Kunjungan angkatan laut Kronstadt–Toulon
Kunjungan angkatan laut Kronstadt–Toulon adalah kunjungan diplomatik timbal-balik yang dilaksanakan oleh angkatan laut Prancis dan Rusia menjelang Persekutuan Prancis-Rusia (1894-1917). Kunjungan tersebut berfungsi sebagai kedok untuk bertukar surat antara kantor luar negeri negara tersebut yang membuat perjanjian defensif utama. Angkatan Laut Prancis mengunjungi Kronstadt di Teluk Finlandia pada tanggal 23 Juli 1891 dan Angkatan Laut Rusia mengunjungi Toulon pada tanggal 13 Oktober 1893. Kedua kunjungan tersebut diterima oleh banyak orang, mendapat sambutan dari para pejabat tinggi dan nyanyian lagu kebangsaan kedua negara. Selama kunjungan Toulon, Rusia berusaha untuk mengamankan pangkalan angkatan laut di pantai Mediterania Prancis, tetapi tidak berhasil. Semenjak Inggris bergabung, Persekutuan Prancis-Rusia kemudian berkembang menjadi Entente Tiga yang menjadi lawan Austria dan Jerman selama Perang Dunia I. Latar BelakangPada tahun 1882, Jerman membuat Aliansi Tiga bersama dengan Austria dan Italia yang membentuk blok kuat dalam kekuatan militer di Eropa Tengah.[1] Pada tahun 1890, Jerman tidak memperbarui Perjanjian Reansuransi dengan Rusia. Perjanjian ini menjamin netralitas dari kedua kekuatan dalam beberapa kasus perang di Eropa.[2] Berakhirnya perjanjian tersebut membuat Rusia khawatir tentang invasi dari Austria pada saat Prancis yang secara diplomatik terisolasi di Eropa sejak kekalahan Prancis dalam Perang Prancis-Prusia khawatir munculnya perang lain dengan Jerman.[2][3] Jerman berasumsi bahwa Rusia Tsar terlalu berbeda secara ideologis dari Republik Prancis untuk aliansi resmi apapun yang disetujui. Namun, kedua negara tersebut berbagi perhatian atas Aliansi Tiga yang menyebabkan hubungan keduanya semakin ramah.[2] Rusia saat ini, bergantung pada investasi Prancis sejak Bismarck melarang warga negara Jerman memberikan pinjaman ke Rusia pada tahun 1887. Rusia kurang mendukung perjanjian pertahanan formal daripada Prancis, tetapi ingin menjamin perdamaian selama beberapa tahun untuk memungkinkannya mempersiapkan perang. Oleh karena itu, kedua pihak berencana untuk mengadakan serangkaian perjanjian rahasia. Tertulis pada tahun 1893, menteri luar negeri Rusia Nikolay Girs mengatakan bahwa tindakan "Bismarck membawa kita ke pelukan Prancis".[1] Kunjungan KronstadtSatu skuadron Angkatan Laut Prancis mengunjungi pelabuhan Rusia Kronstadt di Teluk Finlandia pada tanggal 23 Juli 1891.[4] Skuadron tersebut tetap berada di pelabuhan selama sepuluh hari karena mendapat sambutan antusias dari penduduk Rusia.[5][6] Lagu kebangsaan Prancis, La Marseillaise—yang sebelumnya dilarang di Rusia sebagai lagu kebangsaan Republikan—dinyanyikan oleh panduan suara Dmitri Slaviansky D'Agreneff.[4] Kaisar Rusia Aleksandr III, meskipun dikenal tidak antusias tentang hubungan yang lebih dekat dengan Prancis tetap memberi perhatian selama lagu kebangsaan dinyanyikan.[7] Banyak orang penting yang melakukan perjalanan untuk mengunjungi pelabuhan dari ibukota nasional, Sankt-Peterburg yang berjarak sejauh 31 km dan banyak orang di dermaga yang bersorak "Vive la France".[4] Pada tanggal 2 Agustus, para petugas Prancis dijamu saat makan di ibukota. Sekitar 600 tamu hadir serta berbagai pertunjukan termasuk nyanyian lagu kebangsaan kedua negara dan pertunjukan babak kedua berupa opera dalam bahasa Prancis La fille du régiment.[4] Selama kunjungan, sebuah kesepakatan telah tercapai melalui pertukaran surat dari para menteri luar negeri negara tersebut bahwa jika perang telah mengancam Eropa, maka kedua negara akan menyepakati tanggapan bersama.[6] Terdapat juga suatu kesepakatan bahwa jika terdapat kekuatan Tiga Aliansi yang dimobilisasi, maka Prancis dan Rusia akan menanggapi dengan baik.[8] Perjanjian tersebut dirahasiakan, tetapi kunjungan angkatan laut menjadi sebagai indikasi publik tentang hubungan yang lebih erat antara kedua negara tersebut dan dipandang sebagai sebuah petunjuk bahwa aliansi resmi telah terbentuk.[8][9][10] Perjanjian tahun 1881 diikuti dengan aturan yang lebih rinci termasuk pakta pertahanan bersama tahun 1892 bahwa kedua negara akan saling membela jika salah satu negara diserang oleh Jerman.[7] Setelah perjanjian, Prancis memberikan pinjaman besar ke Rusia dan meningkatkan investasi dalam kampanye pengembangan industrinya.[11] Perdana menteri Inggris, Lord Salisbury menanggapi kunjungan Kronstadt dengan mengundang skuadron Prancis untuk berkunjung di Portsmouth dalam perjalanan pulang untuk menunjukkan bahwa "Inggris tidak memiliki sikap antipati terhadap Prancis".[12] Kunjungan ToulonPada tanggal 13 Oktober 1893, Angkatan Laut Rusia membalas kunjungan Kronstadt dengan satu skuadron di bawah Laksamana Muda Theodor Avellan ke pangkalan angkatan laut Prancis di Toulon.[5][13] Kapal perang Rusia Imperator Nikolai I dari Baltik bergabung dengan kapal penjelajah Pamiat Azova dari Cadiz dan dua kapal penjelajah Admiral Nakhimov dan Rynda yang melakukan perjalanan dari Amerika Serikat. Kapal meriam Terets kemudian bergabung dengan skuadron di pelabuhan, dari Mediterania.[13] Presentase skuadron yang dikirim menunjukkan pentingnya kunjungan tersebut yang berfungsi untuk memperkuat pakta pertahanan yang ditandatangani oleh kedua negara tersebut.[5][13] Di Prancis, kunjungan tesebut dipandang lebih serius daripada di Kronstadt dan dianggap secara resmi mengakhiri periode isolasi diplomatik Prancis.[14] Tanggapan rakyat Prancis sangat antusias, dengan perkiraan 300.000 orang melakukan perjalanan ke kota Toulon untuk menyambut skuadron serta sekitar 165.000 tiket kereta api telah terjual.[7][15] Masyarakat mulai membanjiri kota Toulon yang hanya memiliki 70.000 penduduk dan menimbulkan kekurangan makanan dan air. Ribuan orang terpaksa tidur di tempat terbuka, di kapal atau di gerbong. Keadaan saluran air limbah kota yang tidak memadai membuat seorang penulis dalam jurnal medis Inggris The Lancet mengangkat kekhawatiran tentang kemungkinan adanya epidemi.[15] Kerumunan besar berbaris di pelabuhan yang sebagian dinamai "Dermaga Kronstadt" dan menyanyikan lagu kebangsaan Rusia.[9] Berbagai sambutan diberikan oleh laksamana, menteri dan diplomat, piring peringatan diproduksi, lagu-lagu perayaan dipertunjukkan, dan puisi dibacakan oleh anak-anak sekolah.[16] Avellan mendapat hadiah berupa perhiasan termasuk 2.300 gelang yang bertuliskan "Cronstadt et Toulon" dan tanggal dari dua kunjungan tersebut sebagai hadiah untuk istri dan anak perempuan para perwira.[17] Para perwira Avellan kemudian melakukan tur keliling Prancis dan mengunjungi Paris.[17] Rusia ingin meningkatkan pengaruhnya di Mediterania dan selama kunjungan tersebut mengadakan diskusi dengan pemerintah Prancis mengenai penyewaan pangkalan angkatan laut di pantai Mediterania. Meskipun terdapat rasa antusias, bahkan terdapat usul mengenai kedua negara dapat mengelola Armada Mediterania bersama, tidak ada kesepakatan yang tercapai.[8][18] Setelah kunjungan Toulon, Avellan membawa skuadronnya ke Mediterania Timur dalam upaya untuk menekan Yunani dan Turki agar memberikan Rusia tempat pangkalan angkatan laut di wilayah mereka. Kapal-kapal Avellan berlabuh di Piraeus selama tiga bulan untuk mengamankan stasiun batu bara di pulau Poros yang merupakan tanah milik pemerintahan Rusia. Tekanan dari diplomatik Inggris mencegah hal tersebut terjadi dan angkatan laut Rusia mulai terganggu dengan pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada tahun 1894 dan mulai mengalihkan perhatiannya ke Laut Pasifik dan Arktik.[18] Inggris menanggapi kunjungan Toulon dengan mengirimkan satu skuadron untuk mengunjungi pangkalan angkatan laut Italia di La Spezia untuk menjaga hubungan persahabatan dengan Italia serta melawan kemungkinan ancaman dari Prancis-Rusia di Mediterania.[19] Leo Tolstoy mengkritik kunjungan angkatan laut tersebut dalam esainya yang berjudul Kekristenan dan Patriotisme (1984).[20] Ia menganggap demonstrasi patriotisme dan persahabatan terlalu dibuat-buat dan menganggap sentimen yang ditunjukkan selama sambutan sangat tidak masuk akal.[16][20] DampakPada tahun setelah kunjungan Toulon, Prancis dan Rusia merundingkan ketentuan-ketentuan dari Aliansi Prancis-Rusia.[2] Aliansi tersebut menandai perubahan signifikan dalam keseimbangan kekuatan di Eropa dengan blok Prancis-Rusia berdiri sebagai lawan dari dominasi Aliansi Tiga.[17] Prancis yang ingin menjaga kerahasiaan aliansi memilih untuk tidak membahasnya di parlemen yang terbukti dengan pertukaran surat pada tahun 1894.[2] Italia mempelajari tentang aliansi tersebut dan mempertimbangkan komitmen mereka terhadap Aliansi Tiga. Hal ini mengkhawatirkan Austria khawatir yang takut berperang di dua front yaitu, melawan Rusia dan Italia.[21] Ketakutan ini tidak berdasar, karena setelah Perjanjian London tahun 1915, Italia menyatakan perang terhadap Austria dengan harapan mendapatkan wilayah di Pegunungan Alpen dan di Pantai Adriatik.[22] Aliansi Perancis-Rusia diperbarui dan diperkuat pada tahun 1899 dan 1912.[2] Aliansi ini diperlengkap dengan Anglo-Perancis Entente Cordiale tahun 1904 dan Konvensi Anglo-Rusia tahun 1907 dan berkembang menjadi Entente Tiga yang menjadi lawan Jerman dan Austria selama Perang Dunia Pertama.[23] Referensi
|