Labuhan Tarok, Meukek, Aceh Selatan
Labuhan Tarok merupakan salah satu gampong yang ada di kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, provinsi Aceh, Indonesia.[1] SejarahMenurut data-data yang ada dan cerita dari Alm T. Mahyiddin S, Mantan Camat Meukek yang diriwayatkan dari kakek beliau Alm T. R. Tjut Mantan Zulfbesturder Meukek, Menurut beliau bahwa orang-orang yang mula-mula mendatangi / bertempat tinggal di Gampong Labuhan Tarok adalah serombongan orang-orang dari Aceh Rayeuk yang dipimpin oleh Teuku Banta Lam Ara. Sewaktu mereka mula tiba dengan perahu layar berlabuhlah disebuah teluk yang dimuka teluk tersebut tumbuh sebatang kayu besar yang bernama batang tarok, sehingga oleh pendatang tersebut diberilah nama tempat itu dengan Lhok Tarok, agar mudah untuk diingat yang pada akhirnya berobah menjadi Labuhan Tarok hingga sekarang ini. Sedangkan Gampong Labuhan Tarok saat rombongan T. Banta Lam Ara tiba, sama sekali belum berpenghuni, masih merupakan hutan belantara dengan kata lain rombongan T. Banta Lam Ara inilah penduduk Labuhan Tarok yang pertama. Sesudah beberapa tahun menetap. Banta Lam Ara kemudian pulang kembali ke Aceh Rayeuk.berikutnya datang pula rombongan kedua yang dipimpin oleh Teuku Cadek untuk melanjutkan usaha T. Banta Lam Ara seperti usaha Persawahan, Perkebunan Lada yang telah dirintis oleh T. Banta Lam Ara. Setelah Labuhan Tarok merupai seuneubok kembali T. Cadek pulang ke Aceh Rayeuk, datang pula adiknya bernama T. Teungoh untuk melanjutkan usaha perkebunan/persawahan di Labuhan Tarok serta beliau kawin dan meninggal di Labuhan Tarok sehingga mempunyai keturunan-keturunan sampai sekarang ini. Pada waktu T. Teungoh inilah Gampong Labuhan Tarok mengatur pemerintahan sendiri (Otonomi), yang menjadi Pimpinan Pemerintahan adalah beliau sendiri yang digelar Raja atau Teuku dengan membawahi 5 (Lima) buah seuneubok yang berlokasi dalam Kemukiman Ujong sekarang ini. Pada masa penjajahan Gampong Labuhan Tarok tersebut di atas mempunyai 2 Kubu Pertahanan kuat yang dinamai Madat atau Kuta. 1 buah terletak di gunung Beude arah Selatan pusat Gampong Labuhan Tarok dan 1 lagi berada dimuka Pelabuhan Gampong Labuhan atau didepan Batang Seuleumak yang sudah tumbang. Bukti autentiknya masih ada sekarang ini, 2 buah Madat atau Kuta tersebut yang dilengkapi dengan alat-alat perang yang sangat modern pada saat itu seperti bedil Kemurah, Senampang meudapu, dan meriam-meriam besar keluaran Prancis dan Turki, disamping alat-alat perang lainnya. Pada awal Pemerintahan Kolonial Belanda di Pantai Barat Aceh di Gampong Labuhan Tarok diangkatlah seorang Ulee Balang bernama T. Nyak Raja yaitu anak dari T. Teungoh. Serta menyusun Struktur Gampong dengan mengangkat Seorang Keuchik, Seorang Panglima, Seorang Keujrun Blang, Seorang Petua Seuneubok, dan Seorang Bendahara, Masing-masing Bernama. Keuchik Nyak Adam, Panglima Makden, Keujruen Mahmud, Petua Said dan Toke Nyak Bungsu selaku Bendaharawan Gampong. Pemerintahan T. Nyak Raja berakhir sewaktu pecahnya perang Dunia II dengan masuknya Jepang ke Aceh. Pada awal Pemerintahan Jajahan Jepang tahun 1942 Gampong Labuhan Tarok diperintahi oleh seorang Komico atau Keuchik. Referensi
|