Share to:

 

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara
Peta
Didirikan1991, 2001
LokasiJl. Abunawas No. 191, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
JenisMuseum Negeri Provinsi
Situs webhttps://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/museum+sulawesi+tenggara

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebuah museum yang terletak di Jl. Abunawas No. 191, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.[1]

Biaya masuk museum sebesar Rp 5000 untuk umum, dan Rp 3000 untuk pelajar.[1]

Sejarah

Cikal bakal berdirinya Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara dimulai sejak 1978-1979 dalam wadah proyek pembinaan permuseuman yang dikelola bidang PSK (Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan), Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara.[2]

Pada 1991 museum ini resmi menjadi Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan UPTD Direktorat Jendreral Kebudayaan. Seiiring dengan otonomi daerah, pada 2001 museum ini menjadi UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada 2009 berpindah menjadi UPTD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara.[2]

Koleksi

Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki koleksi objek yang terdiri dari objek geologi, biologi, etnografi, arkeologi, histori, numismatik, filologi, keramik, seni rupa, dan teknologi.[2]

Di halaman museum, terpajang tulang paus biru dengan panjang 12 meter dan lebar empat meter yang bahasa latinnya dikenal dengan sebutan Balaenoptera Musculus. Kerangka utuh tulang paus ini berasal dari desa Lakansai, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara yang diambil pada Juni 1997.[1]

Selain itu, juga terdapat mobil sedan Mercy berwarna hitam dengan plat merah bertulisan "INDONESIA". Mobil ini pernah menjadi kendaraan Presiden Soeharto selama kunjungan beliau pada acara Pekan Penghijauan Nasional tahun 1978 di desa Lalonggasu, Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan. Di sampingnya terparkir mobil sedan berwarna biru muda dengan plat DT 1 yang pernah digunakan Alala, Gubernur Sultra yang pertama.

Juga terdapat Al-Qur'an yang ditulis tangan yang diperkirakan berasal dari Abad ke-15 atau tahun 1501 Masehi. Kondisinya sudah tidak utuh, pinggiran kitab terlihat sudah dimakan rayap namun tulisannya masih jelas terbaca. Kitab ini menggunakan kertas dluwang dengan lidi berisi tinta dari getah buah-buahan sebagai alat tulisnya.[1]

Di museum ini, juga terdapat peti jenazah yang berusia 400 tahun yang ditemukan pada tahun 1981 di Gua Tonggolasi, Kecamatan Pakue, Kabupaten Kolaka Utara. Peti jenazah ini terbuat dari kayu besi dengan panjang 4,75 meter dan lebar 70 cm. Peti tersebut merupakan benda pusaka milik raja pertama Lamasaro Mokole Kondeeha dari Suku Tolaki-Mekongga.[1]

Ruang koleksi

Museum ini memiliki 10 ruang koleksi utama di dalam gedung berlantai dua. Ruang koleksi tersebut adalah ruang Beologika yang menyimpan bebatuan dan replika tambang nikel, aspal dan pasir kuarsa, ruang Biologika dengan koleksi anoa yang diawetkan, udang/lobster (udang pasir), kura-kura dan moluska, ruang koleksi Etnografi yang menyimpan kalosara, membesara (upacara adat), pakaian kulit kayu yang berasal dari Kendari, alat dan hasil tenunan, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian dan berburu.[3]

Ruang koleksi selanjutnya adalah ruang Arkeologi, yang menyimpan koleksi replika fosil yang ditemukan di daerah Jawa, peralatan manusia purba, pakaian kulit kayu, gerabah dan sebagainya. Kemudian ruang Historika yang berisi foto-foto kesultanan kesultanan Buton, foto-foto pejuang Indonesia, dan foto-foto gubernur dan wakil gubernur. Selanjutnya adalah ruang Numismatik yang menyimpan koleksi mata uang, seperti mata uang kesultanan Gowa, Buton dan Majapahit. Sedangkan di ruang Filologika terdapat koleksi naskah lontar, bilangari, tasbih, Al-Quran tulisan tangan, naskah amarana, dan tongkat khatib.[3]

Selanjutnya terdapat ruang keramik dengan koleksi keramik-keramik peninggalan dinasti Qing, dinasti Ming, dinasti Yuan, dan dinasti Han. Adapun koleksi tertua di museum ini adalah keramik Cina dari dinasti Song pada abad XII.[3]

Selain itu juga terdapat ruang koleksi kesenian tradisional seperti gambus, gong dan suling. Ruang berikutnya adalah ruang Teknologika yang menyimpan koleksi seperti pandai besi, mesin pencetak surat kabar, teodolit, mesin telegram, alat penumbuk padi, dan alat pengolahan sagu dan benda-benda bersejarah lainnya.[3]

Fasilitas

Museum tersebut memiliki fasilitas berupa ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang administrasi, toilet, tempat parkir dan taman.[2]

Referensi

  1. ^ a b c d e "Intip Empat Koleksi Bersejarah Milik Museum Sulawesi Tenggara". kumparan. Diakses tanggal 2024-05-22. 
  2. ^ a b c d Sekretariat Direktorat Jendral Kebudayaan (2012). Album Budaya: Direktori Museum Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 569. 
  3. ^ a b c d Senong, Azis (2018-03-24). "Museum Sultra simpan 10 ruang koleksi bersejarah". Antara News Sultra. Diakses tanggal 2024-05-22. 
Kembali kehalaman sebelumnya