Leila de Lima
Leila Norma Eulalia Josefa Magistrado de Lima (lahir 27 Agustus 1959)[1] adalah seorang pengacara, aktivis hak asasi manusia dan politikus berkebangsaan Filipina. Ia diangkat sebagai ketua Komisi Hak Asasi Manusia pada Mei 2008 oleh Presiden Gloria Macapagal Arroyo. Ia bertugas di komisi tersebut hingga 30 Juni 2010, saat ia diangkat sebagai Sekretaris Departemen Kehakiman oleh Presiden Benigno S. Aquino III. Ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai sekretaris kehakiman pada 12 Oktober 2015 agar dapat melakukan kampanye untuk menjadi anggota Senat Filipina pada pemilihan umum Filipina 2016. Ia berhasil memenangkan salah satu dari dua belas kursi yang diperebutkan dan terpilih menjadi senator. Karier sebagai senatorDe Lima mengutuk Perang Narkoba Filipina yang dilancarkan oleh Presiden Rodrigo Duterte dan meminta agar Kongres Filipina menyelidiki program tersebut.[2] Ia meminta agar pembunuhan tersangka narkoba di luar proses hukum dihentikan. Dalam pidatonya di hadapan Senat pada 2 Agustus, ia menyatakan bahwa "kita tidak dapat mengobarkan perang melawan narkoba dengan darah..."[3] De Lima menyesali ketidakpedulian pemerintahan baru terhadap pembunuhan di luar proses hukum dan memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak orang tidak bersalah yang menderita bila pembunuhan tersebut tidak dihentikan.[4] Pada 17 Agustus 2016, Presiden Filipina Duterte menuduh bahwa de Lima berselingkuh dengan sopirnya. Ia juga menuduh bahwa sopirnya pernah berperan sebagai kolektor uang perlindungan narkoba untuk de Lima saat ia masih menjabat sebagai sekretaris kehakiman. Duterte bahkan mengklaim bahwa sopir de Lima mengonsumsi narkoba.[5] Duterte belakangan mengumumkan bahwa ia memiliki bukti berupa hasil sadapan dan catatan transaksi ATM. Ia menjelaskan bahwa ia menerima bukti tersebut dari satu negara asing yang tidak disebutkan namanya.[6] Pada September 2016, de Lima dicopot dari jabatannya sebagai kepala komite Senat yang menyelidiki pembunuhan di luar proses hukum.[7] Catatan kaki
|