Share to:

 

Keterkaitan kuantum

Keterikatan kuantum adalah fenomena yang terjadi ketika sekelompok partikel dihasilkan, berinteraksi, atau berbagi kedekatan spasial sedemikian rupa sehingga keadaan kuantum dari setiap partikel kelompok tidak dapat dijelaskan secara independen dari keadaan yang lain, termasuk ketika partikel dipisahkan oleh jarak yang jauh. Topik keterikatan kuantum merupakan inti perbedaan antara fisika klasik dan fisika kuantum: keterikatan adalah ciri utama mekanika kuantum yang tidak ada dalam mekanika klasik.[1][2] Dalam bahasa lain, Keterikatan kuantum adalah fenomena mekanika kuantum dimana kuantum menyatakan bahwa dua atau lebih objek harus dideskripsikan dengan referensi antar objek, meskipun objek-objek tersebut tidaklah berkaitan secara spasial. Hal ini mengarah pada korelasi antara atribut fisik objek yang dapat diamati dari suatu sistem. Contohnya, adalah mungkin untuk menyiapkan 2 partikel dalam satu kondisi kuantum seperti ketika yang satu diteliti adalah "spin up" maka yang satunya adalah "spin down" dan begitu pula seterusnya.

Eksperimen mengenai fenomena keterikatan kuantum ini didemonstrasikan dengan menggunaka foton,[3] neutrino, elektron,[4][5] molekul sebesar bukminsterfulerena,[6] hingga menggunakan berlian kecil.[7] Saat ini sejumlah ilmuwan meneliti pemanfaatan keterikatan kuantum untuk bidang komunikasi, komputasi, dan radar kuantum.

Peraih Nobel dalam Fisika baru-baru ini diberikan kepada Alain Aspect, John F. Clauser dan Anton Zeilinger atas penelitian mereka tentang foton terikat dan merintis ilmu informasi kuantum, yang kemudian akan digunakan untuk mengembangkan teknologi informasi kuantum.[8]

Referensi

  1. ^ Overbye, Dennis (2022-10-10). "Black Holes May Hide a Mind-Bending Secret About Our Universe". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2022-11-27. 
  2. ^ Starr, Michelle (2022-11-15). "Scientists Simulated a Black Hole in The Lab, And Then It Started to Glow". ScienceAlert (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-27. 
  3. ^ Kocher, Carl Alvin (1967-05-01). "Polarization Correlation of Phoons Emitted in An Atomic Cascade". Universitas California (dalam bahasa Inggris). 
  4. ^ Hensen, B.; Bernien, H.; Dréau, A. E.; Reiserer, A.; Kalb, N.; Blok, M. S.; Ruitenberg, J.; Vermeulen, R. F. L.; Schouten, R. N. (2015-10). "Loophole-free Bell inequality violation using electron spins separated by 1.3 kilometres". Nature (dalam bahasa Inggris). 526 (7575): 682–686. doi:10.1038/nature15759. ISSN 1476-4687. 
  5. ^ Markoff, John (2015-10-21). "Sorry, Einstein. Quantum Study Suggests 'Spooky Action' Is Real". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2022-11-27. 
  6. ^ Arndt, Markus; Nairz, Olaf; Vos-Andreae, Julian; Keller, Claudia; van der Zouw, Gerbrand; Zeilinger, Anton (1999-10). "Wave–particle duality of C60 molecules". Nature (dalam bahasa Inggris). 401 (6754): 680–682. doi:10.1038/44348. ISSN 1476-4687. 
  7. ^ Lee, K. C.; Sprague, M. R.; Sussman, B. J.; Nunn, J.; Langford, N. K.; Jin, X.-M.; Champion, T.; Michelberger, P.; Reim, K. F. (2011-12-02). "Entangling Macroscopic Diamonds at Room Temperature". Science (dalam bahasa Inggris). 334 (6060): 1253–1256. doi:10.1126/science.1211914. ISSN 0036-8075. 
  8. ^ "The Nobel Prize in Physics 2022". NobelPrize.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-11-27. 

Bacaan lanjutan

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya