Museum Kota LangsaMuseum Kota Langsa adalah museum umum yang berada di Gedung Balai Juang Kota Langsa, Aceh yang didirikan pada tahun 2016. Sebelumnya, Balee Juang berada di bawah pengawasan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Langsa. Pada tahun 2017, tanggung jawab pengelolaannya dialihkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Langsa. Setelah perubahan mandat tersebut, fokus utama dari dinas terkait adalah mengelola gedung dan mengisi Museum Kota Langsa dengan beragam koleksi benda bersejarah.[1] Sebelum dikenal sebagai Gedung Balai Juang, museum ini bernama Het Kantoorgebouw Der Atjehsche Handel-Maatschappij Te Langsar. Gedung ini pernah berfungsi sebagai kantor percetakan uang. Gedung ini diambil alih dan digunakan oleh tentara Jepang sebagai markas ketika Belanda menyerah kepada Jepang.[2] Sejarah singkatMuseum ini pernah digunakan sebagai kantor percetakan uang yang mengeluarkan bon kontan senilai Rp. 100,00 pada masa pendudukan Belanda.Saat Belanda menyerah kepada Jepang, gedung ini diambil alih dan digunakan sebagai markas tentara Jepang. Jenis koleksi yang dipajang di museum ini meliputi Etnografika, Historika, Keramologika, dan lainnya. Sebuah bangunan bernama Kantor Atjehsche Handel-Maatschappij (AHM) dibangun sekitar tahun 1923 dan berperan dalam kegiatan ekspor-impor, termasuk penjualan mobil merek Ford di berbagai kota di Aceh.[3] Pada periode 1942-1945, gedung ini berfungsi sebagai salah satu markas militer yang digunakan oleh petinggi Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, gedung ini menjadi pusat kegiatan pejuang kemerdekaan dan diberi nama Balee Juang. Selama beberapa waktu, gedung ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai kegiatan, termasuk sebagai lokasi aktivitas mahasiswa, pers, dan kantor Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kabupaten Aceh Timur. Pada tahun 2002, pengelolaan Gedung Balai Juang diserahkan kepada Pemerintah Kota Langsa, dan pada tahun 2019, gedung tersebut diresmikan sebagai Museum Kota Langsa.[3] Koleksi museumMuseum Kota Langsa menyajikan berbagai koleksi yang mencakup sejarah Aceh dan peradaban Islam. Koleksi tersebut meliputi peralatan rumah tangga, artefak kerajaan seperti keramik kuno, piring saladon, dan guro saladon, serta benda-benda sejarah lainnya. Museum juga menampilkan senjata perjuangan, perhiasan, dan alat-alat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Aceh, seperti langai dan cree. Selain itu, terdapat koleksi naskah kuno, quran kuno, dan berbagai peralatan rumah tangga serta kerajaan. Sejumlah barang termasuk bon kontan dan senjata yang digunakan oleh pejuang kolonial pada masa itu. Koleksi-koleksi ini diperoleh melalui pembelian oleh pihak museum maupun sebagai hibah dari para kolektor.[1] Fasilitas museumGedung Balee Juang dilengkapi dengan fasilitas toilet, tempat parkir, dan tempat sampah untuk kenyamanan pengunjung. Apabila pengunjung ingin beribadah maka dapat mengunjungi Masjid Agung Langsa yang terletak tidak jauh dari gedung tersebut. Museum Kota Langsa dilengkapi dengan penjaga keamanan yang memberikan informasi tentang sejarah gedung dan penggunaannya di masa lalu selama jam kunjungan.[4] Selain itu, di sekitar gedung terdapat pedagang penjual makanan dan cemilan. Terdapat juga kafe dan restoran yang menyajikan berbagai pilihan makanan. Sehubungan dengan hal tersebut, Kota Langsa memiliki beragam hotel dan penginapan yang tersedia di sekitar gedung Balee Juang. Gedung ini dapat menjadi alternatif wisata menarik saat berkunjung ke Kota Langsa. Selain fungsi praktisnya, keindahan arsitektur Gedung Balee Juang juga menarik minat para peminat fotografi. Banyak fotografer yang tertarik untuk memotret di sekitar gedung ini karena kesan unik dan menarik yang dimiliki gedung ini. Pengunjung juga dapat mengambil foto di area sekitar museum dengan berbagai objek menarik yang ada di sekitarnya menggunakan kamera. Lihat pulaReferensi
|