Mobon dari Goguryeo
Latar Belakang & PemerintahanMenurut babad Samguk Sagi, catatan sejarah Korea dari abad ke-12 tentang Tiga Kerajaan, Mobon merupakan putra tertua dari raja ketiga Goguryeo, Daemusin. Meskipun Mobon adalah putra mahkota pada saat Daemusin meninggal, karena usianya yang masih sangat belia, maka adik Daemusin yang bernama Minjunglah yang mewarisi tahkta. Mobon menjadi raja setelah Minjung meninggal. Namun di dalam Samguk Yusa, Mobon digambarkan sebagai kakanda Minjung. Catatan dari Samguk Sagi menjelaskan bahwa tabiat Mobon kasar dan keras kepala yang mengakibatkan banyak orang membencinya. Pada tahun 49, ia menyerang Dinasti Han beberapa kali, akan tetapi kemudian membuat perjanjian perdamaian dengan Han. Ia tewas terbunuh oleh seorang pejabat istana, Duro, dari Mobon dan dimakamkan di Mobon-won. Ia menunjuk putranya Ik sebagai putra mahkota, tetapi setelah kematian Mobon, terjadi perselisihan di dalam memperebutkan tahkta. Beberapa sejarawan percaya bahwa Mobon mengambil Marga Hae yang terakhir yang dimulai oleh raja kedua Goguryeo, Yuri, dan raja Goguryeo yang keenam (Raja Taejo) yang memulai menggunakan Marga Go. Kontroversi yang berkisar pada masa akhir pemerintahanBanyak sumber sejarah seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa, menjelaskan bahwa Raja Mobon adalah raja yang perduli dengan nasib rakyatnya, akan tetapi berubah menjadi seorang raja yang lalim pada masa akhir pemerintahannya. Namun, jika diamati dari sumber yang sama yang telah disebutkan di atas, peristiwa seperti membuka gudang makanan untuk menolong rakyat yang kelaparan, bukanlah karakter dari seorang raja yang lalim. Dengan hal ini di dalam pikiran mereka, beberapa sejarawan mencurigai bahwa ini merupakan salah satu upaya para pendukung Raja Taejo dari Goguryeo untuk melancarkan kudeta. Para sarjana tersebut kemudian mendukung teori bahwa perbedaan nama marga di dalam pemimpin pertama Goguryeo adalah penyebab perubahan kekuasaan di antara lima keluarga bangsawan. Lihat Pula
|