Mihrigul Tursun
Mihrigul Tursun (bahasa Uighur: مېھرىگۈل تۇرسۇن; lahir tahun 1989) adalah mantan tahanan Uyghur di salah satu kamp pendidikan ulang di Xinjiang, Tiongkok. Tursun mengatakan bahwa ia ditahan beberapa kali, termasuk di salah satu jaringan "kamp pendidikan ulang" politik dan salah satu putranya tewas secara misterius ketika ia berada dalam tahanan otoritas Tiongkok pada tahun 2015.[2] Kementerian Luar Negeri Tiongkok dengan keras membantah tuduhannya dan memberikan laporan mereka sendiri tentang peristiwa itu, termasuk catatan keberangkatan semua anaknya.[3] Kesaksian di Amerika SerikatPada tanggal 26 November 2018, Mihrigul Tursun memberikan kesaksian di Klub Pers Nasional di Washington D.C. Di klub ia bersaksi bahwa tahanan di kamp-kamp itu dipukuli, kelaparan, disetrum, dan digeledah. Ia berkata, "Tangan saya berdarah-darah karena mereka pukul, setiap kali saya tersengat listrik, seluruh tubuh saya akan bergetar keras dan saya bisa merasakan sakit di pembuluh darah saya, saya pikir lebih baik mati daripada disiksa begini dan memohon pada mereka untuk membunuh saya."[4][5][6][7][8] Pada tanggal 28 November 2018, Mihrigul Tursun, berbicara melalui seorang penerjemah, bersaksi di hadapan Komisi Kongres-Eksekutif tentang China tentang pengalamannya selama rangkaian tiga kali pengasingan. Ia berkata, "Ada sekitar 60 orang yang ditawan di sel seluas 40 meter persegi, sehingga setiap malam, 10 hingga 15 orang perempuan berdiri sementara lainnya tidur dalam posisi miring agar (ruangnya) cukup, dan kemudian kami bergantian setiap 2 jam. Ada orang yang tidak mandi lebih dari setahun."[9][10][11][12][13] What Has Happened to Me – A Testimony of a Uygur Woman, sebuah buku komik Jepang yang menceritakan kisah Mihrigul Tursun oleh seniman Tomomi Shimizu menjadi viral di Internet.[14] Reaksi TiongkokMenanggapi laporan CNN, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying dengan keras menolak tuduhan Tursun dan memberikan laporan mereka sendiri tentang peristiwa tersebut. Menurut Hua, Mihrigul ditahan oleh polisi Kabupaten Qiemo selama 20 hari dari 21 April hingga 20 Mei 2017 dengan tuduhan menghasut kebencian etnis dan diskriminasi, tetapi ia tidak pernah dipenjara atau dimasukkan ke pusat "pelatihan kejuruan" (istilah pemerintah untuk kamp pengasingan[4][8]). Hua mengatakan bahwa selain dari 20 hari itu, ia benar-benar bebas selama ia tinggal di Tiongkok dan bepergian ke luar negeri secara ekstensif.[3] Hua juga menolak tuduhan Tursun bahwa salah seorang putranya meninggal di Rumah Sakit Anak Urumqi. Menurut Hua, Tursun dan kerabatnya mengirim salah satu dari dua putranya ke rumah sakit untuk dirawat di rumah sakit tiga kali pada tahun 2016. Anak itu selamat dan meninggalkan Tiongkok bersama Tursun, suami Tursun, dan putri Tursun pada tanggal 22 April 2018 dengan memegang paspor Mesir. Putra Tursun yang lain dibawa oleh Tursun dari Tiongkok ke Turki pada bulan Januari 2016.[3] Pada tanggal 27 November 2018, tabloid yang dikelola pemerintah Tiongkok, Global Times, membantah Tursun tepat setelah kesaksiannya di Klub Pers Nasional. Tabloid itu menyebutkan, "Mudah untuk mengatakan bahwa wanita itu berbohong dan pasti ada seseorang yang mengajarinya berbicara seperti itu. Ia mungkin ingin mendapat suaka di AS."[15] Pada tanggal 3 Desember 2018, tabloid tersebut merilis sebuah artikel yang mengkritik Mihrigul Tursun, dengan menulis: "Media Barat mencintainya, seolah-olah mereka memenangkan jackpot dan akhirnya mengambil kesaksian seorang saksi untuk menyerang Tiongkok, sambil tidak memperhatikan sama sekali pada semua celah dalam kata-katanya. Beberapa orang asing mempercayai cerita Tursun karena mereka memiliki kesalahpahaman yang parah tentang China yang berasal dari ketidaktahuan. " [16] Lihat pula
Referensi
|