Moh limoMoh Limo (Bahasa Jawa: Ma lima) adalah filosofi prinsip kehidupan yang diajarkan oleh salah satu anggota terkemuka Walisongo, Sunan Ampel. Secara harfiah, Moh limo berarti tidak mau melakukan lima hal. Lima hal tersebut adalah yang berkaitan dengan perilaku maksiat yang berkembang di masyarakat pada masa Sunan Ampel. Prinsip ini memang sengaja dibuat untuk memperbaiki etika masyarakat masa itu yang sangat rusak. Banyak orang yang menganggap bahwa filosofi ini masih relevan hingga saat ini.[1] IsiIsi dari moh limo adalah lima prinsip untuk tidak melakukan lima hal yang buruk.[2] Lima hal itu antara lain:
Moh Madhat secara literal berarti tidak ingin mabuk. Maksud dari tidak ingin mabuk dalam konteks itu adalah tidak menggunakan barang yang menyebabkan seseorang menjadi mabuk seperti candu.
Moh Madon berarti tidak memainkan wanita, dalam artian untuk tidak melakukan zina atau percumbuan terhadap lawan jenis yang bukan mahram-nya.
Moh Main berarti tidak bermain. Bermain yang dimaksud adalah bermain judi yang terjadi masa tersebut seperti bermain kartu yang mempertaruhkan uang.
Moh Minum berarti tidak meminum. Meminum di sini diartikan sebagai meminum minuman yang memabukkan seperti arak dan khamr. Berbeda dengan Moh Madhat, Moh Minum lebih ditujukan kepada suatu bentuk minuman tertentu.
Moh Maling berarti tidak mencuri, yaitu mengambil barang orang lain yang bukan menjadi haknya.
Catatan kaki
|