Mandala Tenjukoku Shūchō
Templat:Teks Jepang Mandala Tenjukoku Shūchō (天寿国繍帳 ) adalah sebuah karya kesenian tekstil Jepang. Ia adalah contoh tertua dari bordir di Jepang, yang berasal dari tahun 622 Masehi. Ia diciptakan untuk menghormati Pangeran Shōtoku, salah satu pendukung paling awal Buddhisme Jepang.[1] PembuatanDalam Jōgū Shōtoku Hōō Teisetsu, tercatat bahwa Tachibana no Ōiratsume, salah seorang janda Pangeran Shōtoku, memerintahkan pembuatan mandala tersebut setelah kematian suaminya, untuk mewakili alam surgawi yang telah dituju suaminya sehingga dia bisa membayangkan kehidupan alam baka suaminya.[2] Karya seni ini dibuat oleh pelayan Istana Imperial, dengan izin dari Permasirui Suiko.[3] Karya yang asli dijahit dalam sutra pada serangkaian tirai persegi besar, kira-kira 5 meter (16 ft) menyilang,[4] namun hanya sebagian kecil dari ini, berukuran kira-kira 89 sentimeter (35 in) X 83 sentimeter (33 in), yang masih bertahan.[3][5][6] Replika dan versi saat iniMandala ini tersimpan di Museum Nasional Nara, namun tetap menjadi milik kuil Chūgū-ji di Prefektur Nara.[5] Versi yang masih ada dibuat pada periode Edo dengan menggabungkan sisa-sisa bordir orisinal dengan replika yang dibuat pada akhir abad ke-13.[3] Hubungannya dengan kuil dan rekonstruksinya adalah berkat karya biarawati Buddhis Shinnyo, yang menemukan mandala orisinal dari tempat penyimpanannya di Hōryū-ji pada tahun 1273. Menurut kisah kehidupan Shinnyo, dia bermimpi di mana dia mengetahui bahwa mandala tersebut mengandung tanggal kematian dari Putri Anahobe no Hashihito (穴穂部間人皇女 , Anahobe no Hashihito no Himemiko), permaisuri Kaisar Jomei dan ibunda dari Shōtoku (Shinnyo sedang meneliti Hashihito, penyokong Chūgū-ji, sebagai bagian dari pekerjaannya untuk memugar kuil tersebut). Mandala terkunci di Hōryū-ji, namun suatu perampokan di khazanah Hōryū-ji memungkinkan Shinnyo untuk mengakses penyimpanan mereka dengan dalih memeriksa kerusakan. Di sana, dia menemukan mandala, rusak parah, dan diberi izin untuk memindahkannya ke Chūgū-ji. Dia kemudian membawanya dalam tur penggalangan dana ke Kyoto, dan menerima cukup banyak sumbangan untuk mendanai pembuatan replika.[4] Baik replika dan orisinalnya rusak akibat kebakaran di Chūgū-ji pada awal abad ke-14, namun potongan-potongan yang rusak dilestarikan dan pada abad kesembilan belas digabungkan bersama untuk membuat versi saat ini.[7] Warna tahan luntur dari bahan orisinal lebih unggul daripada bahan replika kemudian; dalam versi karya seni yang masih ada, bagian yang lebih terang semuanya berasal dari orisinalnya.[3][6] SubjekMandala ini menggambarkan alam Buddha Tenjukoku (天寿国 ), atau "Tanah Kehidupan Tak Terbatas", dan menyajikan sejumlah elemen berbeda yang mewakili berbagai konsep Buddhis. Bangunan di kanan bawah diasumsikan oleh sebagian besar akademisi sebagai mewakili istana surgawi Zenpōdō dari Sutra Maitreya. Pola utama kura-kura berisi aksara yang mengeja nama-nama Shōtoku, Hashihito, dan Ōiratsume, yang disusun sebagai suatu tritunggal Buddhis,[8] dan mewakili silsilah Shōtoku; kura-kura lain berisi aksara selanjutnya yang tercatat dalam Jōgū Shōtoku Hōō Teisetsu, termasuk tanggal kematian Shōtoku dan ibundanya, dan kisah pembuatan mandala.[9] Versi asli dari karya tersebut berisi 100 kura-kura serupa.[3][5] Sebuah prasasti, yang konon merupakan pernyataan oleh Shōtoku, pada awalnya menuliskan: "Dunia ini adalah kebodohan. Hanya Buddha yang hakiki."[10] Kain dasar orisinal di mana gambar disulam adalah kain kasa tenun ungu, yang mungkin telah diimpor; bagian replika kemudian dijahitkan ke kain kepar ungu atau sutra putih polos. Benang bordir yang orisinal adalah "pilinan z" (pilinan kanan) dan dijahit secara eksklusif dalam jahitan belakang sementara replika menggunakan benang "pilinan s" renggang dan berbagai jahitan yang berbeda. Pilinan yang lebih renggang dari benang itu mungkin salah satu alasan mengapa bagian replika kurang terawat dengan baik.[7] Beberapa peneliti berpendapat bahwa kesamaan ikonografi mandala dengan monumen pemakaman Tiongkok dan Korea, bersama dengan kain kasa di mana ia mulanya dijahit, menunjukkan bahwa ia sebenarnya bukan artefak Buddhis. Teori ini menunjukkan bahwa karya seni tersebut tidak mewakili Tenjukoku, melainkan merupakan catatan upacara memorial yang dilakukan untuk Shōtoku, dan bahwa hubungannya dengan Buddhisme merupakan perkembangan selanjutnya.[9][11][12] Referensi
|