Momijigari (film)
Momijigari (紅葉狩 ) adalah film dokumenter bisu buatan Jepang pada tahun 1899.[1] Film ini adalah pertama kali film ini dipertunjukkan di hadapan publik pada 7 Juli 1903, empat tahun setelah selesai dibuat.[1] Di luar Jepang, film ini dikenal dengan judul bahasa Inggris Maple Leaf Viewing, dan merupakan film paling tua yang dibuat orang Jepang dan masih ada sekarang. Momijigari adalah tradisi bepergian pada musim gugur di Jepang untuk melihat pemandangan daun-daun berubah warna menjadi kuning dan merah. Istilah momijigari berasal dari kata momiji (紅葉 , pohon mapel) dan kari (狩り , berburu). SejarahPengambilan gambar hingga pemutaranMomijigari adalah salah satu cerita pertunjukan noh yang pertama kali dipertunjukkan sebagai tari kabuki berjudul Momijigari pada Oktober 1887 di Shintomi-za, Tokyo. Ketika dipentaskan di Kabuki-za, Tokyo pada November 1899, manajer Kabuki-za yang bernama Inoue Takejirō mengusulkan agar pertunjukan tersebut direkam dalam film. Tsunekichi Shibata bertindak sebagai juru kamera, dan rekaman gambar dilakukan pada 28 November 1899.[1] Aktor kabuki Ichikawa Danjūrō IX dan Onoe Kikugorō V yang tampil dalam film ini adalah duo aktor terkenal yang populer dengan julukan Dankiku (団菊 ). Danjūrō tidak senang dengan gambar hidup, dan hanya membolehkan gambarnya direkam dengan syarat "dilarang diputar di muka umum kalau dirinya masih hidup".[1] Pengambilan gambar dilakukan di bawah cahaya alami. Pertunjukan dilakukan di atas panggung terbuka yang didirikan di depan sebuah rumah teh di belakang Kabuki-za. Sewaktu pengambilan gambar, terjadi kecelakaan kecil, kipas yang dipegang Danjūrō terjatuh, tapi tidak dilakukan rekaman ulang.[1] Film ini pertama kali diputar di rumah kediaman Danjūrō pada 3 November 1900.[1] Pada 18 Februari 1903, Kikugorō meninggal dunia, sementara Danjūrō sakit parah sehingga tidak mampu tampil di atas panggung. Atas usulan Yoshizawa Shōten, film ini diputar di muka umum pada 7 Juli 1903 di Naka-za, Osaka.[1] Pada 13 September tahun yang sama, Danjūrō meninggal dunia. Penemuan kembali dan warisan budaya pentingPada tahun 1939, sebuah rumah gadai di Yotsuya menawarkan "sebuah film yang dibintangi Dankiku" kepada sejarawan film Junichirō Tanaka yang ketika itu bekerja sebagai manajer Bioskop Toho Shinjuku, Tokyo.[1] Setelah dilihat oleh Tanaka, film itu ternyata Momijigari. Setelah Kan Kikuchi yang menjabat ketua Asosiasi Film Jepang Raya (Dainippon Eiga Kyōkai), kopi film ini lalu dibeli oleh asosiasi dengan harga ¥50.[1] Film ini sekarang dimiliki oleh Pusat Film Nasional Jepang, National Museum of Modern Art Tokyo.[1] Pada tahun 2006, Nikkatsu menyumbangkan kopi film Momijigari dalam bentuk film nitrat sepanjang 6 menit kepada Pusat Film Nasional.[1] Direktur Shochiku Nobuyoshi Ōtani juga menyumbangkan film Momijigari versi 4 menit kepada Pusat Film Nasional. Kopi versi Nikkatsu adalah kopi film tertua dari Momijigari yang masih ada sekarang ini, berasal dari duplikat yang dibuat pada tahun 1927. Film versi Nikkatsu berada dalam keadaan baik sehingga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Penting Jepang pada Juli 2009.[2] Film ini adalah film Jepang pertama yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Penting. Sekarang film ini dijadikan pameran permanen Sejarah Sinema Jepang di Pusat Film Museum of Modern Art, Tokyo. Pemeran
CeritaTaira no Koremochi (dipeankan Onoe Kikugorō V) pergi melihat pemandangan musim gugur di Gunung Togakushi, Nagano. Koremochi bertemu dengan Putri Sarashina (Ichikawa Danjūrō IX) yang mengajaknya pesta minum sake hingga mabuk. Setelah Koremochi mabuk dan mengantuk, sang putri berubah wujud menjadi iblis perempuan yang menyerangnya. Koremochi selamat berkat pedang terkenal bernama Kogarasu Maru yang dibawanya. ReferensiDaftar pustaka
Pranala luar
|