Share to:

 

Komunitas Salihara

Komunitas Salihara adalah sebuah kantong seni-budaya Indonesia yang berdiri sejak 8 Agustus 2008. Komunitas ini merupakan pusat kesenian multidisiplin milik swasta pertama di Indonesia[1] yang didirikan oleh Goenawan Mohamad, sastrawan dan mantan pemimpin redaksi Majalah Tempo.[2][3] Dalam menjalankan program-programnya, Komunitas ini dibantu oleh berbagai lembaga, terutama lembaga-lembaga swasta ataupun perorangan, selain bekerja sama dengan sejumlah lembaga asing, seperti pusat kebudayaan asing yang ada di Jakarta dalam rangka mendatangkan sejumlah kelompok ke Indonesia.[4] Semua kegiatan berpusat di gedung yang terletak di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai acara seni dan pemikiran di kalangan sosial; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia pula.

Sejarah

Komunitas Salihara[5][6] berdiri pada 8 Agustus 2008, keberadaannya telah dimulai sejak 1994. Sekitar satu tahun setelah majalah Tempo diberedel oleh pemerintah Orde Baru pada 1994, sebagian pengasuh majalah tersebut, bersama sejumlah wartawan, sastrawan, intelektual, dan seniman mendirikan Komunitas Utan Kayu. Berbentuk sebuah kantong budaya di Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta Timur, Komunitas Utan Kayu terdiri atas Institut Studi Arus Informasi (ISAI), Galeri Lontar, Teater Utan Kayu (TUK), Kantor Berita Radio 68H, dan Jaringan Islam Liberal[7][8][9][10]. Tiga di antaranya yang bergerak di lapangan kesenian—Galeri Lontar, Teater Utan Kayu, dan Jurnal Kebudayaan Kalam (jurnal ini terbit sejak awal 1994, dengan dukungan penuh majalah Tempo)—secara terus-menerus berupaya menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual, baik melalui pertunjukan kesenian, pameran seni rupa, ceramah dan diskusi tentang beragam topik, maupun lewat tulisan yang diterbitkan Kalam.

Galeri Lontar memamerkan karya para seniman dalam dan luar negeri berupa gambar, lukisan, karya grafis, foto, patung, atau instalasi—terutama berdasarkan kualitas dan semangat inovatifnya. Galeri ini telah memperkenalkan para seniman yang kini menempati posisi terdepan dalam khazanah seni rupa Indonesia.

Teater Utan Kayu secara berkala menyelenggarakan pementasan lakon, musik, tari, pemutaran film, serta ceramah dan diskusi tentang kebudayaan, seni, dan filsafat. Teater ini memberi ruang seluas-luasnya bagi seniman dari khazanah tradisi maupun seniman mutakhir yang ingin bereksperimen dan menawarkan kebaruan.

Komunitas Utan Kayu pun sudah biasa mengelola kegiatan berskala internasional, di antaranya Jakarta International Puppetry Festival (2006), Slingshort Film Festival (2006), dan International Literary Biennale yang berlangsung tiap dua tahun sejak 2001.

Setelah berusia sekitar satu dekade, sayap kesenian Komunitas Utan Kayu bertekad meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dicapai. Demi menampung perluasan aktivitas itu, para pendiri dan pengelolanya lantas mengambil prakarsa membangun kompleks Komunitas Salihara.

Latar belakang

Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual sebagai upaya menghadapi kondisi Indonesia yang meskipun sudah menjalankan demokrasi elektoral dalam dua dasawarsa terakhir, namun kebebasan berpikir dan berekspresi masih sering terancam dari atas (dari aparat Negara) maupun dari samping (dari sektor masyarakat sendiri, khususnya sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama dan suku).

Dalam pemrograman, Komunitas Salihara memprioritaskan kesenian-kesenian baru. Kebaruan ini bukan hanya menandakan masyarakat pendukung kesenian yang dinamis, tetapi juga sikap kreatif terhadap berbagai warisan kesenian Indonesia dan dunia. Komunitas Salihara mengajak penonton untuk mendukung kebaruan ini. Namun diperlukan proses yang agak panjang untuk mencapai situasi ideal ini. Karena itu, Komunitas Salihara masih menampilkan kesenian yang bersifat “biasa”, yang dianggap dapat menjadi jembatan bagi penonton umum untuk menuju kesenian baru yang termaksud.

Dewan Kurator

Semua kegiatan di Komunitas Salihara mengacu pada program jangka panjang yang telah disusun sebelumnya. Adapun setiap konten kegiatan, mulai pertunjukan, pameran, dan kajian seni-budaya sudah melalui seleksi ketat oleh Dewan Kurator. Berikut adalah para kurator yang bekerja untuk Komunitas Salihara:[11]

Jenis kegiatan

Festival Salihara

Sejak 2008, setiap dua tahun, Komunitas Salihara menyelenggarakan Festival Salihara. Festival ini merupakan perhelatan berkelas internasional, dengan menampilkan puncak-puncak seni pertunjukan yaitu karya-karya pentas dalam keseluruhan dan kombinasinya satu sama lain merupakan pilihan ideal dewan kurator Salihara.Termasuk di dalamnya adalah kreasi seniman Indonesia yang dianggap layak-sejajar dengan karya kelas dunia, serta sejumlah pentas perdana (premiere) karya seniman internasional papan atas. Festival Salihara adalah sebuah bunga rampai dari karya-karya tari, teater dan musik dari aneka jenis dan aneka latar belakang yang dipersembahkan bagi Indonesia. Tujuannya agar negeri ini hadir secara bermartabat di dunia internasional. Secara khusus Festival Salihara juga merupakan persembahan bagi kota Jakarta tempat kita tinggal; sajian rangkaian seni pertunjukan terbaik ini diharapkan dapat memeriahkan Jakarta yang penuh dengan konflik politik ekonomi, kemacetan lalu lintas, serta hiburan industri televisi dan mal.

Bienal Sastra Salihara

Diadakan pertama kali pada 2001, festival sastra internasional dua tahunan ini mempertunjukkan perkembangan sastra kontemporer Indonesia dan dunia, selain juga kekayaan karya-karya klasik dan tradisional. Dengan festival internasional ini mencoba menampilkan sastrawan dan karya sastra terbaik yang dianggap dapat memberikan sumbangan penting bagi perkembangan sastra Indonesia masa akan datang. Kegiatannya meliputi:

  • Pentas baca sastra
  • Diskusi buku
  • Lokakarya penulisan dan baca sastra
  • Kunjungan ke sekolah/kampus demi perluasan wawasan sastra di kalangan pelajar/mahasiswa.

Forum Teater Salihara

Merupakan rangkaian acara pertunjukan teater realisme, Forum Teater Salihara adalah suatu ikhtiar dalam mendorong potensi keaktoran yang terjadi di panggung teater Indonesia. Dengan motto “kembali pada kekuatan akting”, program ini mencoba merangsang kembali seni bercerita dan seni peran di Indonesia yang saat ini cenderung semakin terabaikan akibat kelangkaan seni peran dan meningkatnya tren genre teater-tubuh. Pertunjukan teater realis dapat menawarkan refleksi dan proyeksi kehidupan sehari-hari; penonton diajak untuk melakukan rekonstruksi perilaku dan peristiwa, yang dapat mengasah penghayatan dan empati sosial. Dalam hal ini, seni akting/seni bercerita menjadi penting, terlebih lagi karena mayoritas penonton Indonesia masa kini baru terbiasa dengan cerita dalam bentuk film, dan belum memberikan fokus pada penokohan yang hidup di atas panggung.

Salihara Jazz Buzz

Salihara Jazz Buzz merupakan rangkaian konser musik jazz dengan menghadirkan komposisi-komposisi terbaru yang eksploratif, cerdas, penuh inovasi, dan segar, yang tidak ditemui di panggung jazz pada umumnya. Untuk forum ini, para komponis-musisi jazz terkemuka menghadirkan formasi dan himpunan karya terbaru.

Salihara Jazz Buzz bertujuan untuk menawarkan pada khalayak suatu standar mutu dalam khazanah musik jazz. Dengan menonton rangkaian konser jazz yang terjaga mutunya, masyarakat akan memperluas apresiasi sekaligus turut mendorong perkembangan khazanah jazz di tanah air.

Seri Kuliah Umum Salihara

Seri Kuliah Umum Salihara adalah rangkaian ceramah tentang tema-tema menarik dengan cara yang jauh dari kesan kaku dan formal, mulai dari filsafat, erotika, agama, hingga sastra. Kerap dirancang dalam empat pekan berturut-turut, dalam setiap serinya Kuliah Umum menampilkan tema-tema khusus yang berbeda satu sama lain tetapi saling berkaitan dan merupakan turunan dari tema besar yang mengikatnya. Ceramah berlangsung di Teater Salihara dengan penceramah yang berasal dari kalangan akademisi dan kaum intelektual yang kami anggap mumpuni dengan retorika yang baik dan komunikatif.

Seri Kuliah Umum mencoba ikut menumbuhkan kegiatan transformasi pengetahuan yang selama ini sudah dijalankan oleh lembaga pendidikan, tetapi dirasakan masih kurang tersebar dan terikat pada syarat akademis tertentu. Dalam Seri Kuliah Umum khalayak mana pun yang haus pengetahuan bisa menjadi pesertanya. Makalah dari masing-masing penceramah bisa didapatkan sebagai bahan rujukan selama mengikuti Kuliah Umum.

Kompetisi Karya Trimatra

Kompetisi karya trimatra Salihara merupakan ajang kompetisi yang diperuntukkan bagi karya seni tiga dimensi. Kompetisi karya trimatra pertama kali diselenggarakan pada tahun 2013, kemudian penyelenggaraan yang kedua kalinya pada tahun 2016. Pada tahun 2013, kompetisi karya trimatra tidak membatasi tematik karya yang diikutsertakan, yang kemudian melahirkan tiga orang pemenang yaitu Faisal Habibi, Octora Chan, dan Budi Adi Nugroho, serta 50 finalis. Sedangkan pada tahun 2016, kompetisi karya trimatra mengangkat tema 'Lingkungan Hidup' untuk direspon oleh para peserta.

Lihat Pula

Referensi

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya