Konferensi Holokaus dan Genosida Internasional Artikel ini telah dinilai sebagai artikel pilihan pada 27 Juli 2023 (Pembicaraan artikel)
Konferensi Holokaus dan Genosida Internasional adalah konferensi besar pertama dalam bidang kajian genosida yang diadakan di Tel Aviv, Israel dari tanggal 20 hingga 24 Juni 1982. Konferensi ini diselenggarakan oleh Israel Charny, Elie Wiesel, dan Shamai Davidson melalui Institut Holokaus dan Genosida yang mereka dirikan pada tahun 1979. Tujuan konferensi ini adalah untuk memajukan pemahaman dan pencegahan semua bentuk genosida sekaligus menandai pergeseran cara pandang akan genosida sebagai fenomena irasional menjadi sesuatu yang dapat dipelajari dan dipahami. Pemerintah Turki berusaha untuk membatalkan konferensi ini karena konferensi ini menyertakan presentasi mengenai genosida Armenia, yang disangkal oleh Turki. Turki mengancam akan menutup perbatasannya bagi orang Yahudi Suriah dan Iran yang melarikan diri dari persekusi sehingga membahayakan nyawa orang-orang Yahudi tersebut. Ancaman-ancaman ini membuat Kementerian Luar Negeri Israel (Kemenlu Israel) berupaya membatalkan konferensi dan membujuk para peserta agar mereka tidak hadir. Memorial resmi Holokaus Israel, Yad Vashem, dan banyak peserta terkemuka, termasuk Elie Wiesel, menarik kembali keikutsertaannya dari konferensi ini. Penyelenggara menolak menghapus presentasi Genosida Armenia dari materi konferensi dan tetap mengadakan konferensi. Pemerintah Turki dan Israel mendapat kritikan karena melanggar kebebasan akademik. PersiapanInstitut Holokaus dan Genosida didirikan pada tahun 1979 oleh psikolog Israel Charny, psikiatris Shamai Davidson, dan penyintas Holokaus sekaligus cendekiawan Elie Wiesel, untuk mengkaji genosida terhadap segala bangsa. Institut tersebut mengadakan konferensi yang dijadwalkan akan diadakan pada Juni 1982 dan menjadi pertemuan internasional besar pertama yang ditujukan untuk melakukan kajian genosida.[1][2][3] Sejarawan Yocheved Howard mengetuai komite seleksi.[4] Dari lebih dari seratus ceramah yang direncanakan,[a] enam di antaranya dikhususkan untuk membahas genosida Armenia,[2][5][6] pemusnahan sistematis terhadap sekitar satu juta orang Armenia Utsmaniyah selama Perang Dunia I.[7] Sejak pembentukan Republik Turki, seluruh pemerintahan Turki menyangkal adanya kejahatan genosida terhadap orang-orang Armenia,[7][8] dan upaya untuk memengaruhi negara lain agar mendukung penyangkalan tersebut telah ada sejak 1920-an.[9][10] Sosiolog Levon Chorbajian menulis bahwa Turki memiliki "modus operandi yang tetap konsisten sepanjang waktu dan mencari posisi maksimal, dengan tidak menawarkan kompromi meskipun terkadang mengisyaratkan hal itu, dan menggunakan intimidasi serta ancaman" untuk mencegah segala bentuk pembahasan apa pun tentang genosida Armenia.[11] Pada 1982, Turki merupakan salah satu dari sedikit negara mayoritas Muslim yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.[12] Israel tidak pernah mengakui genosida Armenia demi menjaga hubungannya dengan Turki.[13] Konferensi tersebut juga menjadi acara pertama yang memperdebatkan genosida Armenia di wilayah publik di Israel.[6][14] Konferensi tersebut disponsori oleh memorial resmi Holokaus Israel, Yad Vashem yang dijadwalkan akan dimulai dengan upacara penyalaan obor di Yad Vashem. Wiesel akan menjadi pembicara utama. Pembicara lainnya meliputi Yitzhak Arad, Direktur Yad Vashem, dan Gideon Hausner, jaksa dalam pengadilan Eichmann.[2][5][6] Separuh dari akademisi yang diundang berasal dari Israel dan sisanya berasal dari negara lain.[15] Beberapa pekan sebelum konferensi tersebut dimulai, Israel menginvasi Lebanon. Para penyelenggara konferensi mengeluarkan pernyataan menentang perang tersebut.[16] Konferensi tersebut diadakan di Hilton Tel Aviv.[17][18] Sejarawan A. Dirk Moses menyatakan bahwa konferensi tersebut "adalah acara berisiko tinggi yang membutuhkan klaim-klaim yang dilebih-lebihkan mengenai pentingnya bidang yang baru lahir ini demi model bisnisnya", contohnya: "Konferensi ini adalah sebuah KEHARUSAN bagi seluruh umat manusia dan khususnya bagi mereka yang pernah mengalami upaya genosida."[19] Para penyelenggara berupaya untuk memastikan kehadiran akademisi terkemuka seperti Irving Horowitz dan Robert Jay Lifton agar dapat menarik pendaftar berbayar yang dibutuhkan untuk mengakomodir biaya konferensi tersebut. Namun, kemudian keduanya mundur karena Charny tidak dapat menjamin bahwa biaya perjalanan dan akomodasi mereka akan ditanggung penyelenggara.[19] Upaya pembatalanMenurut sejarawan Israel Yair Auron, pihak berwenang Turki mungkin mengetahui konferensi tersebut dari sebuah artikel di The Jerusalem Post pada 20 April 1982.[1] Sekelompok orang Yahudi Turki mengunjungi Israel dan mengklaim bahwa jika konferensi tersebut tetap diadakan, nyawa orang-orang Yahudi di Turki akan berada dalam bahaya.[20] Kementerian Luar Negeri Turki (Kemenlu Turki)[21] mengutus Jak Veissid, ketua dewan awam Komunitas Yahudi di Turki, pergi ke Israel untuk membatalkan konferensi tersebut. Charny kemudian mengingat kembali bahwa ia pernah disapa oleh Veissid di Tel Aviv, yang berkata kepadanya bahwa perbatasan Turki akan ditutup bagi orang-orang Yahudi Suriah dan Iran yang melarikan diri dari tindakan persekusi jika konferensi tersebut tetap diadakan.[22][23] Di bawah tekanan Turki, Kementerian Luar Negeri Israel (Kemenlu Israel) berupaya untuk membatalkan konferensi tersebut.[1] Juru bicara Kemenlu Turki juga mengakui upaya pembatalan itu dan menyatakan bahwa itu semata-mata "demi kepentingan orang-orang Yahudi".[20][24] Menurut Charny, beberapa bulan sebelum konferensi, ia dan panitia penyelenggaran lain mulai menerima permintaan untuk membatalkan konferensi ini dari Kemenlu Israel.[6] Panitia penyelenggara konferensi menawarkan untuk menghapus makalah-makalah tentang genosida Armenia dari program dan agenda resmi konferensi, tetapi tetap akan membahasnya di konferensi sebenarnya. Namun, penawaran tersebut ditolak oleh para pejabat Israel. Wiesel dan Charny juga sependapat dalam penolakan mereka terhadap usulan untuk tidak mengundang para pemateri konferensi dari Armenia.[25][26][27] Para pejabat Israel menyarankan agar seluruh bagian dari konferensi tersebut yang tidak berkaitan dengan Holokaus dapat dibatalkan. Saran ini juga ditolak oleh para penyelenggara.[28] Avner Arazi, Konsul Israel di Istanbul, menulis dalam sebuah memo internal: "Alasan utama dari upaya ceroboh kami untuk membatalkan konferensi tersebut adalah petunjuk yang kami terima tentang para pengungsi Yahudi dari Iran dan Suriah yang mengungsi ke Turki ... Veissid juga memahami bahwa segala argumen yang ia siapkan untuk menentang konferensi tersebut tidak lebih penting dibanding dengan masalah para pengungsi."[29] Arazi menambahkan bahwa pemerintahan Turki, yang ketika itu dikuasai oleh kediktatoran militer, tidak memahami bahwa Israel, sebuah negara demokrasi liberal, yang menghormati kebebasan berbicara dan tidak dapat begitu saja membatalkan konferensi apa pun yang tidak disukai pemerintah.[29] Pemerintah Turki juga berargumentasi bahwa para peserta Armenia akan meremehkan keunikan Holokaus.[30][31] Namun, aspek tersebut dianggap tidak sebanding dengan masalah nyawa orang-orang Yahudi, yang merupakan prioritas utama Kemenlu Israel.[32] Meskipun Azari berkata bahwa penutupan perbatasan belum pernah terjadi sebelumnya, pakar hubungan internasional Eldad Ben Aharon menyatakan: "Sudah jelas bahwa nyawa Yahudi Iran dan Suriah terancam; Kemenlu Turki tidak ragu untuk memakai situasi sensitif tersebut untuk memberikan tekanan terhadap Israel."[33] Pengunduran diriPada 3 Juni, Yad Vashem dan Universitas Tel Aviv mundur dari konferensi tersebut. Wiesel berkata kepada The New York Times bahwa ia mendapatkan banyak telegram dari Kemenlu Israel terkait ancaman terhadap komunitas Yahudi Turki dan telegram lainnya dengan ancaman yang lebih serius yang tidak ingin ia nyatakan. Ia dengan tegas menolak untuk menyelenggarakan konferensi tersebut tanpa kehadiran orang-orang Armenia. Sebagai gantinya, ia mengusulkan untuk menunda konferensi. Charny menolak untuk mempertimbangkan penundaan sehingga Wiesel merasa perlu untuk mengundurkan diri karena "Satu nyawa lebih penting ketimbang segala hal yang dapat kita katakan tentang kehidupan."[27][34][35] Meskipun Wiesel mengundurkan diri, Charny tetap bertekad "agar konferensi tetap diadakan bahkan jika hanya sepuluh orang yang akan hadir".[36][37] Ia memandang sikap pemerintahan Israel sebagai penyebab "rasa malu yang tiada akhir".[26] Kemenlu Israel mengirim pernyataan Wiesel kepada para peserta, mendesak mereka untuk mengundurkan diri.[34] Sejumlah tokoh berpengaruh mengurungkan niat mereka, di antaranya adalah Arad dan Hausner dari Yad Vashem; Yoram Dinstein, rektor Universitas Tel Aviv, filsuf Emil Fackenheim, sejarawan Yehuda Bauer, dan pengacara Alan Dershowitz. Rabi Marc Tanenbaum, yang dikirimkan oleh American Jewish Committee (AJC), datang ke Tel Aviv tetapi mengurungkan niatnya pada menit terakhir usai AJC melarang kehadirannya, bahkan untuk mewakili dirinya sendiri sebagai individu. Arthur Hertzberg, mantan presiden AJC, yang telah sukarela memberikan pidato penting usai Wiesel mengundurkan diri dari konferensi tersebut, juga mengundurkan diri pada menit terakhir, dengan berkata bahwa ini adalah salah satu keputusan tersulit yang pernah ia buat.[38] Sebagai gantinya, anggota Knesset Ora Namir dengan sukarela memberikan pidato.[39] Menurut Auron, satu-satunya peserta Israel yang kemudian mengaku menyesal karena telah mengundurkan diri adalah Bauer.[40] Frances Gaezer Grossman, seorang psikolog yang membawakan materi tentang "Kajian Psikologi Orang-orang Asing/non-Yahudi Yang Menyelamatkan Nyawa Yahudi Pada Masa Holokaus" di konferensi tersebut,[41] menolak upaya oleh para pejabat konsuler Israel yang membujuknya agar tidak ikut serta. Ia menyatakan, "Adalah sebuah penghinaan terhadap martabatku sebagai seorang manusia dan seorang Yahudi, bahwa setelah terjadinya Holokaus dan berdirinya Negara Israel, seorang Yahudi harus diberitahu bahwa ia tidak boleh datang ke konferensi akademik tertentu atau akan terjadi sebuah pogrom."[42][43][44] Kemenlu Israel memanggil para peserta dalam konferensi tersebut, mendesak mereka untuk tidak hadir.[6][35][45] Kemenlu berkata kepada para peserta bahwa konferensi tersebut akan meremehkan keunikan Holokaus,[45] dan juga mengklaim bahwa acara tersebut dibatalkan, mencegah pemberitahuan apa pun yang menyatakan bahwa acara tersebut tidak ditunda dari dicetak dalam surat-surat kabar.[28] Charny melaporkan bahwa banyak organisasi Yahudi Amerika membatalkan cek yang diberikan untuk mendukung konferensi tersebut.[6] Akibatnya, konferensi tersebut harus berakhir defisit meskipun mendapatkan kontribusi dari komunitas-komunitas Armenia.[46] Dubes Turki untuk Amerika Serikat, Şükrü Elekdağ, menulis sebuah surat kepada The New York Times yang menyangkal bahwa Yahudi Turki telah diancam dalam cara apa pun. Seorang juru bicara untuk Kemenlu Turki berkata kepada The New York Times bahwa Turki "tidak menentang pelaksanaan konferensi di Tel Aviv tersebut, tetapi menentang upaya untuk mengaitkan Holokaus dengan genosida Armenia yang dituduhkan".[24] KonferensiDalam acara konferensi tersebut, Charny menyatakan bahwa:
Konferensi tersebut secara khusus menyatakan bahwa mereka tidak bersikap nilai netral saat membahas genosida. tetapi berdedikasi untuk menentangnya dan bertindak dengan penghormatan yang sesuai terhadap para korban genosida, berseberangan dengan pandangan bahwa ilmu haruslah objektif dan bebas dari nilai.[48] Konferensi tersebut menandai peralihan pandangan genosida sebagai fenomena irasional menjadi suatu peristiwa yang dapat dikaji dan dipahami.[49] Konferensi tersebut diadakan dari 20 sampai 24 Juni di Tel Aviv, sesuai dengan yang direncanakan, dengan sekitar 250 atau 300 dari sekitar 600 peneliti yang diundang,[2][18][25] yang bekerja dalam berbagai keilmuan yang dihadirkan.[50] Terdapat 104 presentasi pada acara konferensi tersebut,[46] yang meliputi pakar genosida Helen Fein, Leo Kuper dan James Mace, linguis Jaroslav Rudnyckyj, profesor sastra John Felstiner, teolog A. Roy Eckardt dan Franklin Littell, filsuf Ronald E. Santoni dan Ronald Aronson, pakar kajian Yahudi Alan L. Berger, pakar hukum internasional Louis René Beres, aktivis HAM Luis Kutner. Politikus Tibet Phuntsog Wangyal dan Uskup Agung Apostolik Armenia Shahe Ajamian memberikan pidato. Presentasi dibagi menjadi "Skenario-skenario Genosida Masa Lampau dan Masa Depan", "Kajian Kasus" (menjelaskan Holodomor, situasi di Tibet usai aneksasi Tiongkok, sistem kamp kerja paksa Gulag Soviet, genosida Romani, dan genosida Kamboja), "Dinamika Genosida", "Seni, Agama, dan Pendidikan", dan "Menuju Intervensi dan Pencegahan".[41] Beberapa presentasi mengusulkan sistem peringatan awal untuk mendeteksi faktor-faktor resiko genosida sebelum peristiwa tersebut terjadi.[51] Konferensi yang berlangsung mengandung contoh perwakilan karya-karya dalam kajian genosida dan pencegahannya yang berpengaruh dalam perkembangan studi bidang tersebut yang dilakukan setelah konferensi.[52] Uskup Agung Ajamian memandu acara makan malam untuk para tamu Armenia di King David Hotel, dengan kehadiran walikota Yerusalem Teddy Kollek dan politikus Israel lainnya. Yeghishe Derderian, Patriark Armenia di Yerusalem, memandu penyambutan untuk seratus pengunjung di Patriarkat Armenia di Yerusalem.[18][39] Lilli Kopecky, sekjen Komite Umum Penyintas Auschwitz dan Kamp Pemusnahan Lain di Israel, menyatakan bahwa "Pihak penyelenggara melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam membuat konferensi ini sukses meskipun menghadapi banyak kesulitan."[53] Menurut sejarawan Armenia-Amerika Richard Hovannisian, konferensi tersebut "dilumpuhkan" namun tetap dilanjutkan "dengan perasaan akan tujuan yang diperbarui".[3] Charny menganggapnya sebagai "konferensi yang menjadi titik tonggak secara intelektual dan spiritual".[54] Auron menulis bahwa konferensi tersebut menjadi titik laju untuk pengakuan genosida Armenia dan kebebasan akademik.[12] Acara tersebut meliputi film-film tentang genosida Armenia karya J. Michael Hagopian dan riset akademik oleh Hovannisian, Marjorie Housepian Dobkin, Vahakn Dadrian, Vahé Oshagan, dan Ronald Suny.[18][36][41] Kontribusi-kontribusi terkait genosida Armenia kemudian dikembangkan menjadi sebuah buku yang disunting oleh Hovannisian, The Armenian Genocide in Perspective (1986).[3] TanggapanKontroversi terkait penyelenggaraan konferensi ini diliput oleh pers internasional.[2] Meski tenggelam dalam pemberitaan tentang perang dengan Lebanon, konferensi tersebut mendapat liputan sekilas dalam surat-surat kabar Israel.[18] Beberapa wartawan Israel mengkritik tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah mereka. Dalam Davar, Nahum Barnea menjelaskan: "Selama bertahun-tahun kita membicarakan tentang konspirasi pembungkaman yang dipertahankan oleh bangsa-bangsa di dunia tentang Holokaus dengan alasan kebijaksanaan atau eksploitasi politik, dan sekarang kita tahu bahwa hal ini juga dapat terjadi pada kita."[45] Dalam Haaretz, Amos Elon mengecam tindakan Yad Vashem dan penolakan Israel untuk mengakui genosida Armenia, dengan berkata, "Apa yang akan dikatakan oleh Hausner dan Arad jika pemerintah Italia (agar tidak menyakiti hati para kreditur-pengklaim Jerman-nya) memutuskan agar Holokaus Yahudi 1940–1945 tidak disebutkan di sebuah konferensi ilmiah internasional tentang genosida di Roma?" Arad menjawab bahwa ia tidak sepakat dengan perbandingan yang dilakukan oleh para penyelenggara mengenai Holokaus dengan genosida lainnya, khususnya dengan genosida Armenia. Elon menyimpulkan, "Para peserta kembali ke negara masing-masing dengan kesan tertentu tentang Yad Vashem, ketokohan moralnya, dan kemandirian politik dan intelektualnya."[55] Auron menyatakan bahwa karena upaya untuk membatalkannya, "Konferensi tersebut menjadi arena untuk memainkan serangkaian dilema moral dan pilihan moral."[12] Wartawan Jerman Barat Heiner Lichtenstein, yang menulis berita mengenai konferensi tersebut, menyatakan bahwa para penyelenggara membuat keputusan yang benar, karena latar belakang sejarahnya, Israel tidak seharusnya mengizinkan pihaknya sendiri dirundung oleh negara-negara dengan catatan HAM yang parah.[56] Sejarawan Donald Bloxham menganggap upaya pembatalan konferensi tersebut sebagai "salah satu peristiwa paling terkenal dari penyangkalan Turki" dan menyatakan bahwa acara tersebut "secara efektif berkontribusi pada kesadaran masyarakat" terhadap genosida.[57] Dalam The Yale Review, Terrence Des Pres menganggap upaya penundaan sebagai salah satu contoh paling menonjol dari "kekuasaan mengatur pengetahuan" dan, dalam kasus ini, "para pahlawan pengetahuan bertahan melawan antek-antek kekuasaan."[36][58] Pakar genosida Roger W. Smith, Eric Markusen, dan Robert Jay Lifton mengutip konferensi tersebut sebagai bagian dari kesediaan Turki untuk melakukan "hal-hal yang luar biasa, yang meliputi ancaman dan menghalangi konferensi-konferensi akademik, mencegah orang-orang Yahudi dari pemahaman mengenai genosida Armenia".[59][60] Hovannisian menyatakan bahwa "orang-orang yang memiliki hati nurani yang baik menang, menolak untuk mengutamakan pertimbangan politik di atas dorongan moral atau kemanusiaan."[61] Charny menyatakan bahwa negara dapat ikut campur dalam kebebasan akademik secara sah sampai batas tertentu ketika kepentingan besar dipertaruhkan, tetapi perilaku pemerintah Israel telah melewati batas ketika mereka berbohong kepada para peserta konferensi, mencegah surat kabar memberitakan bahwa konferensi tersebut tidak dibatalkan, dan mengisyaratkan bahwa mereka akan mendanai pemindahan konferensi tersebut ke lokasi lain tanpa berniat menindaklanjutinya.[62] Charny meyakini bahwa penyelenggaraannya dalam konferensi ini menyebabkan dirinya ditolak menjadi dosen di Universitas Tel Aviv.[63] Pada 21 Juni, Monroe H. Freedman, penasihat hukum United States Holocaust Memorial Council, memberi tahu The New York Times bahwa, setahun sebelumnya, seorang diplomat Turki (Mithat Balkan) berkata kepadanya bahwa jika genosida Armenia dimasukkan dalam United States Holocaust Memorial Museum yang direncanakan, "keamanan fisik Yahudi di Turki akan terancam dan Turki akan menarik diri dari NATO."[20][24][42] Meskipun Balkan menyangkali ancaman semacam itu, campur tangan Turki di museum dan ancaman terhadap Yahudi terdokumentasi dalam sumber-sumber lain.[24][64][65] Diplomat Turki Kamuran Gürün berkata kepada konsulat Israel di Istanbul bahwa ia menganggap campur tangan Israel untuk mencegah konferensi tersebut pertama-tama menguntungkan "orang Yahudi", karena presentasi terhadap genosida Armenia akan meremehkan keunikan Holokaus. Arazi berkata kepada Gürün bahwa alasan intervensi Israel adalah "komitmen kami terhadap hubungan dengan Turki".[30][31] Pada 1983, Army Radio, stasiun radio resmi Pasukan Pertahanan Israel, menyiarkan acara yang menghadirkan Yehuda Bauer mendiskusikan kesamaan antara metode-metode pemusnahan Nazi dan Turki Muda. Diplomat Israel Alon Liel mengutip intervensi Israel dalam konferensi tersebut untuk menenangkan murka Turki terhadap siaran tersebut.[66] Di kemudian hari, Israel juga menerima tuntutan Turki mengenai genosida Armenia,[1] contohnya dengan menghapus pengakuan genosida dari agenda Knesset.[67] Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Bacaan lanjutan
|