KesetiaanKesetiaan umumnya dipahami sebagai pengabdian dan kepatuhan kepada suatu bangsa, tujuan, falsafah, negara, kelompok, atau seseorang.[1] Para filsuf tidak bersetuju tentang apa saja yang bisa menjadi objek kesetiaan, karena beberapa orang berpendapat bahwa kesetiaan bersifat antarpribadi dan hanya manusia lain yang dapat menjadi objek kesetiaan. Yang dimaksud dengan kesetiaan dalam ilmu hukum dan ilmu politik adalah kesetiaan seseorang kepada suatu bangsa, baik itu bangsa kelahirannya, maupun bangsa yang dideklarasikan dengan sumpah (naturalisasi). Hubungan dengan bidang lainnyaPatriotismeNathanson mengamati bahwa kesetiaan sering kali langsung disamakan dengan patriotisme. Dia berpendapat bahwa ini bukanlah yang sebenarnya terjadi, dengan alasan bahwa patriot menunjukkan kesetiaan, tetapi tidak semua orang yang setia adalah patriot. Dia memberikan contoh seorang tentara bayaran, yang menunjukkan kesetiaan kepada orang atau negara yang membayarnya. Nathanson menunjukkan perbedaan motivasi antara tentara bayaran yang setia dan seorang patriot. Seorang tentara bayaran mungkin dimotivasi oleh rasa profesionalisme atau keyakinan pada kontrak. Sebaliknya, seorang patriot mungkin didorong oleh kasih sayang, perhatian, identitas, dan kesediaan untuk berkorban.[2] PemasaranBisnis berusaha keras untuk menjadi situs loyalitas untuk mempertahankan pelanggan.[3] Loyalitas merek adalah preferensi konsumen terhadap merek tertentu dan komitmen untuk berulang kali membeli merek tersebut.[4][5] Apa yang disebut dengan program loyalitas menawarkan imbalan kepada pelanggan setia sebagai imbalan atas kemampuan untuk melacak preferensi konsumen dan kebiasaan membeli.[6] Konsep serupa adalah loyalitas penggemar, pengabdian dan minat yang berkelanjutan pada tim olahraga, karakter fiksi, atau serial TV fiksi. Pada hewanHewan sebagai peliharaan dapat menunjukkan rasa kesetiaan kepada manusia. Kasus-kasus yang diketahui termasuk Greyfriars Bobby, seekor anjing jenis skye terrier yang mengunjungi makam tuannya selama empat belas tahun; Hachiko, seekor anjing yang kembali ke tempat di mana dia bertemu dengan tuannya setiap hari selama sembilan tahun setelah kematiannya;[7] dan Foxy, seekor spaniel yang dimiliki oleh Charles Gough, yang tetap berada di sisi tuannya yang telah meninggal selama tiga bulan di Helvellyn di Distrik Danau pada tahun 1805 (meskipun ada kemungkinan bahwa Foxy memakan mayat Gough).[8] Catatan kaki
|