Share to:

 

Laskarina Bouboulina

Laskarina “Bouboulina” Pinotsis adalah seorang komandan armada yang berpartisipasi dalam Perang Kemerdekaan Yunani melawan Kekaisaran Utsmaniyah. Ia adalah putri kapten kapal Yunani Stavrianos Pinotsis. Dia dilahirkan di penjara di Konstantinopel ketika ibunya mengunjungi suaminya yang sekarat di sana. Ayah Bouboulina ditahan karena ikut serta dalam pemberontakan yang gagal tahun 1769-1770 di Peloponnese.

Stavrianos meninggal tidak lama setelah ia dipenjara. Ibunya, Skevo, membawa pulang Bouboulina yang masih bayi ke Pulau Hydra. 4 tahun kemudian, mereka pindah ke Pulau Spetses dan ibu Bouboulina menikah dengan seorang kapten laut. Ia tumbuh dengan kebencian terhadap Kekaisaran Ottoman. Ayah tirinya juga mendorongnya untuk belajar sebanyak mungkin tentang perahu dan bisnis keluarga. Semasa hidupnya, ia memiliki dua orang suami, salah satunya adalah kapten kapal. Kedua suaminya tewas saat berhadapan dengan bajak laut Aljazair yang sering menyerang pantai Yunani.

Ditinggal dengan harta warisan yang melimpah dan sembilan orang anak, Bouboulina bisa hidup dengan nyaman. Namun rupanya ia ingin berbuat lebih banyak lagi bagi tanah airnya. Bouboulina mengambil alih pengelolaan bisnis pelayaran kedua suaminya. Sebelumnya, dia berhasil menyelamatkan uangnya dari penyitaan dan memerintahkan pembangunan armada kapal perang.

Di Konstantinopel pada tahun 1818, Bouboulina bergabung dengan gerakan Filiki Etairia. Bouboulina adalah satu-satunya anggota perempuan di antara mereka. Namun, namanya tidak muncul di antara 1.093 nama dalam daftar anggota gerakan Filiki Etairia yang masih ada. Meski namanya tidak tercantum dalam daftar anggora, Bouboulina mengabdikan armada dan kekayaannya untuk gerakan kemerdekaan.

Pada tahun 1820, Agamemnon, kapal sepanjang 33 meter yang dipersenjatai 18 meriam berat, selesai dibuat oleh Bouboulina. Mereka sempat banyak kendala dari pihak berwenang Turki. Sementara itu, Bouboulina dan rakyatnya mengumpulkan banyak amunisi dan senjata. Gerakan tersebut mulai mendukung pemberontakan melawan Kekaisaran Ottoman. Perang Kemerdekaan Yunani dimulai pada 25 Maret 1821. Bouboulina sudah siap. Saat itu, ia adalah seorang wanita berusia 50 tahun dan komandan empat kapal selain 'Agamemnon'. Ia memimpin pasukan pribadi yang terdiri dari 'pemuda pemberani'. Mereka memanggilnya kapetanisa (nyonya kapten).

Segera setelah perang pecah, Bobboulina berlayar untuk menghadapi musuh Utsmaniyah. Agamemmon adalah armada terbesar dan paling mengesankan di armada Yunani pada saat itu. Dia memblokir pelabuhan di Nafplion, benteng strategis Kekaisaran Utsmaniyah. Pada saat itu, Nafplion dianggap tidak dapat ditembus karena memiliki pertahanan yang kuat, termasuk 300 meriam. Bouboulina menunjukkan bahwa semua orang salah. Sejarawan Yunani abad ke-19, Anargyros, Hatzi-Anargyrou, menulis laporan saksi mata tentang penyerangannya terhadap Nafplion.

Pada 4 Desember 1821, Bouboulina memberi perintah agar kapal-kapal tersebut menyerang benteng. Mereka segera berlayar ke depan, namun hujan peluru dan tembakan meriam dari benteng pantai membuat pemuda pemberani mundur sejenak. Menyaksikan pertempuran di sisi perahunya, dia kemudian berteriak, “Apakah kalian perempuan dan bukan laki-laki? Maju!” Para petugasnya patuh, berkumpul kembali, dan menyerang.

Mereka bertempur tetapi mati sia-sia karena benteng tersebut tidak dapat ditembus melalui laut. Karena alasan ini, dia mendarat dengan pasukannya dan tinggal sampai jatuhnya benteng pada tanggal 30 November 1822. Bouboulina memimpin pasukannya dalam pertempuran, menghabiskan kekayaannya. Setelah Nafplion, Bouboulina yang pemberani berpartisipasi dalam beberapa konfrontasi militer melawan Kekaisaran Utsmaniyah. Pada September 1821, setelah posisi Turki di Tripolis jatuh ke tangan pasukan Yunani yang mengepung. Kota ini jatuh setelah 3 hari pembantaian dan penjarahan, yang mengakibatkan 30.000 orang tewas.

Pada akhir 1824, selama perang dengan Kekaisaran Utsmnaiyah, terjadi perang saudara antara faksi-faksi pemberontak yang saling bertentangan. Mereka saling berseteru untuk menentukan kepemimpinan negara Yunani yang baru. Bouboulina bukan hanya musuh Kekaisaran Ottoman, tapi dia juga punya satu musuh pribadi. Konon amarahnya yang berapi-api menyebabkan kematiannya.

Pada tahun 1825 akibat perselisihan keluarga di Pulau Spetses, seseorang menembak Bouboulina. Dia terkena tembakan di bagian dahi dan tewas seketika. Pembunuh dalam insiden tragis ini tidak pernah teridentifikasi. Ia menjadi miskin pada saat kematiannya; kekayaannya telah hilang dalam upayanya mencapai Kemerdekaan Yunani. Bouboulina bahkan kehilangan putra dan armadanya. Ia meninggal pada tanggal 22 Mei 1825.[1]

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya