Luo Menghong
Luo Menghong (Hanzi sederhana: 罗梦鸿 / 罗孟鸿; Hanzi tradisional: 羅夢鴻 / 羅孟鴻; Pinyin: Luómènghóng), yang juga dikenal sebagai “罗孟洪” atau “罗梦宏” dalam catatan sejarah lainnya. Dia dipanggil dengan sebutan Patriark Luo (羅祖) dan gelar agamanya adalah Luo Qing (羅靜) atau Pertapa Tanpa Tindakan (無為居士).[1] Luo merupakan tokoh paling penting dan paling sering dimuliakan dalam tradisi agama kepercayaan Tiongkok dan agama keselamatan Tiongkok di dinasti Ming dan Qing.[2] Ajaran dan kitab sucinya menjadi model bagi banyak sekali kelompok-kelompok agama baru yang tak terhitung jumlahnya. Tidak ada guru agama sektarian populer lainnya yang dapat dibandingkan dengan Patriark Luo dalam menstimulasi kepercayaan dan pengetahuan masyarakat awam dan terpelajar.[2] Ia dikenal sebagai patriark ke-8 dalam silsilah Tao agama Xiantiandao dan Yiguandao. Kehidupan AwalLuo Menghong tinggal di Kotapraja Zhumao di Kabupaten Jimo, Laizhou, Shandong. Dia lahir pada tahun 1442. Ketika masih muda, dia melakukan wajib militer di Pos Penjagaan Miyun di Zhili.[1] Keluarga Luo Menghong pernah mengikuti wajib militer. Setelah dia bergabung dengan tentara di Zhili, Patriark Luo bertugas di Pos Penjagaan Miyun, Gubeikou, Simatai, Wulingshan, dan Jiangmaoyu. Pada periode antara tahun-tahun Jingtai dan Jiajing, bangsa Mongol sering menyerbu perbatasan Ming. Oleh karena itu, pasukan Ming berkumpul di daerah Pos Penjaga Miyun, menjadikan Miyun sebagai titik penjagaan yang penting.[1] Karier KeagamaanMenurut catatan sejarah, Luo Menghong terlibat dalam pengangkutan perbekalan tentara: “Pada tahun-tahun Zhengde, ada seorang prajurit di brigade untuk mengangkut perbekalan tentara di Kabupaten Jimo, Shandong. Nama prajurit ini adalah Luo Qing, dia mempraktekkan vegetarisme di tahun-tahun awalnya dan suatu hari dia bertemu dengan seorang suhu dan diberi beberapa ramuan rahasia. Kemudian dia duduk bermeditasi selama tiga belas tahun dan tiba-tiba melihat seberkas cahaya di Timur, dan dia mengklaim bahwa dia menyadari kebenaran Sang Jalan.[3] Patriark Luo mendirikan sebuah aula untuk berkhotbah di daerah Simatai dan orang-orang yang menghadiri khotbahnya sebagian besar adalah para prajurit.[4] Dia kemudian menyebut dirinya Jalan Luo (羅道) dan memindahkan keluarganya ke Shijia. Luo Menghong dan ajarannya memberikan pengaruh yang besar terhadap pasukan dan penduduk setempat. Orang-orang yang percaya kepada Luo Menghong tidak hanya terbatas pada yang berpangkat dan yang punya jabatan tapi juga para perwira eselon bawah.[4] Ajaran dari Luo Qing ini kemudian dikenal dengan nama Luoisme / Luojiao (羅教). Patriark Luo secara eksplisit menyebutkan Sekte Teratai Putih (白蓮教), Sekte Maireya (彌勒教) dan Xuangu Jiao (玄鼓教) adalah ajaran-ajaran jahat yang para pengikutnya tidak akan luput dari neraka setelah kematian.[5] Pada dasarnya, dia secara eksplisit menjauhkan diri dari kelompok heterodoks seperti itu. Tentu saja, ajaran Luo sendiri tidak ortodoks dan tidak didukung oleh lembaga-lembaga yang berkuasa dan mendapat beberapa kritik dari agama Buddha ortodoks. Namun, ia juga bukanlah heterodoks.[6] Ajaran-ajaran dari Luo sebenarnya tidak mengandung unsur-unsur mesianis.[7] Akan tetapi pada perkembangannya, banyak kelompok-kelompok ajarannya yang mulai menyerap tradisi-tradisi mesianis seperti pemujaan pada Wusheng Laomu, keyakinan pada Tiga Masa Pancaran dan keyakinan akan hadirnya Buddha Maitreya ke dunia, seperti contohnya salah satu cabang Luoisme,Sekte Teratai Hijau yang dipimpin oleh Huang Dehui. KematianLuo meninggal di tahun 1527. Kematian Luo menyebabkan fragmentasi dan diversifikasi ajarannya.[4] Ajarannya mempengaruhi hampir semua wilayah di China dan banyak dari sekte dan kelompok agama baru maupun yang lama mulai mengadopsi ajarannya. Referensi
Daftar Pustaka
|