Masjid Agung al-Nuri (Mosul)
Masjid Agung al-Nuri (bahasa Arab: جامع النوري Jāmiʿ an-Nūrī) adalah nama sebuah masjid yang terletak di Mosul, Irak. Masjid ini terkenal karena menaranya yang miring, dan mendapatkan julukan "si bungkuk" (الحدباء al-Ḥadbāˈ). Tradisi berpendapat bahwa masjid tersebut pertama kali dibangun pada akhir abad ke-12, meskipun telah mengalami banyak renovasi selama bertahun-tahun. Sebagian besar masjid ini dihancurkan pada 21 Juni 2017, selama Pertempuran Mosul. Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) mengklaim bahwa Amerika Serikat yang menghancurkannya, sementera pasukan Irak mengklaim NIIS yang bertanggung jawab.[1] Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan bahwa penghancuran masjid tersebut merupakan "deklarasi kekalahan ISIS" .[2] PembangunanTradisi berpendapat bahwa Nur ad-Din Zangi, seorang atabeg Turki dari Kesultanan Seljuk Raya dan sultan provinsi Suriah, membangun masjid ini pada 1172–1173, sesaat sebelum kematiannya.[3] Menurut sejarah Ibn al-Athir, setelah Nur ad-Din menguasai Mosul, dia memerintahkan keponakannya Fakhr al-Din untuk membangun masjid ini:
PenghancuranSampai dengan Juni 2017, Pertempuran Mosul telah berlanjut ke tahap di mana wilayah yang dikuasasi NIIS terbatas pada area Kota Lama, yang termasuk masjid ini. Pada 21 Juni 2017, pasukan pemerintah Irak melaporkan bahwa masjid tersebut telah diledakkan oleh pasukan NIIS pada pukul 21.50 dan bahwa ledakan tersebut merupakan indikasi bom yang sengaja dipasang untuk menghancurkannya.[5] Kementerian saluran media propaganda NIIS, Amaq, mengklaim serangan udara oleh Amerika Serikat bertanggung jawab atas penghancuran tersebut, tetapi klaim ini tidak didukung dengan bukti apa pun, atau bahkan motif potensial.[2][3][6] Pasukan Irak berada dalam jarak 50 meter dari masjid sebelum ledakan tersebut.[3] Foto-foto udara dan video mengenai penghancuran dirilis oleh militer Irak beberapa jam kemudian.[2] Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menyatakan bahwa penghancuran masjid tersebut merupakan "deklarasi kekalahan" NIIS.[7] Jurnalis BBC News, Paul Adams menafsirkan penghancuran masjid sebagai "tindakan terakhir kemarahan NIIS sebelum akhirnya kehilangan kendali atas Mosul".[2] Referensi
|