Share to:

 

Molière

Jean-Baptiste Poquelin
Lukisan Molière karya Nicolas Mignard
Lukisan Molière karya Nicolas Mignard
Lahir15 Januari 1622
Paris, Prancis
Meninggal17 Februari 1673
Paris, Prancis
Nama penaMolière
PekerjaanDramawan
KebangsaanPrancis
Periode1645-1673
GenreKomedi
Karya terkenalTartuffe; The Misanthrope; The Learned Women; The School for Wives
PasanganArmande Béjart
Pasangan hidupMadeleine Béjart

Jean-Baptiste Poquelin, juga dikenal dengan nama panggung Molière,(15 Januari 1622 – 17 Februari 1673) adalah seorang dramawan dan aktor Prancis yang dianggap sebagai salah satu empu komedi dalam kesusastraan Barat.[1] Beberapa karya Molière yang terkenal adalah Le Misanthrope, (The Misanthrope), L'Ecole des femmes (The School for Wives), Tartuffe ou l'Imposteur, (Tartuffe or the Hypocrite), L'Avare ou l'École du mensonge (The Miser), Le Malade imaginaire (The Imaginary Invalid), dan Le Bourgeois Gentilhomme (The Bourgeois Gentleman).

Berasal dari keluarga berada dan pernah bersekolah di Jesuit Clermont College (sekarang Lycée Louis-le-Grand), Molière memang orang yang cocok untuk mulai menggeluti teater. Pengalaman tigabelas tahun sebagai aktor keliling mengasah kemampuan komedinya ketika dia juga mulai menulis, menggabungkan unsur-unsur Commedia dell'Arte dengan komedi Prancis yang lebih berkelas.[2]

Melalui bantuan beberapa aristokrat termasuk adik kandung Louis XIV, Molière tampil dalam pertunjukan yang ditanggap oleh sang Raja di Louvre. Memainkan sebuah drama klasik karya Pierre Corneille dan sebuah ''farce'' karyanya sendiri, Le Docteur amoureux (The Doctor in Love), Molière diperbolehkan untuk menggunakan ruang Salle du Petit-Bourbon di Louvre, sebuah aula yang diperuntukkan bagi beragam pertunjukan teater. Lalu, Molière diijinkan untuk menggunakan Palais-Royal. Di kedua tempat tersebut dia mendapat sambutan hangat dari para warga Paris dengan drama-drama seperti Les Précieuses ridicules (The Affected Ladies), L'École des maris (The School for Husbands) dan L'École des femmes (The School for Wives). Kebaikan pihak istana ini diikuti dengan dana pensiun bagi kelompoknya dan gelar "Troupe du Roi" (Kelompok Teater Raja). Molière lalu bekerja sebagai penulis resmi untuk acara hiburan istana.[3]

Meskipun dia disayang pihak istana dan warga Paris, satir-satir karya Molière memancing kritik dari kaum moralis dan pihak Gereja. Tartuffe ou l'Imposteur (Tartuffe or the Hypocrite) dan serangannya terhadap kemunafikan religius terus menerus menerima kecaman dari pihak Gereja sedangkan Don Juan dilarang pentas. Kerja keras Molière dalam beragam aspek dan profesi di dunia teater mulai menggerogoti kesehatannya dan, pada 1667, dia terpaksa beristirahat sejenak dari kegiatan dunia panggung. Pada 1673, selagi mementaskan karya terakhirnya, Le Malade imaginaire (The Imaginary Invalid), Molière, yang menderita TBC paru-paru, mendadak batuk tanpa henti selagi berperan sebagai Argan sang pengidap hipokondria. Dia menyelesaikan pertunjukan tersebut tetapi kembali pingsan dan meninggal beberapa jam kemudian. Semasa hidupnya di Paris, Molière benar-benar telah mereformasi komedi Prancis.[3]

Kehidupan

Putra dari ahli dekorasi interior (tapissier) Jean Poquelin, keturunan sebuah keluarga besar pedagang dari Beauvais, dan Marie Cressé, putri dari sebuah keluarga borjuis, Jean Baptiste Poquelin kehilangan ibunya ketika berusia 10 tahun dan tampaknya tidak terlalu akrab dengan sang ayah. Sesudah ibunya wafat, dia tinggal bersama ayahnya di atas Pavillion de Singes di rue Saint-Honoré di sebuah wilayah elit Paris. Kemungkinan besar pendidikannya dimulai di sekolah rumahan Paris; diikuti dengan diterimanya dia di Jesuit College de Clermont yang bergengsi, di mana dia menyelesaikan sekolahnya di sebuah lingkungan akademis yang ketat dan kaku.

Pada usia 18 tahun Jean Poquelin telah mengatur agar putranya mewarisi gelarnya ("Tapissier ordinaire de la chambre du Roi") yang telah dia beli dari hasil kerjanya dalam proyek perluasan ruang-ruang istana yang diprakarsai Richelieu. Gelar tersebut hanya menuntut kerja 3 bulan dan ongkos awal sebesar 1200 livre; gelar tersebut bergaji 300 livre setahun dan memberikan sejumlah kontrak yang menguntungkan. Poquelin muda juga pernah belajar sebagai pengacara provinsi sekitar tahun 1642, mungkin di Orléans, tetapi tidak disebutkan apakah dia lulus atau tidak. Sejauh ini dia menuruti rencana sang ayah dan hal itu berdampak positif baginya; dia sudah pernah bergaul dengan kalangan ningrat di sekolahnya dan tampaknya pekerjaan yang terjamin sudah menantinya, masa depan yang cerah bagi pemuda berumur 20 di Prancis abad 17.

Pada saat inilah Molière menjadi tidak tertarik lagi dengan rencana ayahnya. Pada usia 21 tahun dia memutuskan bahwa dia lebih memilih untuk berkarier di dunia panggung. Pada Juni 1643 dia meninggalkan kedudukan sosial dan rencana keluarga untuk masa depannya lalu menggeluti dunia teater. Setelah meninggalkan ayahnya, dia bergabung dengan Madeleine Béjart yang cantik, yang memang pernah dikenalnya, dan mendirikan L'Illustre Théâtre dengan biaya 630 livre. Saudara-saudara Madeleine bergabung tak lama kemudian.

Kelompok teater yang baru didirikan tersebut bangkrut pada tahun 1645. Molière telah menjadi pimpinan kelompok tersebut, sebagian dikarenakan, mungkin, kemampuan aktingnya dan pendidikan hukumnya. Namun, kelompok tersebut telah menumpuk hutang yang besar, sebagian besar untuk ongkos sewa tempat pertunjukan (sebuah lapangan tenis untuk Jeu de Paume), yang mana membuat mereka berhutang sebanyak 2000 livre. Para ahli sejarah banyak berbeda pendapat mengenai siapa yang melunasi hutang tersebut, ayahnya, atau mungkin kekasih dari salah satu anggota kelompok tersebut; yang harus dicatat adalah sesudah duapuluh empat jam mendekam di bui, Molière kembali aktif di dunia seni peran. Di saat inilah dia mulai memakai pseudonim (nama samaran) Molière, kemungkinan terilhami oleh sebuah desa kecil bernama sama di wilayah Prancis Selatan yang dekat dengan Le Vigan. Kemungkinan besar dia juga mengubah namanya untuk menyelamatkan muka sang ayah dari rasa malu memiliki seorang aktor dalam keluarganya (profesi aktor, meskipun tidak lagi direndahkan oleh negara pada masa pemerintahan Louis XIV, masih tidak boleh dikuburkan di pemakaman umum).

Setelah bebas dari penjara, dia dan Madeleine melakukan pertunjukan teater keliling provinsi; kehidupan ini berlangsung sekitar 12 tahun, di mana dia awalnya bermain Charles Dufresne, dan kemudian membentuk kelompoknya sendiri, yang mendapat sukses memuaskan dan mendapatkan dukungan dari adik kandung Raja, Philippe d'Orléans. Ada beberapa karya yang masih ada dari masa ini, yang didokumentasikan oleh La Grange. Yang paling layak dikedepankan adalah L'Etourdi dan Le docteur amoureux; dengan dua karya ini Molière akhirnya meninggalkan pengaruh Commedia dell'arte Italia yang gaya improvisasinya telah menodai karya-karya awalnya, dan menunjukkan kecerdasannya dalam mencemooh yang akan menjadi andalannya kelak. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan Pangeran Conti, gubernur Languedoc, yang menjadi penyokongnya, dan menamakan kelompoknya dengan nama sang Pangeran. Persahabatan ini kemudian berakhir, ketika Conti, setelah mengidap sifilis (hasil dari menghabiskan malam dengan seorang pelacur, bukan dengan gundiknya), berusaha mendekatkan diri kepada agama agar disembuhkan dari penyakitnya. Conti mengangkat seorang penasihat keagamaan, sesuai dengan kebiasaan pada zaman tersebut, yang melarangnya bergaul dan menyokong aktor serta mendorongnya untuk bergabung dengan musuh-musuh Molière dalam Parti des Dévots dan Compagnie de Saint Sacrement.

Di Lyon, Mademoiselle Duparc, yang dikenal sebagai Marquise, bergabung dengan kelompok Molière. Waktu itu Marquise terus-menerus didekati, dengan sia-sia, oleh Pierre Corneille dan kemudian menjadi kekasih Jean Racine. Racine menawarkan karya tragedinya Théagène et Chariclée kepada Molière (satu dari sejumlah karya awal yang ditulis Racine setelah meninggalkan studi teologinya), tetapi Molière tidak mau mementaskannya, meskipun dia mendorong Racine untuk terus mengejar karier seninya. Konon tak lama setelah itu Molière marah besar kepada Racine ketika diberitahu bahwa Racine secara rahasia juga telah mempresentasikan karya tragedinya itu kepada kelompok teater Hôtel de Bourgogne.

Kedatangan di Paris

Molière terpaksa sampai di Paris secara bertahap, bermukim di luar selama beberapa minggu guna mengakrabkan diri dengan kaum terpandang dan menunggu reputasinya tersebar di Paris. Molière tiba di Paris pada tahun 1658 dan bermain di hadapan Raja di Louvre (dulu disewakan sebagai tempat pertunjukan) dalam karya tragedi Corneille berjudul Nicomède dan dalam sebuah farce berjudul Le docteur amoureux (The Doctor in Love), dengan sukses yang memadai. Dia dianugerahi gelar Troupe de Monsieur (Monsieur yang dimaksud adalah adik kandung Raja) dan dengan bantuan Monsieur, kelompoknya bergabung dengan sebuah kelompok Commedia dell'arte terkenal dari Italia. Dia menjadi sangat terkenal di kelompoknya, Petit-Bourbon, di mana pada tanggal 18 Nopember 1659, dia mementaskan pertunjukan perdana Les Précieuses Ridicules (The Affected Young Ladies).

Les Précieuses Ridicules adalah yang pertama dari sejumlah karya Molière dalam membuat satir mengenai tingkah laku dan kepura-puraan tertentu dalam masyarakat yang banyak terjadi di Prancis. Kalangan luas menerima anggapan bahwa alur kisah ini berdasarkan Le Cercle des Femmes karya Samuel Chappuzeau dari tahun 1656. Molière secara garis besar menyindir Académie Française, sebuah 'organisasi' yang diciptakan oleh Richelieu untuk mengorganisir dan mengklasifikasi aturan-aturan bagi dunia teater Prancis yang sedang berkembang, di mana dianjurkan agar semua memiliki keseragaman waktu dan tindakan, gaya bersajak. Molière sering dihubungkan dengan pernyataan bahwa komedi adalah castigat ridendo mores atau "mengritik adat-istiadat melalui humor" sebuah ucapan yang sesungguhnya diciptakan oleh seseorang yang hidup dalam satu masa dengan Molière, Jean de Santeuil, dan kadang dianggap sebagai sebuah peribahasa Latin lama.

Puncak kemasyhuran

Meskipun kesukaannya adalah pada tragedi, yang telah dia coba majukan lewat Illustre Theatre, Molière menjadi terkenal karena karya-karya farce-nya, yang umumnya terdiri dari satu babak dan dipentaskan setelah drama tragedi. Beberapa dari drama farce ini hanya sebagian yang tertulis, dan dimainkan memakai gaya Commedia dell'arte dengan improvisasi yang dilakukan berdasarkan canovaccio (garis besar cerita). Dia juga menulis dua komedi bersajak, tetapi karya-karya tersebut tidak terlalu sukses dan dianggap tidak begitu penting. Di kemudian hari Molière berkonsentrasi menulis komedi musikal, di mana pertunjukan drama ditimpali oleh nyanyian dan tarian atau kombinasi keduanya.

Les Précieuses ridicules memberikan Molière perhatian dan kritik dari banyak orang, tetapi karya tersebut kurang populer. Dia lalu meminta pada rekan Italia-nya Tiberio Fiorelli, yang terkenal karena karyanya Scaramouche, untuk mengajarinya teknik-teknik Commedia dell'arte. Karyanya pada tahun 1660 Sganarelle, ou le Cocu Imaginaire (The Imaginary Cuckold) tampaknya merupakan sebuah penghormatan bagi Commedia dell'arte dan bagi gurunya. Tema hubungan perkawinan dalam naskah tersebut mendramatisir pandangan pesimis Molière mengenai kepalsuan yang terkandung dalam hubungan antar manusia. Pandangan ini juga tampak dalam karya-karya berikutnya, dan merupakan sumber ilham bagi banyak penulis sesudahnya, termasuk (dari bidang lain dan dengan dampak berbeda) Luigi Pirandello. Karya ini menggambarkan sebuah kucing-kucingan di mana dua pasangan percaya bahwa masing-masing pasangan mereka telah dikhianati oleh pasangan yang satunya dan merupakan yang pertama dalam 'Jealousy series' (rangkaian kisah kecemburuan) karya Molière yang termasuk di dalamnya Dom Garcie de Navarre (tidak sukses), L'École de Maris dan L'École des femmes.

Pada tahun 1661, demi menyenangkan penyokongnya, Monsieur, yang sebegitu terkagum-kagumnya pada dunia hiburan dan seni sehingga tersisihkan dari urusan negara, Molière menulis dan memainkan Dom Garcie de Navarre, ou le Prince Jaloux (The Jealous Prince), sebuah komedi heroik yang diilhami sebuah karya Cicognini. Dua komedi lain pada tahun yang sama adalah L'École des Maris (The School for Husbands) yang amat sukses dan Les Fâcheux, dengan sub-judul Comédie faite pour les divertissements du Roi (sebuah komedi untuk kesenangan Raja) karena dipentaskan dalam serangkaian pesta yang diselenggarakan oleh Nicolas Fouquet untuk menghormati sang penguasa. Acara-acara hiburan ini menyebabkan Jean-Baptiste Colbert menuntut agar Fouquet ditahan karena menghabiskan uang rakyat, dan dia dihukum penjara seumur hidup.

Pada tahun 1662 Molière pindah ke Théâtre du Palais-Royal, masih dengan rekan-rekannya dari Italia, dan menikahi Armande, yang dia anggap sebagai adik kandung Madeleine. Tapi, konon, Armande kemungkinan adalah putri haram Madeleine dari hubungannya dengan Duc of Modène. Pada tahun yang sama dia mementaskan L'École des Femmes (The School for Wives), yang langsung dianggap sebagai sebuah adikarya. Drama ini menyindir soal pendidikan minim yang diberikan pada putri-putri dari keluarga-keluarga kaya, dan mencerminkan hidup perkawinan Molière sendiri. Karya tersebut dan kehidupan perkawinannya masing-masing menuai banyak kecaman. Pentas tersebut menimbulkan sebuah protes yang disebut "Quarrel of L'École des femmes." Dari sisi artistik Molière menanggapinya dengan dua karya yang tidak terlalu dikenal: La Critique de "l'École des Femmes", di mana dia membayangkan para penonton karya-karyanya sebelumnya hadir di situ. Hal ini mungkin membutuhkan penjelasan: karya ini menyindir orang-orang yang telah mengritik L'Ecole des Femmes dengan cara menunjukkan mereka pada waktu makan malam setelah menonton pertunjukan tersebut; karya ini menjawab semua kritik yang pernah dikemukakan mengenai pertunjukan tersebut dengan cara menyajikan arguman para pengritik tersebut dan kemudian mematahkannya. Inilah yang disebut Guerre Comique (Perang Komedi), di mana pihak oposisi diisi oleh penulis-penulis seperti Donneau de Visé, Edmé Boursault, dan Montfleury.

Tapi oposisi yang lebih serius sedang dibentuk, berpusat pada pandangan politik dan kehidupan pribadi Molière. Sebuah kelompok bernama parti des Dévots muncul di kalangan terpandang Prancis, yang memrotes "realisme sastra" dan ketidaksopanan Molière yang keterlaluan, yang mempermalukan pihak-pihak tertentu. Orang-orang ini menuduh Molière menikahi putrinya sendiri. Pangeran Conti, yang dulunya adalah sahabat Molière, bergabung dengan kelompok ini. Molière juga punya musuh-musuh lain, di antaranya para Jansenist dan beberapa penulis tradisional. Namun, Raja menunjukkan kesetiakawanannya dengan Molière, memberikan dia dana pensiun dan juga setuju untuk menjadi ayah baptis putra pertama Molière. Boileau juga mendukungnya melalui pernyataan-pernyataan yang dia masukkan dalam Art Poétique karyanya.

Persahabatan Molière dengan Jean Baptiste Lully mempengaruhinya untuk menulis Le Mariage Forcé dan La Princesse d'Élide dengan sub-judul Comédie galante mêlée de musique et d'entrées de ballet (komedi bersemangat bercampur musik dan sajian balet), ditulis sebagai "divertissements" (hiburan) istana di Versailles.

Le Tartuffe, ou L'Imposteur juga dipentaskan di Versailles, pada tahun 1664, dan menciptakan skandal terbesar dalam karier seni Molière. Penggambaran dalam naskah tersebut mengenai kemunafikan golongan yang berkuasa dianggap penghinaan dan dengan keras diperdebatkan. Naskah ini juga membuat marah kaum Jansenist dan drama tersebut dilarang pentas.

Moliére selalu berhati-hati agar tidak menyerang institusi monarki dan kekuasaan Gereja. Dia mendapatkan kedudukan sebagai salah satu orang yang disukai Raja dan menikmati perlindungannya dari serangan-serangan pihak istana. Konon, sang Raja yang menyarankan untuk menunda pementasan Tartuffe, dan sang dramawan dengan cepat menulis Don Juan, ou le Festin de Pierre sebagai penggantinya. Naskah itu merupakan sebuah karya yang aneh, berdasarkan sebuah karya Tirso de Molina dan diilhami kisah hidup Giovanni Tenorio, ditulis dalam prosa yang masih terasa modern hingga kini. Karya ini mengisahkan tentang seorang ateis yang menjadi seorang munafik dalam agama sehingga dihukum oleh Tuhan. Karya ini juga dengan cepat ditunda. Sang Raja, sekali lagi memberikan perlindungannya, menjadi penyokong resmi bagi kelompok Molière.

Dengan musik karya Lully, Molière mementaskan L'Amour médecin (Love Doctor atau Medical Love atau Dokter Cinta). Sub-judul bagi pementasan ini menjelaskan bahwa karya ini dibuat par ordre du Roi, atas titah Raja, dan karya ini diterima dengan lebih hangat dibanding para pendahulunya.

Jean-Léon Gérôme menggambarkan anekdot Romantik tak beralasan di mana Louis XIV menawarkan Molière untuk berbagi makanan, dalam sebuah lukisan buatan tahun 1863

Pada tahun 1666, Le Misanthrope dipentaskan. Karya ini dianggap sebagai adikarya Molière yang paling mendekati sempurna, karya yang paling mengandung moral, tetapi tidak terlalu dihargai pada zaman tersebut. Karya ini "mengubah" pandangan Donneau de Visé, yang menjadi penggemar pertunjukannya. Tapi secara komersial karya ini gagal, memaksa Molière untuk segera menulis Le Médecin malgré lui (The Doctor Despite Himself), sebuah satir terhadap ilmu-ilmu alam yang resmi. Karya ini sukses meskipun ada kritik moral oleh Pangeran Conti, mengritik teater pada umumnya dan Molière pada khususnya. Dalam beberapa karyanya, Molière menggambarkan dokter-dokter di zamannya sebagai orang-orang sombong yang (tidak mahir) berbahasa Latin untuk menimbulkan kesan terpelajar, dan hanya mengetahui clyster dan pendarahan sebagai pengobatan (yang tidak efektif).

Sesudah Mélicerte dan Pastorale Comique, dia mencoba lagi untuk mementaskan Tartuffe pada tahun 1667, kali ini dengan judul Panulphe atau L'imposteur. Begitu Raja meninggalkan Paris untuk perjalanan keliling, Lamoignon dan Uskup Agung membredel pementasan tersebut. Raja akhirnya memberikan lebih banyak kelonggaran terhadap Tartuffe beberapa tahun kemudian, setelah dia lebih berkuasa atas pihak Gereja.

Molière, kini sakit-sakitan, berkurang produktivitasnya. Le Sicilien, ou l'Amour Peintre ditulis bagi perayaan di istana Saint-Germain, dan diikuti pada tahun 1668 oleh Amphitryon yang sangat elegan, jelas-jelas diilhami oleh versi Plautus tetapi dengan perumpamaaan-perumpamaan terhadap perselingkuhan Raja. George Dandin, ou le Mari Confondu (The Confounded Husband) tidak terlalu disambut, tetapi sukses kembali melalui L'Avare (The Miser), yang sekarang amat dikenal.

Bersama Lully dia kembali menggunakan musik untuk Monsieur de Pourceaugnac, untuk Les Amants Magnifiques, dan akhirnya untuk Le Bourgeois gentilhomme (The Middle Class Gentleman), satu lagi adikaryanya. Karya ini konon ditujukan secara langsung pada Colbert, menteri yang memenjarakan penyokong lamanya, Fouquet. Kolaborasi dengan Lully berakhir dengan sebuah tragédie et ballet, Psyché, ditulis bersama-sama dengan Pierre Corneille dan Philippe Quinault.

Pada 1672, Madeleine Béjart wafat, dan derita yang dirasakan oleh Molière akibat kehilangan ini dan penyakitnya kian memburuk. Walaupun begitu, dia menulis karya sukses Les Fourberies de Scapin (Scapin's Schemings), sebuah farce dan komedi dalam 5 babak. Karya berikutnya, La Comtesse d'Escarbagnas, dianggap sebagai salah satu karyanya yang tidak terlalu gemilang.

Makam Molière di Pemakaman Père Lachaise. Makam La Fontaine terlihat tepat di belakang.

Les Femmes savantes (The Learned Ladies) pada tahun 1672 dianggap salah satu adikarya Molière. Karya ini terlahir dari dihapusnya penggunaan legal unsur musik dalam teater, karena Lully sudah membuat hak paten atas opera di Prancis, jadi Molière terpaksa kembali ke genre tradisionalnya. Karya ini amat sukses, dan hal ini berlanjut pada karya terakhirnya, yang sangat dipuji banyak orang.

Dalam masa 14 tahun tinggalnya di Paris, Molière sendirian menulis 31 dari 85 pertunjukan yang dipentaskan di panggungnya selagi mengatur kelompok teaternya agar tetap bertahan.

Kematian

Molière mengidap TBC paru-paru, kemungkinan didapat ketika dia dipenjara karena berhutang pada masa mudanya. Salah satu momen paling termasyhur dalam kehidupan Molière adalah saat terakhirnya, yang akhirnya menjadi legenda: dia tidak mati di atas panggung, selagi mementaskan Le Malade Imaginaire (The Hypochondriac), dia jatuh di atas panggung diikuti oleh batuk-batuk dan pendarahan. Raja Louis XIV memintanya untuk beristirahat tetapi Molière bersikeras menyelesaikan pertunjukannya, di mana sesudahnya dia terjatuh lagi diikuti oleh pendarahan lebih hebat dan meninggal beberapa jam kemudian di rumahnya. Dia wafat tanpa diberikan sakramen karena dua pendeta menolak mengunjunginya dan yang ketiga terlambat datang. Konon, saat itu dia sedang memakai pakaian berwarna hijau, dan karenanya, muncul takhayul bahwa warna hijau mengakibatkan nasib buruk bagi aktor.

Sebagai seorang aktor, oleh hukum pada masa itu dia tidak boleh dikuburkan di pemakaman umum. Istrinya Armande meminta pada Raja Louis XIV agar mengizinkan upacara penguburan yang "sewajarnya" di malam hari. Raja setuju, dan Molière dikuburkan di wilayah pemakaman yang disediakan untuk bayi-bayi yang belum dibaptis. Dalam beberapa kisah mengenai kematiannya, konon lebih dari 800 orang menghadiri pemakaman "rahasia" Molière.

Pada tahun 1792 sisa-sisa jasadnya dibawa ke museum monumen Prancis dan pada tahun 1817 dipindahkan ke Pemakaman Père Lachaise, Paris, di dekat makam La Fontaine.

Kritik

Beberapa kritikus menuduh Molière menulis naskah dramanya dengan tergesa-gesa dan tidak mempertahankan gaya yang konsisten. Mereka menunjukkan tata bahasa dan perumpamaannya yang sering salah serta penggunaan kata-kata pengisi untuk melengkapi dialog-dialognya.[4]

Meski pemikir-pemikir konvensional, pemimpin-pemimpin agama, dan praktisi-praktisi medis pada zaman Molière mengritik karyanya, pemikiran-pemikiran mereka tidak benar-benar menghambat popularitasnya di mata publik. Dramawan dan kelompok lain mulai meniru gaya dramatisasinya di Inggris dan di Prancis. Karya-karya Molière terus mendapatkan tanggapan yang positif di Inggris abad 18, tetapi karya-karyanya tidak terlalu disambut di Prancis pada masa itu. Namun, pada masa Restorasi Prancis pada abad 19, komedi-komedi Moliere menjadi populer di mata umum dan juga para kritikus. Orang-orang beraliran Romantik mengagumi Molière dan karya-karyanya karena individualisme tidak umum yang terdapat di dalamnya. Cendekiawan abad 20 selalu memiliki ketertarikan macam itu terhadap Molière dan karya-karyanya dan terus-menerus mempelajari berbagai hal sehubungan dengan dramawan ini. Banyak kritikus yang kini mengalihkan perhatian mereka dari dampak filosofis, religius, dan moral karya-karya komedi Molière menjadi studi yang lebih objektif terhadap teknik komedinya.[5]

Pengaruh terhadap kebudayaan Prancis

Molière dianggap sebagai kreator komedi modern Prancis.

Banyak kata atau kalimat yang digunakan dalam karya-karya Molière masih digunakan dalam bahasa Prancis masa kini:

  • Seorang tartuffe adalah seorang munafik, terutama orang munafik yang pura-pura bermoral atau religius.
  • Seorang harpagon, dinamakan berdasar tokoh utama dari The Miser, adalah seseorang yang amat sangat serakah dan pelit.
  • Patung sang Komandan (statue du Commandeur) dari Don Juan digunakan sebagai perumpamaan dari ketegasan yang kaku (raide comme la statue du Commandeur).
  • Dalam Les Fourberies de Scapin, Babak II, Adegan 7, Géronte dimintai uang tebusan untuk putranya, yang diduga sedang disekap di sebuah kapal (galley). Dia berseru, "Sedang apa dia di kapal itu?" ("Que diable allait-il faire dans cette galère?"). Kata galère ("galley") digunakan dalam bahasa Prancis sekarang ini yang berarti "sebuah urusan bertele-tele dan menyakitkan".
  • Dalam Le Bourgeois Gentilhomme, tokoh utamanya, M. Jourdain, menggubah sebuah surat cinta sebagai berikut: "Nyonya bangsawan yang cantik, matamu yang indah membuatku mati karena cinta" ("Belle marquise, vos beaux yeux me font mourir d'amour"). Dia kemudian meminta guru filsafatnya untuk menata kembali kalimat tersebut yang dilakukan dengan cara membolak-balik semua kata dengan berbagai kombinasi yang ada ("Nyonya bangsawan yang cantik, dari cinta," dsb.). M. Jourdain kemudian bertanya mana penataan kata yang terbaik dan gurunya menjawab bahwa yang pertamalah yang paling bagus. Frase "Belle marquise..." kini digunakan untuk menunjukkan bahwa dua kalimat yang berbeda memiliki makna yang sama.
  • Sebuah film Prancis yang secara longgar berdasar pada kehidupan Molière dibintangi Romain Duris, Fabrice Luchini dan Ludivine Sagnier, berjudul Molière [1], diputar pada tahun 2007. Sebuah film Prancis lain dengan judul sama [2], disutradarai oleh Ariane Mnouchkine dan lebih akurat dalam menyajikan biografi lengkapnya, memenangkan Palme D'Or di Festival Film Cannes pada tahun 1978.

Daftar karya-karya besar

Rujukan

  • Dormandy, Thomas. "The white death: a history of tuberculosis". NY: New York University Press, 2000. p. 10.
  • Hartnoll, Phyllis. ed. The Oxford Companion to the Theatre. Oxford, Oxford University Press, 1983.
  • Roy, Donald. "Molière." in Banham, Martin. ed. The Cambridge Guide to Theatre. Cambridge, Cambridge University Press, 1995.
  • Scott, Virginia. "Molière, A Theatrical Life" Cambridge, Cambridge University Press, 2000.

Catatan

  1. ^ Hartnoll, p. 554. "Author of some of the finest comedies in the history of the theater." and Roy, p. 756. "...one of the theatre's greatest comic artists."
  2. ^ Roy, p. 756.
  3. ^ a b Roy, p. 756-7.
  4. ^ A Short History of the Drama. Martha Fletcher Bellinger. New York: Henry Holt & Company, 1927. pp. 178-81. Nov 27, 2007. http://www.theatredatabase.com/17th_century/moliere_001.html
  5. ^ "Molière: Introduction." Drama Criticism. Ed. Linda Pavlovski, Editor. Vol. 13. Gale Group, Inc., 2001. eNotes.com. 2006. 28 Nov, 2007 <http://www.enotes.com/drama-criticism/moliere>

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya