Share to:

 

Lai

Lay / Pampaken
Lai, Durio kutejensis;
dari Muara Lawa, Kutai Barat, Kalimantan Timur
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
D. kutejensis
Nama binomial
Durio kutejensis
Sinonim

Lahia kutejensis Hassk.

Lai adalah tumbuhan buah sejenis durian.[1] Jenis ini juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti durian kuning, durian tinggang, durian pulu, nyekak, ruas, papaken, sekawi, pekawai dan lain-lain, dengan nama ilmiah Durio kutejensis (kutejensis (Adj.) = "berasal dari Kutai").[1] Durian jenis ini memiliki ciri khas yakni tidak mengeluarkan bau menyengat dari dalam buahnya sebagaimana durian pada umumnya.

Karakteristik lai

Pohon berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 24 m dan gemang 40 cm.[1]

Daun-daun pohon lai sama dengan durian pada umumnya, tetapi memiliki daun yang ukurannya lebih besar dan tebal. Panjang daunnya bisa mencapai 20–25 cm, dengan lebar 5–7 cm. Bunga besar, berwarna merah, berbau bangkai ketika mekar.[2] Bunga ini diserbuki baik oleh lebah madu hutan, burung, maupun kelelawar.[3]

Buah kapsul serupa durian, beruang lima, bulat telur hingga berbentuk lonjong, kuning kusam, dengan duri-duri yang agak membengkok.[1] Biji lonjong, cokelat mengilap, terbungkus oleh daging buah (arilus) yang berwarna kuning atau jingga, agak kering, manis dan berbau enak.[1] Buahnya kecil sampai sedang (1–2 kg), bertangkai pendek, berwarna hijau muda atau hijau kekuningan saat mentah.[4]

Varietas

Beberapa kultivar lai sudah beredar di masyarakat, baik yang sudah dilepas sebagai kultivar unggul maupun yang belum dilepas, di antaranya adalah 'Lai Mas', 'Lai Kayan', 'Lai Rencong', 'Lai Nangka' dan 'Lai Batuah'.[2] 'Lai Mas' merupakan kultivar yang pertama kali diperkenalkan ke umum. Walaupun belum dilepas sebagai varietas unggul, ia sudah cukup dikenal.[2] Di Taman Buah Mekarsari, varietas ini telah ditanam cukup banyak dan sudah berproduksi.[2] Pada musim buah Lai menjadi salah satu daya tarik dalam pesta kebun bertema durian.[2] 'Lai Kayan', 'Lai Rencong', 'Lai Nangka', dan 'Lai Batuah' merupakan kultivar lai yang terbilang baru, dan telah dilepas sebagai varietas unggul dari Kalimantan Timur.[2] Mereka sekarang sedang mulai dikembangkan. Beberapa kebun telah menghasilkan dan ternyata cukup diminati konsumen.[2] Informasi terakhir, varietas ini juga diminati oleh eksportir dari Singapura dan Malaysia.[2] Dan masih banyak lagi Lai yang tersebar di kawasan lain di Kalimantan yang belum dieksplorasi atau dipromosikan ke umum.[2]

Ekologi dan penyebaran

Habitat asli pohon ini adalah hutan lereng berbukit di pedalaman Kalimantan bagian tengah.[1] Di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah, buah ini disebut papaken.[5] Pohon ini merupakan pohon penyusun lapisan tajuk tengah, yang tumbuh di bawah lindungan atap tajuk (kanopi) hutan.[6]

Buah ini ditanam di berbagai wilayah Kalimantan, dan diintroduksi ke Queensland, di Brunei Darussalam buah ini lebih disukai oleh orang lokal daripada durian biasa.[6]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 427-428.
  2. ^ a b c d e f g h i Lai, durian berwarna daging atraktif Diarsipkan 2015-04-23 di Wayback Machine. diakses 9 April 2015
  3. ^ Yumoto, Takakazu (2000). "Bird-pollination of Three Durio Species (Bombacaceae) in a Tropical Rainforest in Sarawak, Malaysia". American Journal of Botany. 87 (8): p. 1181–1188. 
  4. ^ lai durian dengan aroma lebih ramah Diarsipkan 2014-03-09 di Wayback Machine. diakses 9 April 2015
  5. ^ Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Identifikasi Komoditas Unggulan Lokal Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda: Distan.
  6. ^ a b M.B. Osman, Z.A. Mohamed, S. Idris and R. Aman (1995). "Tropical fruit production and genetic resources in Southeast Asia: Identifying the priority fruit species". International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI). ISBN 92-9043-249-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-30. Diakses tanggal 2007-03-14. 
Kembali kehalaman sebelumnya