Masjid Salman ITB
Masjid Salman Institut Teknologi Bandung, lebih dikenal sebagai Masjid Salman ITB, adalah masjid kampus yang terletak di Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung, atau tepat di depan area Kampus ITB Ganesha.[3] Dengan luas lahan 7800 m2 dan luas bangunan masjid 1225 m2, Masjid Salman dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti kantin, air minum gratis, mini market, dan ruang serbaguna.[4][5] Masjid yang dibuka pada tahun 1972 ini merupakan masjid kampus pertama di Indonesia.[1][6] SejarahPada 27 Mei 1960, mahasiswa ITB mulai mengadakan ibadah salat Jumat berjamaah di gedung Aula Barat Kampus ITB Ganesha. Kegiatan ini merupakan salat Jumat pertama yang dilakukan di lingkungan kampus di Indonesia.[7] Sebelum itu, mahasiswa ITB yang berniat menunaikan salat Jumat harus berjalan terlebih dahulu menuju Masjid Cipaganti di kawasan Cihampelas. Seiring berjalannya waktu, keinginan untuk membangun masjid kampus semakin populer di kalangan mahasiswa dan komunitas sekitarnya.[8] Inisiasi pembangunan masjid kampus di ITB menemui beberapa masalah. Saat itu, Islam di Indonesia baru mengalami kebangkitan di tengah kepopuleran PKI.[6] Selain itu, laki-laki muslim yang meminta izin untuk melakukan salat Jumat dipandang aneh karena budaya barat yang masih kental di lingkungan kampus. Bahkan rektor ITB kala itu, Prof. Ir. Otong Kosasih, menganggap pembangunan masjid di lingkungan ITB dirasa belum perlu dilakukan. Ia juga beralasan bahwa “kalau orang Islam minta masjid, nanti orang komunis juga minta Lapangan Merah di ITB.”[7] Meskipun adanya ketidaksetujuan dari beberapa pihak, sebuah tim beranggotakan Prof T.M. Soelaiman, Achmad Sadali, Imaduddin Abdulrachim, Darius Fachruddin, dan beberapa orang lainnya tetap mencari dukungan dan persetujuan. Hasilnya, mereka mendapatkan dukungan dari seorang dosen planologi beragama Kristen bernama Drs. Woworuntu dan ketua Jurusan Arsitektur ITB dari Belanda bernama Prof. Roemond. Pada 28 Mei 1964, Prof. TM Soelaiman, Achmad Noe'man, Achmad Sadali, dan Ajat Sudrajat pergi membawa sebuah rancangan masjid menuju Istana Kepresidenan untuk meminta persetujuan pembangunan masjid dari Presiden Soekarno. Melalui pertemuan tersebut, Soekarno menyetujui dibangunnya masjid di lingkungan kampus ITB.[7] Soekarno juga memberikan nama "Salman" kepada masjid yang akan dibangun. Nama tersebut berasal dari nama seorang teknokrat dari Persia yang menggagas pembangunan kanal saat Perang Khandaq.[8] Pada tahun 1964, rektor baru ITB, Prof. Ukar Bratakusuma menyetujui dibangunnya masjid di sebuah ladang jagung tepi Jalan Ganesha. Pada akhir 1964, sebuah musala sementara selesai dibangun. Akibat kekurangan dana, bagian masjid yang pertama kali dibangun adalah menara. Menara tersebut diresmikan pada 22 Juni 1965.[8] Pada 5 Mei 1972, bangunan masjid diresmikan bersamaan dengan dilaksanakannya salat Jumat. FasilitasSebagai kompleks masjid kampus, Masjid Salman ITB dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang. Sejak 1974, sebuah kantin didirikan di selatan masjid untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa atau jamaah masjid.[9] Kantin tersebut didirikan oleh Aminah Iskandar dan pertama kali dikelola oleh Ahmad Rusdi. Kantin Salman berkonsep prasmanan, dengan dua antrean terpisah untuk laki-laki dan perempuan.[10] Selain kantin, di dalam kompleks Masjid Salman juga terdapat sebuah lapangan futsal di sisi timur masjid, perpustakaan, kompleks kios, air minum gratis, dan gedung serbaguna yang dapat menampung 500 orang.[11] Selain itu, kompleks Masjid Salman ITB juga menjadi sekretariat bagi beberapa unit kegiatan mahasiswa. GAMAIS ITBKeluarga Mahasiswa Islam Institut Teknologi Bandung (GAMAIS ITB) adalah organisasi lembaga dakwah kampus (LDK) di lingkup kampus Institut Teknologi Bandung. Berdiri pada 30 Agustus 1987, organisasi ini menaungi seluruh aktivitas dakwah Islam mahasiswa di dalam kampus, terutama aktivitas dakwah di program studi dan fakultas.[12] Pada peringatan ulang tahunnya yang ke-20 pada 2007, para alumni aktivis GAMAIS ITB bersepakat mendirikan Ikatan Alumni Gamais (IAG) ITB, yang mewadahi para alumni aktivis keislaman ini di kehidupan pasca-kampus.[13] Organisasi ini memiliki sekretariat di kompleks Masjid Salman ITB.[14] Referensi
Pranala luar |