Share to:

 

Muhammad Alhabsyi

K.H. Sayid Muhammad Alhabsyi (lahir di Jakarta, 15 April 1915) adalah ulama pengagum Imam Hambali ini. bungsu di antara 12 saudara. Ia putra pasangan Sayid Ali Alhabsyi dan Sitti Aisyah binti Assagaff. "Dakwah karena Allah", katanya, "mengikuti jejak almarhum ayah".

tanpa menyebutkan tahun, "Habib" atau "Pak Alhabsyi"- demikian ia bisa dipanggil - mengaku belajar di Madrasah Jakarta, kemudian meneruskan ke pesantren di Tarim, Hadralmaut. sesudah itu ia belajar di Mekah.

Menjadi guru sejak usia 19 tahun, ia mengajar di Madrasah Unwanul Falah, Jakarta. Selama 8 tahun. Sejak 1968, ia menjadi ketua Islamic Center Indonesia. Dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib menjabat ketua III. Pada 1975, untuk masa 3 tahun ia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).

Kini Habib sudah memiliki sarana dakwah yang memadai, bangunan bertingkat du di atas tanah 1.000 m2. peraatannya dilengkapi pemancar dan pesawat televisi close cricuit. setiap kegiatan dakwah bukan hanya dapat didengarkan, melainkan juga dilihat melalui layar televisi.

Lazim disebut gedung Islamic Center, bangunan itu lebih dikenal dengan nama "Majelis Ta'lim Kwitang." tiap hari minggu, antara pukul 08.00 dan 10.00 diselenggarakan pengajian. yang datang tidak hanya dari daerah Jakarta dan sekitarnya, melainkan juga dari Karawang, Bekasi, Purwakarta, Bogor, dan Sukabumi. Semua bermalam di kwitang, dan kembali setelah pengajian usai.

Penceramah tetap di Majelis Ta'lim Kwitang antara lain: K.H. Sapari, Habib Alwi Alatas, K.H. Syarifuddin, dan Habib sendiri. Kadang-kadang diundang penceramah dari luar negeri, terutama dari negara islam di kawasan Asia Tengah. Ulama tamu dari Arab Saudi, Mesir, Syria, Irak, Libya, dan Malaysia sering berkunjung ke Islamic Center.

Diresmikan Presiden Soeharto pada 17 Oktober 1971, gedung ini juga menjadi tempat kursus mengenai ilmu Fiqh, Hadits, Nahwu/Sorf, Qir'at, dan bahasa Arab,tanpa memungut bayaran. Jumlah siswa sampai saat ini mencapai 400 orang, yang diasuh 9 guru honorer.

Tentang dana, "ada penyumbang tetapnya," kata Habib kalem. ia tidak mau menyebut nama. Pembantunya - Ahmad Setiady H.A. Mustajab - menimbali dengan hadis Nabi, "tangan kanan memberi, jangan sampai tangan kiri mengetahui."

Habib menikah dengan Syarifah Ni'mah Shahab. dikaruniai 15 anak, 10 putri dan 5 putra. mengaku senang membaca, terutama karya imam hambali, mendengarkan masik dangdut, dan jalan pagi 45 menit. jadwal perjalanan dakwahnya diatur dua kali sebulan. hampir seluruh kota besar di eropa, amerika, asia, dan afrika setelah dikunjunginya dalam rangka dakwah.[1]

Referensi

  1. ^ TEMPO, Majalah Berita Mingguan (1983). Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983 - 1984. Jakarta: P. T. Grafiti Pers. 
Kembali kehalaman sebelumnya