Share to:

 

Lim Ah Lek

Lim Ah Lek
Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia
Masa jabatan
26 Oktober 1990 – 14 Desember 1999
Perdana MenteriMahathir Mohamad
Sebelum
Pendahulu
Lim Ah Lek
(sebagai Menteri Buruh)
Pengganti
Fong Chan Onn
Sebelum
Menteri Buruh Malaysia
Masa jabatan
14 Agustus 1989 – 26 Oktober 1990
Perdana MenteriMahathir Mohamad
Sebelum
Pendahulu
Lee Kim Sai
Pengganti
Lim Ah Lek
(sebagai Menteri Sumber Daya Manusia)
Informasi pribadi
Lahir8 April 1939 (umur 85)
Tapah, Perak, Negeri-Negeri Melayu Bersekutu
KebangsaanMalaysia
Partai politikPersatuan Tionghoa Malaysia
Afiliasi politik
lainnya
Barisan Nasional
Suami/istriAgnes Lim
Pekerjaan
  • Pengacara
  • politisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Tan Sri Lim Ah Lek (Hanzi sederhana: 林亚礼; Hanzi tradisional: 林亞禮) (lahir 8 April 1939) adalah seorang pengacara asal Malaysia yang pernah menjabat sebagai Menteri Sumber Daya Manusia dalam kurun waktu 1990 sampai 1999. Ia merupakan politisi dari Persatuan Tionghoa Malaysia.

Selama kiprah politiknya, Lim menjadi anggota legislatif untuk daerah pemilihan Bentong dan mantan Wakil Presiden Persatuan Tionghoa Malaysia yang menjabat sejak 1986 hingga memasuki masa pensiun dari dunia politik.

Karier

Pada pemilihan umum 1995, Lim berhasil mengalahkan Syed Ali Mohsin dari Partai Aksi Demokrat di daerah pemilihan Bentong, Pahang. Namun, pada pemilihan selanjutnya, ia tidak lagi dicalonkan dan digantikan oleh Liow Tiong Lai.

Lim terpilih sebagai Wakil Presiden Persatuan Tionghoa Malaysia (MCA) pada tahun 1986, menggantikan Lee Kim Sai, ketika Ling Liong Sik menjadi Penjabat Presiden MCA, hingga akhirnya menjadi presiden partai secara definitif. Saat itu, Presiden petahana MCA, Tan Koon Swan dipidana di Singapura atas kasus Skandal Pan El. Pada Majelis Umum MCA 2000, Ling berseteru dengan Lim.[1] Perseturuan tersebut terjadi karena Lim ingin Chan Kong Choy menjadi anggota kabinet. Pada 2001, ia pernah dicap sebagai bagian dari "Tim B" yang menentang partai politik mengawasi kebebasan pers di Malaysia, sedangkan "Tim A" dipimpin oleh Ling Liong Sik.[2]

MCA memiliki pengaruh kuat di media massa The Star, sedangkan UMNO mendominasi di surat kabar Utusan Malaysia dan Berita Harian. Lim mendukung pendirian masyarakat Tionghoa agar wartawan diberi ruang untuk bebas dalam mengkritik. Sehingga, ia pun membentuk "Geng 8" dengan dianggotai oleh Chua Jui Meng dan Chan Kong Choy, serta menjadikan dirinya sebagai pemimpin dalam kumpulan tersebut. Beberapa pihak berusaha untuk membeli dan menguasai Nanyang Publication. Investor MCA, Huaren Management Sdn. Bhd. membeli Nanyang Press Holdings sebesar RM230 juta. Pemimpin utama yang menentang perjanjian jual beli tersebut adalah Ketua Pemuda MCA, Ong Tee Keat dan Wakil Ketua Wanita MCA, Tan Yee Kew.[3] Setelah "Geng 8", muncullag "Geng 10" yang terdiri dari Ketua Pemuda MCA Johor, Hoo Seong Chan; Ho Cheng Wang (Perak), Chong Toh Eng (Selangor), Lau Chek Tuan (Penang), Yew Teong Look (Wilayah Federal), Soon Tian Szu (Melaka), Yip Chee Kiong (Negeri Sembilan), Tan Ken Ten (Kelantan), Toh Chin Yau (Terengganu), dan Chew Kok Woh (Sabah).[2]

Penghargaan

Referensi

  1. ^ Anuar, Azman (2001-03-01). "Akhirnya Ling mengaku". Utusan.com (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-09. Diakses tanggal 2022-06-29. 
  2. ^ a b Nor Abdul Samad, Mohd (2001-11-07). "MCA semakin panas". Utusan.com (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-25. Diakses tanggal 2022-06-29. 
  3. ^ "Penjelasan Ah Lek bantah pengambilalihan Nanyang". Utusan.com (dalam bahasa Melayu). 2001-06-01. Diakses tanggal 2022-06-29. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ "Bahagian Istiadat dan Urusetia Persidangan Antarabangsa". www.istiadat.gov.my. 
  5. ^ "Senarai Penerima Darjah Kebesaran Sultan Sharafuddin Idris Shah" (dalam bahasa Melayu). Darjah Kebesaran Negeri Selangor Darul Ehsan. 2018. Diakses tanggal 2022-06-29. 
Kembali kehalaman sebelumnya