Mulyoharjo, Jepara, Jepara
SejarahPada zaman dahulu kala ada seorang pengukir dan pelukis dari Kerajaan Majapahit, Jawa Timur. Waktu itu masa pemerintahan raja Brawijaya. Pengukir itu bernama Prabangkara disebut juga Joko Sungging. Lukisan dan ukiran Prabangkara sudah sangat terkenal di seluruh negeri. Suatu ketika Raja Brawijaya ingin memiliki lukisan istrinya dalam keadaan telanjang tanpa busana sebagai wujud rasa cinta sang raja. OIeh karena itu, Prabangkara dipanggil untuk mewujudkan keinginan sang Raja. Hal ini tentu merupakan hal yang sulit bagi Prabangkara, Karena meskipun mengenal wajah sang istri raja, tapi dia tidak pernah meilhat istri raja tanpa busana. Dengan usaha keras dan imajinasinya, akhirnya Prabangkara berhasil mengerjakan lukisan tersebut. Ketika Prabangkara sedang istirahat, tiba-tiba saja ada seekor cecak buang tinja dan mengenai lukisan permaisuri tersebut. Kotoran cecak tersebut mengering dan menjadi bentuk seperti tahi lalat. Raja tentu sangat gembira dengan hasil karya Prabangkara tersebut. Sebuah lukisan yang sempurna, persis seperti aslinya. Sang raja mengamati lukisan tersebut dengan teliti. Begitu dia melihat tahi lalat, raja murka. Dia menuduh Prabangkara melihat langsung permaisuri tanpa busana. Karena lokasi tahi lalat persis seperti kenyataan. Raja Brawijaya pun cemburu dan menghukum pelukis Prabangkara dengan mengikatnya di layang-layang, kemudian menerbangkannya. Layang-layang itu terbang hingga ke Belakang Gunung[2] di Jepara dan mendarat di Belakang Gunung itu. Belakang Gunung itu kini bernama Mulyoharjo di Jepara. Kemudian Prabangkara mengajarkan ilmu mengukir kepada warga Jepara pada waktu itu dan kemahiran ukir warga Jepara bertahan dan lestari hingga sekarang. AdministratifMulyoharjo terdiri 37 Rt dan 5 RW, Mulyaharjo terdiri atasa beberapa dusun, yaitu:
Pemdes MulyoharjoStruktur pemerintah des Mulyoharjo periode 2019-2025:
TokohDesa Mulyoharjo memiliki tokoh agama, tokoh sesepuh, dll, yaitu:
PariwisataMulyoharjo memiliki beberapa tempat wisata, yaitu:
PotensiDi luar furniture, industri pengolahan kayu di Jepara juga dikembangkan dalam produk kerajinan, termasuk souvenir, Macan Kurung, patung di Mulyoharjo. Terdapat 157 unit usaha yang menggeluti jenis industri ini. Sebanyak 1.095 pekerja yang menggeluti industri ini sepanjang tahun 2008 tercatat menghasilkan 418.737 set / buah produk. Dari produk itu nilai produksi yang dihasilkan adalah sebesar Rp. 3.349.900.000,-. Konsumen di luar negeri memberikan kepercayaan pada perajin di Jepara karena mereka memiliki keunggulan kompetitif yang jauh lebih baik dibanding produsen di tempat lain. Kehalusan finishing dan detail produk yang jauh lebih baik, telah memberikan daya tarik yang luar biasa bagi peminat produk di berbagai belahan dunia. Rencana mau akan dan seterusnyaPetinggi Desa Mulyoharjo mempunyai beberapa rencana, diantaranya: event yang dulu hanya dijadikan untuk peresmian Desa Mulyoharjo sebagai Desa Sentra Ukir Patung, kini event Seni & Budaya Ukir Jepara Festival akan diadakan kepala desa mulyoharjo menjadi event rutin yang di gelar setiap tahun oleh desa Mulyoharjo, yaitu arak-arakan ukiran dari alun-alun Jepara ke Sentra Ukir Mulyoharjo.
Membuat Gantungan Kunci dengan bentuk Macan Kurung dibawahnya terdapat tulisan Macan Kurung Khas Jepara. Kemudian Gantungan Kunci tersebut dijual di tempat wisata di Jepara. Rencana Wisata MulyoharjoKepala Desa Mulyoharjo memiliki berencana mengalokasikan 30% dana desa (BUMDes) untuk membangun wisata di Desa Mulyoharjo, yaitu mengembangkan "Sungai Shenden" menjadi objek wisata, dengan cara menambah fasilitas yang dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung ke Shenden, ialah:
OlahragaPUMA FC Mulyoharjo (singkatan dari Putra Mulyoharjo Football Club) Kalo gak pantas di dengar enaknya ya di ganti PUMU FC Mulyoharjo (singkatan dari Putra Mulyoharjo Football Club) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Mulyoharjo. PUMA Mulyoharjo saat ini berlaga di Divisi III Liga Jepara. Pada tanggal 1 Juli 2011, PUMA Mulyoharjo berlaga di partai final dengan melawan Kuwasen FC di Stadion Kamal Djunaedi. Referensi
|