Share to:

 

Masjid Al-Ikhlas Padang Betuah


Agama
AfiliasiIslam
Lokasi
LokasiDesa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid

Masjid Al-Ikhlas Padang Betuah adalah sebuah masjid bersejarah yang terdapat di Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Indonesia. Masjid ini terkenal dengan julukan Masjid Cagar Budaya karena usianya yang sudah berumur ratusan tahun.[1]

Masjid tersebut dibangun pada tahun 1823 Masehi oleh Haji Mansyur, yang merupakan seorang perantau Minang. Masjid yang berada di pesisir Bengkulu ini dianggap sebagai masjid tertua di Provinsi Bengkulu. Dulunya masjid ini digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam dan tempat berkumpulnya masyarakat dalam mengusir penjajah.[1]

Pendirian Masjid

Masjid Al-Ikhlas Padang Betuah diketahui berdiri sejak tahun 1823 Masehi. Konon lokasi aslinya berada 50 meter dari masjid yang sekarang. Pendirinya bernama Haji Mansyur, seorang perantu Minangkabau asal Sumatera Barat yang menetap di Padang Betuah.[2] Nama Padang Betuah berasal dari bahasa Minangkabau, yakni Padang Batuah yang berarti Pedang Sakti. Lambat laun Padang Batuah berubah menjadi Padang Betuah menurut logat Melayu Bengkulu.[3]

Pembangunan masjid ini berkat swadaya masyarakat serta tanah wakaf dari Haji Hanafiah dan Haji Hakim. Menurut keterangan beberapa masyarakat sekitar awalnya masjid ini di bangun dengan atap rumbia dan dinding bambu (pelupuh). Pada awal pembangunannya, masjid berbentuk sederhana seperti gudang. Atapnya terbuat dari daun rumbia dan hampir seluruh bahan bangunannya menggunakan kayu.[1]

Deskripsi Bangunan

Masjid Al-Ikhlas Padang Betuah menempati tanah wakaf seluas 395 meter persegi. Luas bangunan masjid ini yakninya 80 meter persegi yang dapat menampung 320 jamaah. Awalnya masjid beratap alang-alang tapi pada tahun 1920 sudah diganti menjadi seng. Secara keseluruhan, masjid tidak mengalami pemugaran yang mengubah bentuk bangunan sejak berdiri.[3]

Tinggi bangunan sekitar 7,75 meter. Sama dengan masjid lainnya, di dalam ruangan terdapat mimbar dan mihrab (ruang khusus imam). Sementara pada bagian serambi terdapat sebuah bedug tua yang tak terawat. Tiang-tiang penyangga masjid yang terbuat dari kayu disusun tidak terputus namun saling menyambung. Penggunaan paku tidak dominan karena menggunakan pasak kayu.[1]

Dinding masjid terbuat dari semen tapi bagian dalam dinding itu tidak diisi dengan batu bata, melainkan bambu (bidai). Bambu itu dibelah dan dipecah-pecah, yang dijadikan sebagai pengganti batu bata. Lalu batang bambu tadi setelah disusun baru ditutup dengan semen.[1]

Kondisi saat ini

Saat ini Masjid Al-Ikhlas Padang Betuah tidak lagi digunakan untuk shalat masyarakat desa karena ukurannya yang kecil sekitar 6 x 6 meter. Masyarakat membuat masjid yang lebih besar. Masjid tua ini hanya digunakan anak-anak untuk belajar mengaji serta menjadi cagar budaya.[1] Kondisi bangunan Masjid Cagar Budaya ini tidak layak lagi dan atap bangunan dan pagar masjid ini sudah termakan usia sehingga masjid yang bersejarah ini terkesan kusam dan tak terawat dan kondisi yang masih banyak rusak. Masjid ini perlu direhab atau diperbaiki baik itu dari Pemda Bengkulu Tengah (Benteng), provinsi Bengkulu ataupun oleh balai benda sejarah.[4]

Referensi

  1. ^ a b c d e f Bengkulu, Kontributor; Firmansyah. Asdhiana, I Made, ed. "Masjid Tertua di Bengkulu Berusia 200 Tahun Ini Tetap Kokoh". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-06-03. 
  2. ^ "Data Pokok Kebudayaan". dapobud.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-03. Diakses tanggal 2020-06-03. 
  3. ^ a b "Masjid Padang Betuah, Jejak Penyebaran Islam di Bengkulu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-03. Diakses tanggal 2020-06-03. 
  4. ^ "Masjid Cagar Budaya Terbengkalai". Terkini!. 2014-06-16. Diakses tanggal 2020-06-03. 
Kembali kehalaman sebelumnya