Komite Nama IslandiaKomite Nama Islandia[1] (bahasa Islandia: Mannanafnanefnd;[2] diucapkan [ˈmanːaˌnapnaˌnɛmt])—bisa juga diterjemahkan menjadi Komite Nama Pribadi[3]—adalah badan pengelola daftar resmi nama lahir Islandia yang disetujui pemerintah dan memperkenalkan nama-nama lahir baru ke dalam budaya Islandia. Struktur dan misiKomite Nama Islandia didirikan tahun 1991[2] untuk menentukan apakah nama lahir baru yang sebelumnya tidak pernah dipakai di Islandia cocok untuk diintegrasikan ke bahasa dan budaya Islandia. Komite ini terdiri dari tiga pejabat yang ditunjuk Menteri Kehakiman dengan masa jabatan empat tahun—satu dicalonkan Komite Bahasa Islandia, satu oleh Fakultas Filsafat Universitas Islandia, dan satu lagi oleh Fakultas Hukum universitas tersebut.[3] Nama yang belum masuk daftar resmi nama yang disetujui harus diajukan ke komite nama sebelum disetujui. Nama baru yang diajukan akan dipertimbangkan tingkat kesesuaiannya dengan tradisi Islandia[4] serta kemungkinannya untuk mempermalukan si pemilik nama.[5] Sesuai Pasal 5 Undang-Undang Nama Pribadi Islandia,[3] nama orang harus sesuai dengan tata bahasa Islandia (semua kata benda, termasuk kata benda khusus, memiliki gender tata bahasa dan berubah bentuk sesuai aturan sistem kasus bahasa Islandia). Nama orang juga hanya diperbolehkan menggunakan huruf yang ada dalam alfabet Islandia. Untuk pengecualian khusus, gender tata bahasa namanya harus sama dengan jenis kelamin pemilik nama.[6] Pada akhir 2012, Daftar Nama Pribadi Islandia mencakup 1.712 nama laki-laki dan 1.853 nama perempuan.[7] Kontroversi Blær Bjarkardóttir RúnarsdóttirKomite Nama tidak mengizinkan nama lahir Blær Bjarkardóttir Rúnarsdóttir (lahir tahun 1997[8]) masuk daftar karena kata benda maskulin Blær (berarti "angin sepoi") hanya boleh dipakai oleh laki-laki. Blær—ditulis Stúlka dalam catatan resmi[8] (berarti "perempuan")—dan ibunya, Björk Eiðsdóttir, melawan keputusan komite ini di pengadilan. Mereka berpendapat bahwa Blær dipakai sebagai nama tokoh perempuan dalam novel karya Halldór Laxness, penulis Islandia pemenang Hadiah Nobel.[9][10] Pada tanggal 31 Januari 2013, pengadilan distrik Reykjavík memenangkan keluarga ini dan membatalkan keputusan komite nama. Pengadilan menemukan bahwa Blær adalah nama laki-laki sekaligus perempuan dan menyebut Blær memiliki hak konstitusional untuk memiliki namanya sendiri. Pengadilan juga menolak klaim pemerintah bahwa mereka perlu menolak permintaan Blær demi melindungi bahasa Islandia.[11] Pasca keputusan tersebut, menteri dalam negeri Islandia membenarkan bahwa pemerintah akan menerima keputusan pengadilan dan tidak akan banding ke Mahkamah Agung.[12][13] Ketua komite nama, sekaligus juru bicara Kementerian Dalam Negeri, mengatakan bahwa keputusan pengadilan dalam kasus Blær dapat memaksa pemerintah untuk meninjau kembali hukum nama pribadi yang masih berlaku di Islandia.[1] Referensi
Pranala luar
|