah benar yang ada. Implicit Personality Theory teori ini adalah proses penggabungan antara pengalaman seseorang dengan hal yang disampaikan atau yang dilihat sehingga akan menghasilkan sesuatu yang membuat seseorang tersebut menjadi mungkin akan percaya dengan yang di ucapkan atau dilihatnya. Porses Atribusi dalam proses selanjutnya, atribusi akan masuk kedalam tahap dimana seseorang atau sekelompok orang akan menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain yang perlilakunya terlihat, persepsi ini dibagi menjadi dua, yakni persepsi hubungan sebab akibat (kausalitas) dan persepsi kejujuran Referensi
|