Share to:

 

Masjid Langgar Tinggi

Masjid Langgar Tinggi, tahun 1949
Masjid Langgar Tinggi, 2019
Masjid Langgar Tinggi, lk. tahun 1900, tatkala Kali Angke masih berfungsi sebagai jalur transportasi

Masjid Langgar Tinggi adalah salah satu masjid tua di wilayah DKI Jakarta. Masjid yang terletak di Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, ini semula dibangun sebagai langgar oleh seorang orang Arab pada tahun 1249 H atau 1829 M.

Sejarah

Pada papan di atas pintu masuk masjid ditulis bahwa Masjid Langgar Tinggi didirikan pada tahun 1249 H/1829 M. Namun menurut Adolf Heuken, seorang sejarawan yang banyak meneliti sejarah kota Jakarta, tahun 1249 H itu berbetulan dengan 1833 atau 1834 M, dan bukan 1829 M. Sehingga jika tahun Hijriyah yang dijadikan pedoman, maka paling jauh masjid itu didirikan pada 1833 M.[1]:218, 229

Dari namanya, kemungkinan masjid ini semula hanyalah sebuah langgar atau musala[2] (musholla, tempat shalat; surau), yang terletak di atas sebuah rumah penginapan di tepi Kali Angke. Pada abad ke 19, kali ini masih merupakan jalur pengangkutan dan perdagangan yang sibuk. Adalah Abu Bakar Shihab, seorang saudagar muslim asal Yaman, yang kemudian mendirikan tempat penginapan ini dengan langgar di bagian atasnya.[3][4]

Pada November 1833 Masjid Langgar Tinggi diperbaiki oleh Syekh Sa'id Na'um (Sa'id bin Salim Na'um Basalamah), seorang saudagar kaya asal Palembang yang kemudian menjabat sebagai Kapitan Arab di wilayah Pekojan.[3][4] Kapitan Arab ini diserahi kewenangan untuk mengurus tanah yang diwakafkan oleh Syarifah Mas'ad Barik Ba'alwi, yakni lahan tempat Masjid Langgar Tinggi berdiri dan tempat pemakaman umum di Tanah Abang (kini menjadi lokasi Rumah Susun Tanah Abang di Kebon Kacang). Makam Syarifah Mas'ad Barik Ba'alwi ini berada di dekat Masjid Pekojan.[1]

Setelah masa itu Masjid Langgar Tinggi mengalami beberapa kali renovasi. Kini bagian bawah masjid tidak lagi difungsikan sebagai penginapan, melainkan sebagai kediaman pengurus masjid dan ruang toko.[1][4] Demikian pula, dengan semakin dangkalnya Kali Angke dan semakin kotor airnya, pintu ke arah sungai—yang dahulu kemungkinan dipakai sebagai akses langsung pelancong sungai ke penginapan dan ke masjid—kini ditutup.[4][5]:172

Kondisi fisik

Masjid Langgar Tinggi terletak di Jalan Pekojan Raya No 43. Masjid yang berada di bantaran sungai ini diapit oleh Jalan Pekojan di sebelah utara dan Kali Angke di selatannya. Ukuran lantai dasar Masjid Langgar Tinggi adalah 8 × 24 m, membujur sejajar dengan jalan dan sungai.[1][4]

Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan gaya arsitektural Eropa, Tionghoa, dan Jawa. Pengaruh Eropa tampak pada pilar-pilar bergaya neoklasik Toskan. Sementara pengaruh Tionghoa tecermin pada hiasan penyangga balok, dan pengaruh Jawa pada denah dasarnya.[1] Hiasan serupa tugu kecil di atas atap adalah warisan pengaruh Moor.[5]

Lantai masjid terbuat dari bilah-bilah papan kayu yang tebal.[4][5] Di sisi barat masjid terdapat mihrab dan sebuah mimbar kayu. Mimbar tua (buatan tahun 1859) ini dibawa dari Palembang, sebagai penghargaan bagi Sa'id Na'um.[1][5]

Masjid Langgar Tinggi kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah DKI Jakarta.[3]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f Heuken, A. 2016. Tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Jakarta:Cipta Loka Caraka.
  2. ^ KBBI Daring: musala
  3. ^ a b c Dinas Pariwisata DKI Jakarta: Masjid Langgar Tinggi. Diakses 30-08-2017
  4. ^ a b c d e f Aroengbinang: Langgar Tinggi Pekojan Jakarta Diarsipkan 2016-03-19 di Wayback Machine.. Diakses 30-08-2017
  5. ^ a b c d Setiawan, K. dkk. tt. Mesjid-mesjid bersejarah di Jakarta, p.171. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Pranala luar

6°08′30″S 106°48′21″E / 6.14154°S 106.80594°E / -6.14154; 106.80594

Kembali kehalaman sebelumnya