Konformitas memoriKonformitas memori atau Memory conformity dapat disebut juga dengan kontaminasi sosial memori (social contagion of memory)[1] adalah fenomena di mana ingatan atau informasi yang dibagikan oleh orang lain dapat mempengaruhi memori seseorang dan menyebabkan perubahan atau penambahan informasi pada memori individu tersebut. Konformitas memori merupakan kesalahan memori yang disebabkan oleh pengaruh sosial serta mekanisme kognitif.[2] Hal ini terjadi karena pengaruh sosial, di mana seseorang menerima informasi dari orang lain dan kemudian mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam memori pribadinya, terkadang tanpa disadari. Kontaminasi sosial memori ini bisa menyebabkan munculnya memori palsu atau perubahan dalam cara seseorang mengingat suatu peristiwa, yang dapat mempengaruhi persepsi atau keputusan individu tersebut. Fenomena ini sering kali terkait dengan kesaksian saksi mata (eyewitness testimony), di mana ingatan seseorang dapat dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh orang lain.[3][4] Penelitian TerkaitPeristiwa populer yang pernah terjadiPada tahun 2003, setelah pembunuhan mantan Menteri Luar Negeri Swedia, Anna Lindh, saksi-saksi diletakkan dalam satu ruangan bersama sehingga mereka tidak bisa meninggalkan tempat kejadian sampai diwawancarai. Saksi-saksi tersebut mulai mendiskusikan kejadian tersebut satu sama lain, meskipun mereka diberitahu untuk tidak melakukannya. Deskripsi yang mereka berikan mengenai pelaku setelah keluar dari ruangan dipengaruhi oleh diskusi tersebut, yang menyebabkan polisi mengumpulkan informasi yang salah selama pencarian pelaku awal. Pelaku, Mijailo Mijailovic, tertangkap kamera dan tidak sesuai dengan deskripsi yang diberikan oleh saksi mata. Kesimpulan yang diambil adalah bahwa pencarian yang salah ini disebabkan oleh diskusi saksi yang mempengaruhi ingatan mereka tentang kejadian tersebut.[5] Contoh lain terjadi setelah pemboman Oklahoma City pada tahun 1995. Tiga karyawan bekerja di tempat penyewaan truk yang digunakan oleh Timothy McVeigh. Dua saksi awalnya mengira McVeigh sendirian, tetapi satu saksi percaya bahwa McVeigh datang bersama seorang rekan. Setelah mereka meninggalkan ruangan dan mendiskusikan kejadian tersebut, dua saksi akhirnya setuju bahwa memang ada orang kedua yang membantu McVeigh.[6] FBI percaya bahwa "teman" tersebut sebenarnya tidak ada. Karyawan yang mengklaim melihat seorang rekan mungkin tidak sengaja mempengaruhi dua karyawan lainnya, menyebabkan mereka membuat klaim serupa.[5] Contoh lainnya terkait dengan Rudolf Hess pada tahun 1941. seorang Kepala Staf Adolf Hitler yang terbang ke Skotlandia untuk menyampaikan proposal perdamaian antara Jerman dan Inggris kepada Duke of Hamilton. Setelah menyarankan proposal perdamaian antara Jerman dan Inggris, Hess terjatuh di Skotlandia dan ditangkap. Dua orang yang sebelumnya pernah bertemu dengan Hess mendengar laporan radio bahwa Hess telah ditangkap, dan ketika mereka diminta untuk mengidentifikasi pria yang ditahan, mereka yakin itu adalah Hess, meskipun banyak orang lain yang bisa mengenali Hess. Laporan radio ini mempengaruhi mereka dalam mengidentifikasi orang tersebut.[7][8] Studi laboratoriumPenelitian laboratorium juga menunjukkan bahwa konformitas memori dapat terjadi baik secara sosial maupun non-sosial.[2] Dalam sebuah studi, peserta yang diberikan informasi palsu selama diskusi pasca-kejadian menunjukkan penurunan akurasi memori, sementara informasi yang akurat meningkatkan keakuratan ingatan mereka. Bahkan ketika ingatan awal peserta sangat akurat, diskusi dengan orang lain yang memiliki ingatan sedikit berbeda dapat menyebabkan penurunan akurasi.[9] Studi laboratorium tentang konformitas memori sering menggunakan foto atau video yang menggambarkan tempat kejadian perkara. Peserta diyakini melihat adegan yang sama, namun kenyataannya mereka melihat adegan yang sedikit berbeda atau diberi informasi yang salah untuk mendistorsi kebenaran informasi. Setelah itu, peserta diminta untuk mengingat kembali adegan tersebut, dan diskusi dengan orang lain untuk melihat bagaimana interaksi sosial mempengaruhi akurasi memori mereka. Dalam satu studi, 79% pasangan peserta mencapai kesimpulan yang disepakati, meskipun 98% peserta awalnya mengingat adegan dengan akurat.[9][10][11] Mekanisme DasarTiga faktor yang dapat memengaruhi konformitas memori dan kesalahan kontaminasi sosial adalah pengaruh normatif, pengaruh informasi, dan kesalahan pemantauan sumber.[6] Pengaruh normatif dan informasi adalah dua pengaruh sosial yang dapat menyebabkan konformitas memori.[12] Pengaruh Sosial Pengaruh normatif, yang pertama kali diusulkan dalam eksperimen konformitas Asch pada 1955, menyatakan bahwa dalam situasi sosial, orang cenderung membuat pernyataan yang tidak mereka yakini untuk mengikuti norma sosial dan mendapatkan penerimaan sosial.[13][14] Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berinteraksi sosial setelah suatu kejadian lebih cenderung mengubah pemikiran mereka tentang kejadian tersebut, berbeda dengan apa yang mereka saksikan. Dalam salah satu eksperimen, 60% peserta melaporkan temuan yang sebenarnya tidak mungkin mereka saksikan.[11] Pengaruh informasi menggambarkan jenis konformitas di mana orang cenderung melaporkan apa yang telah dikatakan orang lain sebelumnya karena mereka bergantung pada orang tersebut untuk mengatasi ketidakpastian. Orang lebih cenderung untuk mengikuti jika mereka percaya sumber informasi memiliki lebih banyak waktu untuk mempelajari materi, memiliki ketajaman visual yang lebih baik, atau menunjukkan kepercayaan diri tinggi dalam penilaiannya.[15] Sebuah penelitian menunjukkan bahwa individu dengan kekuasaan lebih tinggi lebih cenderung memengaruhi orang dengan kekuasaan rendah.[16] Pemantauan Sumber Pemantauan sumber adalah upaya sadar untuk menentukan dari mana suatu ingatan atau informasi berasal. Pemantauan sumber berhubungan dengan bagian frontal otak yang terkait dengan penilaian dan pengambilan keputusan. Kesalahan pemantauan sumber dapat menyebabkan atribusi internal yang salah terhadap suatu ingatan, yang menganggap ingatan berasal dari pengalaman langsung, padahal sebenarnya informasi tersebut berasal dari sumber eksternal.[17][18] Kesalahan pemantauan sumber dapat terjadi ketika informasi atau ingatan tentang suatu kejadian memiliki kesamaan dengan kejadian lain, sehingga informasi tersebut salah disimpan atau bingung dengan kejadian lain.[19][20] Interaksi sosial dapat meningkatkan kesalahan pemantauan sumber, dengan studi menunjukkan bahwa peserta mengaitkan ingatannya dengan sumber yang salah sekitar 50% dari waktu.[21] Contoh kejadian nyata menunjukkan kesalahan dalam pemantauan sumber, terutama terkait dengan kasus kriminal atau peristiwa terorisme. Dalam sebuah studi mengenai kecelakaan pesawat Israel di Amsterdam, banyak orang yang salah melaporkan sumber informasi mereka. Sebagian besar mengklaim melihatnya di televisi, padahal kejadian tersebut tidak difilmkan. Hal ini kemungkinan terjadi karena melalui deskripsi dan cerita tentang kejadian itu, otak menciptakan gambaran visual, membuat orang mengira mereka telah melihatnya di televisi.[22] Referensi
|